...Happy Reading! ✨️...
Setelah Arfan duduk, Papa Arfan kemudian menyampaikan maksud kedatangan keluarga mereka ke rumah. Ayah dan Ibu ku menyambut nya dengan senang hati.
"Bagaimana, April? Apakah April setuju untuk bertunangan dengan Arfan?" Tanya Papa Arfan kepada ku.
Kalau saja aku bisa jawab jujur pasti menyenangkan banget. Melihat Ayah dan Ibu yang tampak senang dengan pertunangan ini aku akhirnya menjawab iya ke mereka.
Ibu Arfan memberikan kotak cincin ke anak nya supaya di pakaikan ke jari manis ku yang sebelah kiri. Arfan lalu membuka kotak cincin tersebut kemudian menyematkan nya di jari manis ku. Arfan melirikku ku karena seharus nya giliran ku untuk memakaikan cincin di jari manis nya. Dengan perasaan terpaksa aku mengambil cincin yang masih berada di kotak dan memakaikan nya ke Arfan.
"Alhamdulillah," Ucap orang-orang yang hadir ketika acara pertukaran cincin selesai lalu di lanjutkan dengan pembacaan doa.
Adinda–adik perempuan Arfan yang wajah nya seperti beauty vlogger itu meminta ku dan Arfan untuk berfoto. Aku menolak nya, tetapi dia, mama nya, serta ibu ku memaksa kita untuk berfoto. Senyum palsu adalah cara tercepat untuk menyudahi sesi foto.
"Saya ingin bicara dengan bapak, saya akan menunggu bapak di dapur selesai bapak makan," Kata ku seraya berbisik ke Arfan.
Sesi makan tiba. Aku melihat Arfan sangat menikmati makanan yang Ibu ku masak. Sementara aku, bagaimana aku bisa makan di situasi seperti ini? Aku melangkah kan kaki ke dapur untuk menunggu nya selesai makan. Tak lama kemudian Arfan datang menghampiri ku ke dapur.
Aku menginterogasi nya panjang lebar. Menanyai nya berbagai macam pertanyaan yang menurut ku tentu saja nggak masuk akal.
"Sejak kapan bapak tahu kalau mau di jodohin sama saya?," Tanya ku penasaran.
"Sejak awal," Jawab nya santai.
Berarti selama ini ketika dia bertemu dengan ku di kelas saat awal perkenalan, saat bertemu dengan ku di cafe, saat dia menghukum ku karena telat, dan saat dia mengomel di sekolah, dia sudah tahu kalau aku adalah calon tunangan yang di jodohkan sama dia?. Arfan mengangguk.
Ya Tuhan… Kenapa semua ini terjadi padaku. Aku meminta jodoh yang nggak seperti dia, tetapi kenapa Engkau memberikan dia untuk jadi jodoh ku. Cita-cita ku hilang, suami impian pun demikian.
Ibu menegur ku dan Arfan yang sedang berada di dapur ketika Ibu hendak mengambil piring di lemari. Ibu lalu meminta kita berdua untuk segera kembali ke ruang tamu karena semua orang berada di sana. Arfan mengiyakan kemudian Ibu kembali ke ruang tamu.
"Sudah tenang saja, pertunangan ini akan di rahasiakan di sekolah," Terang Arfan yang kemudian pergi meninggalkan ku sendirian di dapur.
Tentu saja harus di rahasiakan. Pertunangan murid SMA saja sudah terasa aneh, apalagi menikah dengan om-om. Apa sih yang di fikiran Ayah sampai-sampai menjodohkan ku dengan guru itu.
"April!" Terdengar suara Ayah memanggil ku. Aku bergegas kembali ke ruang tamu. Rupanya Arfan dan keluarga nya akan pulang. Ketika sedang berpamitan, Ibu meminta ku untuk bersalaman dengan Arfan. Namun, aku menolak nya dengan alasan bukan muhrim.
Rombongan keluarga Arfan akhirnya pulang. Aku dan Ibu membereskan piring dan gelas untuk di cuci. Ayah ku senang karena acara pertunangan malam ini berjalan lancar. Begitu juga dengan Ibu yang terlihat senang karena mempunyai calon menantu idaman.
Ibu lalu menggoda ku dengan berkata kalau Arfan nggak bau ketek seperti yang pernah aku bilang. Di tambah lagi Arfan juga ganteng dan sopan banget. Ibu terus-terusan memuji calon menantu nya itu.
"Percuma ganteng kalau om-om. Kalau dia seganteng Brad Pitt baru deh aku mau,"
"Brad Pitt kan juga om-om, Pril" Sahut Ibu ku sambil menaruh piring dan gelas bersih di rak.
Aku melihat ke arah Ibu ku dengan menunjukkan wajah yang seolah nggak terima dengan persamaan om-om ini. Aku masuk kamar dan merebahkan diri di tempat tidur. Aku merasa di bohongi oleh guru menyebalkan itu. Dia sudah tahu kalau akan di jodohkan denganku, tetapi malah nggak memberitahu ku sama sekali. Apa dia sengaja ya berurusan sama aku.
Tiba-tiba ada chat masuk dari nomor nggak di kenal.
"Segera tidur, supaya besok nggak telat ke sekolah, biar nggak nyapu halaman lagi,"
Aku terbangun setelah membaca chat tersebut. Ini chat dari si guru itu? Dia punya nomor handphone ku? Pasti Ayah atau Ibu memberikan nomor handphone ku padanya. Atau ku blok saja ya? Aku membuka kembali chat dari Arfan lalu memblokir nomor handphone. Sekarang dia sudah nggak bisa menghubungi ku.
***
Ibu membuatkan sarapan untuk ku dan Ayah. Terlihat dengan sangat jelas kalau Ibu masih merasa senang dengan acara pertunangan semalam. Ibu kembali memuji Arfan di depan ku. Aku nggak ingin mendengar pujian itu lagi jadi aku memutuskan untuk segera berangkat ke sekolah.
Setibanya di sekolah, aku menuju ke kelas sambil memperhatikan sekeliling. Sepertinya aman. Aku nggak melihat guru itu di sepanjang jalan yang ku lewati. Aku nggak ingin bertemu sama dia.
Melody dan Ayu yang sudah datang terlebih dulu melihat raut wajah ku yang tampak tidak senang kemudian menanyakan apa yang terjadi. Aku terseyum dan berbohong kalau aku nggak apa-apa. Aku nggak mungkin memberitahu mereka kalau aku di jodohkan dengan guru yang mereka taksir.
Ayu nggak sengaja melihat cincin berwarna silver yang melingkar di jari manis ku saat aku memainkan handphone menggunakan kedua tangan. Kenapa aku bisa lupa melepas cincin itu. Aku menjelaskan kepada Ayu dan Melody kalau cincin itu hadiah dari Ibu ku. Mereka sepertinya percaya dengan perkataan ku.
"April!"
Aku menengok ke arah suara yang memanggil ku. Aku baru saja senang nggak bertemu dia malah dia yang mendatangi aku. Aku menghampiri Arfan yang sedang berdiri di depan pintu. Arfan meminta ku untuk menulis ulang laporan kemarin di karenakan laporan itu nggak sengaja ketumpahan air.
"Saya tunggu laporan nya sekarang," Kemudian Arfan pergi ke ruang guru.
Guru menyebalkan. Kalau saja aku bisa memberitahukan rahasia perjodohan ini ke orang-orang pasti sudah ku sebar luaskan. Aku kemudian menulis ulang laporan tersebut dengan buru-buru setelah pergi menemuinya.
Arfan melihat laporan yang ku berikan padanya, tetapi nggak bisa membaca tulisan ku. Aku memang sengaja menulis sejelek mungkin supaya dia nggak seenaknya menyuruh ku.
"Tulis ulang dengan tulisan yang rapi dan mudah di baca. Kalau tidak, saya akan menganggap kamu tidak hadir kemarin." Seraya mengembalikan laporan itu kepada ku.
Sabar, April, sabar. Ingat, ini di sekolah. Tahan emosi mu. Aku mengambil kembali laporan tersebut dari tangan Arfan.
"Ohya, sebelum kamu kembali ke kelas,". Arfan lalu mendekatkan dirinya padaku. "Buka nomor handphone saya yang kamu blokir, atau saya akan memintamu untuk menikah dengan saya dalam waktu dekat. Satu hal lagi, balas chat saya dan jangan mengabaikan kalau saya menelfon," Sambung nya dengan suara yang pelan.
Aku kembali ke kelas untuk menulis ulang laporan yang di minta Arfan lalu kembali lagi ke ruang guru. Arfan akhirnya menerima laporan ku. Aku semakin nggak menyukai guru sedingin freezer itu. Terlebih lagi, dia menjadi lebih menyebalkan setelah acara pertunangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments