Halo teman-teman!
Sebelum kalian membaca karya Author, Author punya rekomendasi cerita menarik untuk kalian. Judulnya Pembalasan Istri CEO dan Sang Idola. Yuk, kepoin ceritanya. Dijamin kalian bakalan suka 😊
...****************...
...Happy Reading! ✨️...
Sesampainya di rumah Arfan, aku lalu memapah Arfan turun dari mobil. Aku mencari-cari kunci rumah di saku kemeja dan saku celana nya. Setelah mendapatkan nya, aku lalu membuka pintu rumah dan membawa nya naik ke lantai dua menuju kamar nya.
Aku membaringkan tubuh Arfan di atas tempat tidur. Badan ku sakit semua setelah memapah nya sampai ke kamar. Aku kemudian mencari dimana obat P3K berada. Namun, aku tidak menemukan obat itu di kamar nya. Aku kembali mendatangi Arfan yang terbaring lemas untuk menanyakan di mana dia menaruh obat P3K. Arfan memberitahukan kalau obat tersebut ada di bawah dekat dapur. Aku lalu turun untuk mengambil obat itu dan kembali lagi ke kamar Arfan.
Aku mengobati luka-luka yang terdapat di wajah nya. Arfan merintih kesakitan dan meminta ku untuk lebih pelan mengoleskan obat di luka nya. Aku mencoba lebih pelan lagi mengobati nya, tetapi, Arfan masih tetap merintih kesakitan.
"Kalau Bapak nggak bisa tahan yaudah nggak usah di obati lukanya," Gerutu ku berhenti mengobati nya.
Arfan melihat raut wajah ku yang emosi, dia akhir nya meminta ku kembali mengobati luka nya dan akan menahan rasa sakit nya.
"Kalau sudah tahu nggak jago berantem nggak usah sok sok berantem segala. Mereka berenam, sedangkan bapak cuma sendirian. Ya pasti kalah lawan mereka," Gumam ku sembari mengoleskan obat.
Arfan hanya diam mendengar ocehan ku. Aku lalu menyuruh nya untuk istirahat karena dia tidak mau untuk di bawa ke rumah sakit.
Aku kemudian turun ke bawah untuk menaruh kembali obat P3K di tempat semula setelah itu kembali ke kamar Arfan.
Arfan tertidur setelah aku mengobati luka-luka nya. Aku duduk di lantai menjaga nya hingga Arfan terbangun. "Sebenar nya aku berterima kasih pada Bapak karena sudah datang menolong ku. Aku sangat ketakutan saat mereka mengejar ku dan berhasil menangkap ku. Aku mengira bahwa aku akan berakhir di sana. Ternyata aku salah. Bapak sampai di keroyok mereka karena berusaha menolong ku. Terima kasih, Pak," Bisik ku sembari merebahkan kepala ku di atas tempat tidur.
Arfan membuka mata nya lalu melihat ke arah ku yang sedang mengusap air mata. Dia menjadi tahu bagaimana perasaan ku saat peristiwa itu terjadi. Arfan menutup kembali mata nya untuk beristirahat.
Setelah berjam-jam menjaga Arfan yang sedang istirahat, tanpa sengaja aku tertidur. Arfan terbangun dari tidur nya dan melihat ku masih duduk di lantai menjaga nya. Dia membelai lembut rambut ku dengan tangan kiri nya. Dia lalu bangkit dari tempat tidur nya dan memindahkan ku ke tempat tidur nya. Arfan menyadari sesuatu ketika menggendong ku ke tempat tidur nya. Dia kemudian turun ke bawah dan kembali membawa termometer. Arfan mengukur suhu tubuh ku, tulisan di termometer menunjukkan angka 40 derajat celcius.
Arfan pergi ke dapur mengambil air hangat yang di taruh di wadah dan juga handuk kecil. Arfan lalu menaruh handuk yang sudah dia basahi di kening ku untuk menurunkan suhu tubuh ku secara sementara.
Setelah itu Arfan kembali ke dapur memasakkan ku makanan dan menaruh obat demam di atas meja. Dia lalu bersiap untuk pergi ke sekolah. Sebelum pergi, Arfan kembali mengompres ku dengan handuk yang sudah di basahi air hangat. Arfan juga menaruh sebuah kertas di atas meja yang berada di sebelah tempat tidur nya.
***
Aku terbangun dari tidur ku. Aku mengambil handuk yang berada di kening ku lalu aku menaruh nya di atas meja. Aku kemudian duduk dan melihat secarik kertas yang berada di atas meja.
Aku sudah memasak makanan dan ku letakkan di dapur. Segera di makan serta jangan lupa untuk minum obat.
Begitu lah isi dari pesan yang tertulis di kertas tersebut. Aku memang merasa tubuh ku panas. Aku turun ke dapur untuk memakan makanan yang Arfan masak. Aku melihat semangkuk sup berada di atas meja. Walau pun sup ini sudah dingin, tetapi, rasanya masih tetap enak. Arfan ternyata bisa memasak juga. Yah, kalau di lihat dari peralatan memasak yang ada di lemari nya, seperti nya sih jago.
Aku terkejut mendengar pintu terbuka. Aku melihat Adinda keluar dari kamar. Dia melihat wajah ku yang pucat sedang makan lalu meminta ku untuk meminum obat yang berada di sebelah mangkuk sup setelah aku selesai makan.
Aku bertanya pada nya sedang apa dia di rumah Arfan. Adinda mengatakan kalau Arfan menelepon nya pagi-pagi sekali untuk datang ke rumah nya menjaga ku yang sedang demam karena dia harus berangkat ke sekolah.
"Ini saja sudah sepuluh kali dia telepon aku nanyain keadaan kak April," Ucap Adinda pada ku.
Jangan-jangan Arfan semalaman tidak istirahat, tetapi, malah menjaga ku. Argh!! Bagaimana sih April. Bukan nya kamu yang harus nya menjaga dia, malah dia yang menjagamu. Memang nya Arfan sudah sembuh ya, kok bisa berangkat ke sekolah.
Handphone ku tiba-tiba berbunyi, Ayu menelepon ku. Ayu dan Melody menanyakan keadaan ku. Aku berkata kalau tubuh ku masih panas. Aku akan minum obat setelah makan. Mereka juga mengatakan akan menjenguk ku sepulang sekolah. Aku lalu memberitahu mereka bahwa aku tidak ada di rumah, tetapi, ada di rumah Arfan.
Ayu dan Melody terkejut mendengar nya. Arfan hanya memberitahu mereka kalau aku sedang sakit. Namun, tidak memberitahu kalau aku berada di rumah nya. Mereka kemudian menyudahi telepon nya karena bel di sekolah sudah berbunyi.
Aku meminum obat demam yang Arfan kasih setelah itu kembali ke kamar Arfan dan merebahkan tubuh ku di atas tempat tidur. Aku melihat sekeliling kamar nya, seperti nya dia memang fanatik warna putih. Aku lalu beristirahat karena mata ini mulai mengantuk.
Beberapa jam kemudian
Adinda masuk ke dalam kamar membawakan ku makanan. Aku terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Adinda lalu memeriksa suhu tubuh ku dengan menggunakan termometer. Angka di termometer menunjukkan angka 37 derajat. Akhirnya, panas di tubuh ku sudah mulai turun. Aku jadi merasa tidak enak kepada Adinda yang harus menjaga ku.
Aku meminta maaf kepada nya karena sudah marah beberapa hari yang lalu. Aku juga berterima kasih karena dia sudah mau menjaga ku. Adinda tersenyum, dia memaklumi perasaan ku. Dia tahu kesalah pahaman bisa terjadi kapan saja.
"Kak April mau tau nggak? Ini sudah 20 kali loh kak Arfan telepon aku nanyain kakak," Ujar Adinda menggoda ku.
Aku meminta Adinda untuk berhenti menggoda ku.
Aku dan Adinda mendengar suara ketukan pintu, tak lama kemudian pintu tersebut terbuka. Aku melihat Ayu dan Melody datang menjenguk ku. Di susul dengan Arfan yang berada di belakang mereka.
Aku berkata kepada Ayu dan Melody bahwa aku sudah baikan. Demam ku juga sudah turun. Adinda dan Arfan lalu membiarkan kami bertiga berbincang di kamar. Sementara mereka berdua turun ke ruang keluarga.
Melody bertanya pada ku kenapa aku bisa berada di rumah Arfan. Aku kemudian menceritakan kejadian semalam. Ayu dan Melody merasa bersalah meninggalkan ku sendirian setelah mendengar cerita ku. Aku meyakinkan mereka kalau kejadian semalam itu bukan salah Ayu dan Melody.
"Kayak nya Pak Arfan sudah jatuh cinta sama kamu deh, Pril," Celetuk Meldoy menggoda ku.
Aku meminta Melody untuk tidak berkata yang bukan-bukan.
"Kalau kamu sendiri gimana? Kamu jatuh cinta kan sama Pak Arfan?" Ucap Ayu yang juga menggoda ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments