Halo teman-teman!
Sebelum kalian membaca karya Author, Author punya rekomendasi cerita untuk kalian. Judul nya Kontrak Cinta Tuan CEO. Yuk, kepoin ceritanya. Dijamin kalian bakalan suka 😊
...****************...
...Happy Reading! ✨️...
Daniel tersenyum padaku lalu meminta ku untuk menghampiri nya.
"Pril, itu Daniel, kan? Kok dia bisa ada di sini?" Tanya Ayu heran.
Aku berkata kepada Ayu untuk pulang duluan saja. Ayu meminta ku untuk menelepon nya kalau butuh sesuatu. Setelah itu dia pergi dan aku menghampiri Daniel yang sedang berdiri bersama Arfan. Aku melihat ke arah Arfan yang terus menatap ku sejak tadi.
Daniel memperkenalkan ku ke Arfan. Dia lalu menawarkan untuk mengantarkan ku pulang. Aku terdiam dengan suasana canggung ini. Daniel meminta jawaban ku. Aku kembali melihat Arfan yang masih terus menatap ku. Aku menjawab iya. Arfan lalu berpamitan setelah mendengar jawabanku.
Daniel mengantarkan ku pulang. Dia bertanya bagaimana kabar ku, bagaimana kehidupan sekolah ku. Aku menjawab singkat pertanyaan-pertanyaan nya. Daniel juga menceritakan kembali kejadian-kejadian lama yang pernah kita lalui bersama.
Aku mengirim chat ke Arfan. Dia membalas chat ku yang isi nya "Maaf, aku sedang sibuk,"
Arfan pasti kesal dengan sikap ku tadi. Kalau di pikir-pikir, dia juga memberikan tumpangan kepada guru matematika yang nggak modal itu. Jadi harus nya impas, dong?
"Pril, rumah kamu masih yang dulu atau sudah pindah?" Tanya Daniel padaku.
"Masih yang dulu," Jawab ku tanpa melihat ke arah Daniel. Aku melihat jalan menuju rumah ku sudah semakin dekat. Aku lalu meminta Daniel untuk berhenti di pertigaan saja.
Daniel yang heran kemudian bertanya kenapa kepadaku. Aku menjawab kalau aku mau ke suatu tempat dulu. Dia lalu menawarkan untuk mengantarkan ku kesana sekalian ingin bertemu dengan kedua orang tua ku. Aku menolak dan meminta nya untuk menurunkan ku di pertigaan saja. Daniel akhir nya berhenti di pertigaan lalu aku turun. Dia lalu berpamitan dengan ku kemudian pergi.
Aku nggak mau Daniel ke rumah bertemu Ayah dan Ibu. Kenapa dia harus datang lagi di saat aku sudah bisa melupakan nya. Di tambah lagi, dia mengenal Arfan. Kenapa dunia ini begitu sempit?
Di Rumah
Aku kembali melihat handphone ku. Sudah jam 8 malam, tetapi, Arfan belum menghubungi ku lagi. Bahkan, dia juga nggak membalas chat ku. Seperti nya dia benar-benar marah padaku. Ada notifikasi masuk di handphone ku. Dengan cepat aku membuka nya, tetapi notifikasi tersebut adalah email dari Daniel. Aku melihat puluhan email dari nya yang nggak ku buka.
Aku menyiapkan tugas yang waktu itu aku kerjakan bersama Ayu dan Melody di sebuah Cafe untuk ku bawa ke sekolah besok. Aku kembali teringat dengan perkataan kasir di Cafe tersebut tentang seorang pria yang membayarkan pesanan kami.
***
Ayu dan Melody meminta ku menceritakan apa yang terjadi kemarin. Aku berkata kalau Daniel mengantarkan ku pulang. Mereka bertanya padaku apakah Daniel mengatakan sesuatu seperti meminta balikan. Aku menggelengkan kepala.
"Awas saja kalau sampai dia meminta mu untuk balikan setelah apa yang dia lakukan dulu ke kamu," Gerutu Melody dengan wajah yang terlihat emosi.
Ayu mengingat kembali saat bertemu Daniel kemarin, dia sedang berdiri bersebelahan dengan Arfan. Ayu menduga sepertinya Daniel kenal dengan Arfan.
Tak lama kemudian, Arfan memasuki kelas. Dia mengabsen satu persatu murid di kelas. Bahkan, saat nama ku di panggil, dia hanya melihat ku sekilas saja. Arfan lalu meminta murid-murid untuk mengumpulkan tugas kelompok di atas meja nya. Aku berjalan ke depan untuk mengumpulkan tugas tersebut. Namun, Arfan seperti pura-pura nggak melihat ku.
Bel pergantian pelajaran berbunyi. Arfan langsung mengakhiri pertemuan dengan membawa setumpuk kertas yang berada di meja nya ke ruang guru. Aku lalu menyusul Arfan. Namun, langkah ku terhenti saat melihat Bu Sri mendatangi Arfan untuk membantu membawakan setumpuk kertas yang berada di tangan Arfan ke ruang guru. Arfan menolak nya, tetapi, Bu Sri memaksa untuk membantu membawakan nya.
Aku kembali ke kelas dan mengirimkan chat kepada Arfan secara sembunyi-sembunyi dari guru yang saat ini mengajar.
[Bapak marah sama aku?] 13.30
[Kenapa Bapak nggak membalas chat ku?] 13.40
[Bapak nggak mau aku mengabaikan chat dan telepon dari Bapak, tapi malah Bapak yang mengabaikan chat ku] 13.50
Arfan masih tetap tidak membalas chat ku.
Jam pulang sekolah tiba. Aku pergi ke cafe tempat kami mengerjakan tugas kelompok beberapa hari yang lalu. Aku bertanya kepada kasir di cafe tersebut apakah bisa aku melihat rekaman cctv di tanggal 26 kemarin. Aku beralasan kalau pria yang membayarkan pesananku tidak ada menghubungi ku dan aku ingin tahu siapa pria tersebut untuk mengganti uang nya.
Kasir yang bertugas saat itu lalu meminta waktu sebentar untuk menemui manager nya. Setelah beberapa saat, manager tersebut datang menghampiri ku dan mengizinkan untuk melihat rekaman cctv.
Aku melihat seorang pria memakai jaket berwarna hitam sedang berdiri di kasir. Aku terus memperhatikan rekaman cctv itu dan ternyata adalah Daniel saat aku melihat wajah nya di layar monitor.
Aku lalu berterima kasih kepada manager tersebut dan pergi meninggalkan cafe. Jadi, Daniel yang membayarkan pesanan ku. Aku mengambil handphone ku yang berada di tas. Tidak ada notifikasi apapun yang masuk. Arfan masih belum membalas chat ku.
Aku lalu menelpon Adinda untuk meminta alamat rumah Arfan. Adinda mengolok-olok ku dengan berkata ingin menemui sang tunangan di rumah nya.
"Kirimin saja alamat nya," Pungkas ku setelah itu menutup panggilan tersebut.
Tak berselang lama, ada chat masuk dari Adinda. Aku segera pergi ke alamat yang Adinda kirimkan.
Sesampai nya di sana, aku memencet bel. Namun, tidak ada respon. Aku memencet bel sekali lagi. Masih tidak ada respon apapun. Untuk ketiga kali nya aku memencet bel. Lalu aku melihat pintu terbuka. Aku melihat Arfan yang sepertinya baru saja selesai mandi karena rambut nya yang basah dan juga handuk yang masih melingkar di leher nya.
"Bapak nggak mempersilakan aku masuk?" Tanya ku kepada Arfan yang berdiri di depan pintu.
Dia lalu menyuruh ku masuk dan menutup pintu. Aku meminta Arfan untuk membuatkan ku minuman. Arfan kemudian pergi ke dapur mengambilkan segelas air putih kemudian memberikan nya pada ku.
Aku menaruh gelas itu ke dapur setelah meminum nya. Aku pun bertanya kenapa dia nggak membalas chat ku sama sekali. Arfan hanya berkata sedang sibuk.
"Apa ini ada hubungan nya dengan Daniel? Bagaimana Bapak bisa mengenal dia?" Tanya ku penasaran.
Arfan berkata ini nggak ada hubungan nya dengan Daniel. Arfan meminta ku untuk pulang karena hari sudah senja. Aku nggak mau pulang sampai aku mendapatkan jawaban nya.
Arfan melihat ku. Aku yang tiba-tiba saja di tatap oleh nya langsung merasa aneh. Arfan menaruh handuk yang melingkar di leher nya di atas kursi. Dengan perlahan Arfan maju selangkah demi selangkah menghampiri ku. Aku pun mundur sambil memintanya untuk berhenti melangkah.
Langkah kaki ku terhenti saat badan ku bersandar di tembok. Namun, Arfan masih terus melanjutkan langkah nya.
"Bapak jangan macem-macem ya!" Perintah ku kepada Arfan yang masih terus melangkahkan kaki nya ke arah ku.
"Pak, berhenti!!" Teriak ku ketika melihat Arfan sudah berdiri tepat di hadapan ku.
Arfan menatap ku. Aku langsung berpindah tempat menjauh dari nya.
"Lebih baik kamu pulang sekarang dari pada saya melakukan sesuatu padamu," Sahut nya dengan penuh senyuman.
Aku melangkahkan kaki ku pergi meninggalkan rumah Arfan tanpa mendapatkan jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Khotimah Badri
semangat thoor
2023-10-29
1