Chapter 10

Halo teman-teman!

Sebelum kalian membaca karya Author, Author mau rekomendasiin cerita seru untuk kalian. Judulnya Perjodohan Paksa Dengan Crush. Yuk, kepoin ceritanya. Dijamin kalian bakalan suka 😊

...****************...

...Happy Reading! ✨️...

Di Cafe

Kami berempat duduk di sebuah Cafe dengan situasi yang tak pernah kami sangka sebelum nya. Daniel duduk bersebelahan dengan Adinda, sedangkan aku duduk bersebelahan dengan Arfan.

Daniel membuka percakapan dengan mengatakan kalau dia tidak menyangka kami semua saling mengenal.

Daniel bertanya kepada Adinda kenapa dia bisa berada di sana. Adinda memberitahukan kalau dia ada janji dengan ku.

"Kak April?" Tanya Daniel heran setelah mendengar Adinda menyebutku dengan sebutan kakak.

Adinda terlihat kebingungan. Dia lalu beralasan kalau aku mempunyai sikap dan pemikiran yang lebih dewasa meski pun umur ku baru 18 tahun.

Daniel membenarkan perkataan Adinda. Adinda memberikan pertanyaan yang serupa kepada Daniel.

"Aku mau mengajak April makan siang bareng," Jawab Daniel santai.

Adinda kembali bertanya bagaimana Daniel bisa mengenal ku. Ketika Daniel ingin menjawab, minuman yang kami pesan telah datang. Daniel mengurungkan keinginan nya untuk menjawab pertanyaan Adinda.

"Lalu, kenapa bisa ada dia?" Tanya Adinda sembari menunjuk Arfan yang sedang minum dan melihat ke arah luar dari balik kaca.

Daniel kemudian menjelaskan kalau Arfan adalah guru private nya saat SMA. Saat itu dia butuh guru private untuk mengajarkan nya Bahasa Inggris supaya bisa diterima beasiswa ke Amerika. Aku melihat Arfan saat mendengar penjelasan Daniel. Daniel juga menambahkan kalau Arfan tidak hanya sebagai guru, tetapi, juga sebagai teman, karena sudah bertahun-tahun bersama nya saat dia masih seorang pelajar.

Daniel bertanya kepada Arfan apakah dia sudah menikah. Arfan menaruh minuman yang di pegang nya di atas meja.

"Belum, tetapi, saya sudah bertunangan,"

Daniel memberikan selamat kepada Arfan dan bertanya kenapa tidak memberitahu nya ketika bertunangan. Arfan hanya menjawab Daniel bisa datang saat dia menikah nanti. Aku langsung melihat ke Arfan yang tengah menatap Daniel dengan raut wajah yang sedikit mengejek nya.

Aku lalu mengatakan ingin pulang duluan sembari berdiri dari kursi tempat ku duduk.

"Biar aku antar," Sahut Arfan dan Daniel serentak.

Adinda melihat Arfan dan Daniel yang berdiri secara bersamaan. Dia lalu berkata akan mengantarkan ku pulang. Aku kemudian pergi di ikuti Adinda yang berada di belakang ku. 

Aku tidak berbicara apa pun selama di perjalanan. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih ke Adinda. Dia membalas senyum ku lalu pergi.

Aku masuk ke dalam rumah dan merebahkan diri ku di atas tempat tidur. Aku mengambil handphone ku yang berbunyi dari dalam tas.

Kamu sudah sampai di rumah?

Aku menaruh handphone ku setelah membaca chat dari Arfan. Aku tidak tahu kalau hubungan Arfan sedekat itu dengan Daniel. Arfan pasti terkejut saat tahu aku mengenal Daniel. Sama seperti ku yang terkejut saat pertama kali mengetahui bahwa mereka saling kenal. Aku jadi tahu kenapa Arfan sempat mengabaikan ku. Tak seharus nya aku marah pada nya.

Besok nya

Ibu melihat ku berada di dapur kemudian mendatangi ku yang sedang memasak nasi goreng. Aku melihat tatapan Ibu yang penuh dengan kecurigaan. Ibu merasa aneh melihat ku bangun sepagi ini di hari libur, terutama memasak nasi goreng. Ibu lalu menggoda ku apakah nasi goreng ini untuk Arfan. Aku menganggukkan kepala mengiyakan.

Ayah keluar kamar karena mencium aroma nasi goreng. Ibu menceritakan pada Ayah kalau aku memasak nasi goreng untuk Arfan. Tentu saja, Ayah juga menggoda ku seperti Ibu. Aku kembali ke kamar mengambil tas ku setelah itu mengambil nasi goreng yang sudah aku taruh di kotak makan untuk ku bawa menemui Arfan.

Sesampai nya di rumah Arfan, aku memencet bel. Tidak seperti sebelum nya, kali ini Arfan langsung membuka pintu setelah aku memencet bel. Arfan melihat ku berdiri di depan pintu. Aku masuk ke dalam rumah nya tanpa Arfan suruh. Arfan menutup pintu rumah lalu mendatangi ku ke meja makan. Aku membuka kotak makan yang ku taruh di atas meja. Arfan melihat nasi goreng di hadapan nya lalu mengarahkan pandangan nya ke arah ku.

Aku menyuruh nya untuk mencoba nasi goreng yang ku buat.

"Saya nggak biasa sarapan nasi pagi-pagi,"

Sombong banget nggak biasa sarapan nasi. Memang nya selama ini sarapan apaan? Batu bata?

"Yaudah, kalau nggak mau. Aku buang saja nasi nya," Ucap ku sembari menutup kembali kotak makan tersebut.

Arfan lalu menyingkirkan tangan ku dari kotak makan kemudian dia duduk untuk mencoba nya. Aku penasaran bagaimana reaksi Arfan saat mencoba nasi goreng yang ku buat. Arfan melihat ke arah ku setelah mencoba satu suap. Dia kemudian bertanya apakah aku yang membuat nya. Aku menjawab iya lalu bertanya tentang rasa nasi goreng tersebut. 

Arfan menjawab lumayan. Dia lalu makan nasi goreng itu hingga tak tersisa. Aku yang melihat nya menghabiskan nasi goreng itu memandang nya dengan tersenyum. Arfan menoleh ke arah ku, dia mengatakan kalau mubazir membuang makanan.

Bilang saja kalau rasa nya enak. Tak perlu membuat alasan segala. Aku merapikan kotak makan yang ada di atas meja. Dia lalu bertanya aku datang sepagi ini apakah hanya untuk membawakan nya sarapan. Aku menjawab iya. Arfan meminta ku untuk menunggu nya sebentar, lalu dia pergi menuju kamar nya.

Tak lama kemudian, Arfan keluar dari kamar nya memakai kaos berwarna putih dan celana panjang berwarna hitam serta sneakers berwarna senada dengan pakaian nya.

Arfan meminta ku untuk menemani nya mencari kado. Aku menerima ajakan nya karena aku juga tidak punya rencana apa pun setelah ini. Kita pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Arfan meminta ku untuk membantu nya memilihkan kado. Kami memasuki toko satu demi satu. Namun, tak ada satupun yang membuat nya tertarik.

Aku bingung harus membantu nya seperti apa lagi. Dia lalu meminta ku untuk keluar saja dari pusat perbelanjaan tersebut. Setelah berjam-berjam mengelilingi tempat ini lalu dia meminta untuk keluar. Dengan perasaan kesal, aku berjalan mengikuti di belakang nya.

Kita sampai di salah satu tempat wisata. Aku turun dari mobil dan melihat tempat wisata yang ada di hadapan ku.

"Kita beneran ke sini, Pak?" Tanya ku pada Arfan dengan antusias.

"Harus nya pertanyaan itu di ajukan sebelum kita sampai tujuan," Ucap Arfan sembari menutup pintu mobil nya.

Aku kemudian masuk ke dalam meninggalkan Arfan. Arfan yang melihat ku masuk dengan raut wajah yang sangat senang hanya tersenyum manis lalu menyusul ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!