...Happy Reading! ✨️...
Aku sampai di rumah Arfan untuk belajar bahasa inggris tambahan darinya. Aku duduk di ruang tamu mengeluarkan buku bahasa inggris sementara Arfan mengambilkan aku minuman dari dapur.
Arfan lalu melihat kertas ulangan bahasa inggris ku yang mendapatkan nilai 60 dan meminta ku untuk membetulkan jawaban yang salah.
Aku membetulkan jawaban yang salah, tetapi, Arfan berkata bahwa jawaban ku salah. Dia kembali meminta ku untuk membetulkan soal pilihan ganda tersebut. Arfan melihat jawaban ku dan kali ini benar semua.
"Aku itu sebenarnya pintar, aku cuma mau ngetes bapak saja," Ucapku menyombongkan diri.
"Kalau pintar harusnya dapat nilai 100, bukan 60," Sahut nya sembari memberikan kertas soal lainnya untuk aku kerjakan.
Aku melihat sepuluh soal esai di kertas, soal-soalnya memang mirip seperti di kertas ulangan, tetapi, jawaban nya tidak mirip. Aku harus isi apa di kertas ini.
Arfan melihat ku meratapi kertas soal yang dia berikan. Dia sepertinya tahu kalau aku tidak bisa mengerjakannya. Dia memberitahuku kalau di buku panduan ada cara-caranya untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Aku lalu membuka buku panduan dan benar saja semua cara mengerjakan soal-soalnya terdapat di buku ini.
Aku mengerjakan soal-soalnya mengikuti petunjuk di buku tersebut. Aku kemudian memberikan kertas soal yang sudah ku kerjakan pada Arfan. Arfan memeriksa jawaban ku lalu dia melihat ke arah ku.
Aku bertanya kepadanya mengapa dia melihat ku, apakah jawabanku ada yang salah. Dia mengatakan kalau jawabanku salah semua. Aku mengambil kertas yang Arfan pegang lalu melihatnya lagi. Jawabanku benar semua kok, kenapa dia bilang salah.
Arfan kemudian memberitahu ku bahwa cara mengerjakan soal yang di kertas itu mirip seperti yang terdapat di buku panduan. Aku sudah mengikuti langkah-langkah nya, dan inilah jawaban ku. Arfan menghela napasnya, dia terlihat seperti ingin marah. Arfan meminta ku untuk mengerjakan ulang sesuai petunjuk yang ada di buku panduan.
Aku kembali mengerjakan meski pun tidak tahu di mana letak kesalahan nya. Aku memberikan kertas soal yang sudah ku perbaiki kepada Arfan. Dia melihat jawaban yang ku perbaiki lalu menaruh kertas itu di atas meja kemudian memegang kening dengan satu tangannya.
"Saya meminta kamu memperbaiki, bukan membuatnya makin salah,"
Arfan lalu mengajari ku bagaimana cara mengerjakan soal-soal tersebut. Namun, aku malah tidak fokus karena wangi parfumnya sangat tercium ketika dia mendekatkan duduknya ke arah ku.
Arfan menjentikkan jarinya supaya aku fokus lalu aku memperhatikan yang dia ajarkan. Aku kembali mengerjakan soal-soal itu dan Arfan memperhatikan jawaban yang ku tulis. Setelah itu aku memberikan nya kembali kepada Arfan. Dia akhirnya menyatakan bahwa jawaban ku benar semua setelah ketiga kalinya aku mengerjakan.
Aku bertanya padanya mengapa dia memilih untuk menjadi guru. Dia berkata supaya bisa mengajarkan pelajaran ke murid-murid seperti ku.
Aku mengerutkan bibir seolah Arfan tengah menyindir ku. Aku bertanya padanya tentang kejadian dua bulan lalu, apakah saat itu Arfan memberikan tumpangan kepada Bu sri.
"Kenapa memang nya?"
Aku hanya ingin tahu saja apakah dia mengantarkan Bu Sri pulang atau tidak.
Sambil mengarahkan pandangan nya kepada ku, Arfan berkata "Are you jealous?" Tanyanya dengan nada yang lembut.
Tentu saja tidak, untuk apa aku cemburu dengan guru matematika yang tidak punya modal itu. Aku hanya ingin tahu saja.
Arfan melengkungkan mulutnya membentuk senyuman yang manis di wajah nya. Aku mengulangi perkataan ku padanya bahwa aku tidak cemburu. Arfan menganggukkan kepalanya seolah mengiyakan ucapan ku sembari terus tersenyum.
"Saya nggak mengantarkan Bu Sri pulang," Jawab nya seraya melihat ekspresi wajah ku yang berubah menjadi lebih santai setelah mendengar jawaban Arfan.
Aku membereskan buku ku dan bersiap untuk pulang. Arfan meminta ku untuk belajar lagi esok hari di rumah nya. Aku menolaknya, tetapi, Arfan tak menghiraukan permintaan ku. Dengan perasaan yang sedikit kesal, aku kemudian berpamitan pada nya.
***
Aku baru sampai di depan kelas, aku melihat Arfan sedang asyik mengobrol dengan Bu Sri di lorong sekolah. Melody melihat ku yang berdiri di depan kelas, dia lalu bertanya pada ku apakah aku cemburu melihat Arfan mengobrol dengan Bu Sri.
"Tentu saja tidak!" Jawab ku ketus lalu masuk ke dalam kelas.
Rupanya guru matematika itu masih mendekati Arfan. Dia tidak lihat ya, kalau Arfan memakai cincin di jarinya. Itu artinya Arfan sudah bertunangan. Memangnya dia kira itu cincin bohongan.
"Kalau nggak cemburu kenapa kesal gitu mukanya?" Tanya Melody yang melihat wajah ku tampak kesal.
Aku tidak kesal, sekali lagi, aku tidak kesal. Itu lah yang ku katakan kepada Melody. Aku hanya tidak suka saja guru matematika itu sok dekat-dekat dengan Arfan.
Arfan masuk ke kelas, seperti biasa dia akan mengabsen murid di kelas satu per satu sebelum memulai mengajar. Aku mengangkat tangan tanpa melihat ke arah nya saat nama ku di absen.
Ketika Arfan selesai menuliskan soal di papan tulis, dia memanggil namaku untuk mengerjakan nya. Baru saja aku melangkah ke depan, tiba-tiba Bu Sri datang ke kelas menemui Arfan. Dia meminjam spidol karena di kelas nya semua spidol tidak ada tintanya.
Modus apalagi sih yang dia pakai untuk mendekati Arfan. Kalau tinta spidol nya habis bisa beli di koperasi, kenapa harus ke kelas ku.
Arfan meminta ku untuk mengambilkan spidol yang berada di dekat papan tulis. Lalu menyuruh ku untuk memberikannya kepada Bu Sri yang berdiri di sebelah Arfan.
Aku memberikan spidol tersebut kepada Bu Sri dengan memasang wajah sedikit kesal. Arfan rupanya menyadari raut wajah ku yang berubah tidak senang saat Bu Sri datang ke kelas. Namun, dia hanya diam menikmati kekesalan ku itu. Seolah dia yang merencanakan semua ini.
Saat aku mengerjakan soal yang Arfan tulis di papan tulis, Arfan meminta semua murid untuk mengerjakan sisa soal tersebut di buku mereka masing-masing. Setelah selesai mengerjakan, Arfan mendatangi ku dan berbisik bahwa aku tidak perlu cemburu dengan Bu Sri, dia hanya meminjam spidol.
Aku semakin kesal mendengar perkataan Arfan. Padahal aku sudah memberitahunya kemarin kalau aku tidak cemburu sama guru matematika itu. Aku kembali ke tempat duduk ku tanpa menjawab perkataan Arfan.
Aku melihat Arfan yang sedang memandang ku dengan wajah yang terlihat mengolok ku dari arah mejanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments