...Happy Reading! ✨️...
Aku menengok ke arah seseorang yang memanggilku. Arfan menghampiri ku yang baru saja keluar dari kelas dan meminta tolong untuk membawakan kertas-kertas ulangan ke dalam mobilnya. Dia lalu memberikan kertas-kertas yang berada di tangan nya kepada ku.
Banyak murid-murid lain yang bisa di mintai tolong, kenapa harus aku yang membawa nya. Lagi pula, aku tadi melihat dia bisa-bisa saja membawa kertas-kertas ini tanpa kesusahan. Dasar guru menyebalkan.
Ketika aku dan Arfan tiba di parkiran, Bu Sri datang menghampiri kami. Dia mengajak Arfan mengobrol tanpa memperdulikan murid-murid lain yang berbisik melihat mereka.
Aku tahu kalau Arfan itu menyebalkan, tetapi, aku baru tahu kalau guru matematika ini lebih menyebalkan dari Arfan.
"Maaf, Pak, ini kertas nya mau saya pegang sampai kapan, ya?" Tanyaku dengan nada sedikit kesal.
Arfan menyuruh ku untuk menaruh kertas-kertas tersebut di dalam mobilnya. Sementara dia masih asyik mengobrol dengan Bu Sri. Aku lalu menutup pintu mobil Arfan dengan sekuat tenaga hingga dia menoleh. Aku berpamitan kepada Arfan dan Bu Sri kemudian pergi meninggalkan mereka.
Dengan sepeda motor yang ku kendarai, sepanjang perjalanan aku meluapkan kekesalan ku terhadap Bu Sri yang masih terus saja mendekati Arfan. Aku tak memperdulikan orang-orang yang memperhatikan ku berbicara sendiri saat mereka melewati ku.
Aku menepikan sepeda motorku karena mendengar handphone ku yang berada di dalam tas berbunyi. Aku melihat nama Arfan di layar handphone ku, setelah asyik mengobrol sekarang dia menghubungiku.
Aku mengangkat telepon dari Arfan. Dia memintaku untuk datang ke rumahnya karena hari ini jadwal belajar private bahasa inggris. Aku menuju ke rumah Arfan dengan perasaan ku yang masih kesal.
Sesampainya di rumah Arfan, aku memencet bel dan Arfan langsung membuka pintu rumahnya. Aku masuk ke dalam rumah nya lalu duduk di sofa. Arfan menyuruh ku untuk memeriksa jawaban ulangan harian kelas lain. Ini kertas-kertas yang ku bawa tadi ke mobilnya, sekarang dia memintaku untuk memeriksanya.
Dia yang bikin soal, aku yang di minta untuk memeriksa, memangnya dia pikir aku mengetahui jawabannya. Arfan lalu memberikan sebuah kertas kepadaku yang berisi jawaban dari ulangan harian tersebut.
Setelah memberikan kertas jawaban, Arfan mulai fokus mengerjakan sesuatu di depan laptop nya. Dia menyebut ini belajar private? Ini namanya mencari kesempatan di dalam kesempitan. Mentang-mentang dia guru jadi bisa menyuruhku seenaknya.
Aku mulai memeriksa ulangan harian satu per satu yang berada di atas meja sesuai dengan jawaban yang Arfan berikan. Ternyata memeriksa jawaban satu per satu seperti ini pegal juga. Tidak heran jika Arfan menyuruh ku melakukannya.
"Kalau sudah selesai, kerjakan soal-soal yang ada di kertas satunya," Ucap Arfan yang masih terus fokus dengan laptop nya.
Aku mengeluhkan permintaan nya, tetapi, Arfan hanya fokus pada laptop nya tanpa menanggapi keluhan ku.
Dengan raut wajah yang kesal dan perasaan terpaksa aku mengerjakan soal yang ada di kertas. Otak ku sudah tidak bisa berpikir lagi, aku tidak tahu bagaimana mengerjakan nya.
"Jangan mencari jawaban di internet," Sahut nya saat aku mencoba membuka internet di handphone ku.
Aku menaruh handphone ku di atas meja dan mulai kembali mengerjakan soal-soal yang aku tidak mengerti.
Arfan melihat ke arah ku yang ternyata tertidur saat mengerjakan soal. Dia tersenyum sembari membelai lembut wajah ku. Arfan pergi ke kamar untuk mengambilkan selimut lalu memaksikannya di tubuhku. Dia kemudian menutup laptop nya dan pergi ke dapur.
Aku terbangun ketika mendengar suara dari handphone ku. Rupanya Ibu menelepon ku karena aku tak kunjung pulang. Aku melihat jam tangan di tangan kiri ku, aku terkejut melihat waktu sudah menunjukkan jam 7 malam. Aku lalu berkata kepada Ibu kalau aku akan segera pulang.
Aku melihat selimut yang berada di kaki ku. Jadi dia memberikan ku selimut ketika aku tertidur, tanpa sengaja aku tersenyum dengan perlakuan nya yang bisa di bilang sederhana.
Aku lalu menemui Arfan yang berada di dapur. Aku berpamitan padanya untuk pulang karena Ibu sudah menelepon ku. Arfan yang melihat ku sudah membawa tas dan bersiap untuk pulang meminta ku untuk makan malam dahulu sebelum pulang. Aku menolaknya dan ingin pulang saja. Namun, Arfan memegang tangan ku supaya aku tidak pulang. Dia kembali meminta ku untuk makan malam, setelah itu Arfan mengizinkan ku untuk pulang.
Aku sebenarnya tidak enak untuk pulang begitu saja karena aku melihat makanan di atas meja makan yang sudah dia masak. Aku akhirnya mengiyakan permintaan Arfan untuk makan malam dahulu. Arfan melepaskan tangan nya dari tanganku lalu kami menuju ke meja makan.
Aku meminta maaf padanya karena tertidur saat mengerjakan soal yang dia berikan. Di tambah lagi, soal-soal tersebut belum selesai ku kerjakan. Arfan hanya diam tidak menjawab perkataan ku. Wajah nya tampak serius sembari menyuap nasi ke mulut nya.
"Kertas soal nya aku bawa pulang kok, Pak. Tenang saja, nanti aku kerjakan di rumah," Kata ku kepada Arfan yang masih terus diam.
Ketika aku sudah selesai makan dan ingin beranjak dari kursi, tiba-tiba Arfan berkata ingin aku menemani nya besok di sebuah acara. Aku mengiyakan ajakan Arfan, lalu aku pergi di antar Arfan menuju ke depan rumah nya.
***
Aku sudah siap dengan memakai gaun berwarna biru muda yang Arfan belikan ketika aku ulang tahun. Aku tidak tahu mengapa Arfan memintaku untuk memakai gaun ini. Ibu mengetuk pintu kamar ku seraya memberitahukan bahwa Arfan sudah datang menjemput.
Aku keluar kamar dan menemui Arfan di teras. Dia terlihat ganteng memakai setelan jas berwarna navy di padukan dengan sepatu pantofel berwarna hitam yang menambah kegantengannya.
Kita kemudian berpamitan lalu pergi ke tempat acara. Aku bertanya kepadanya acara apa yang akan kita hadiri. Arfan hanya menjawab acara pernikahan teman nya. Namun, wajah Arfan tidak terlihat senang saat mengatakan nya.
Sesampainya di sana, Arfan memarkirkan mobilnya lalu kita pergi menuju ballroom tempat di adakannya pernikahan. Aku melihat nama kedua mempelai beserta foto pre-wedding yang di pajang di depan pintu ballroom. Aku tidak tahu yang mana teman Arfan, apakah dari pihak mempelai pria atau dari pihak mempelai perempuan.
Arfan tiba-tiba menggenggam tangan ku yang mana membuat ku terkejut. Arfan lalu mengarahkan langkahnya menuju ke pelaminan menghampiri kedua mempelai. Arfan kemudian memberikan ucapan selamat kepada mempelai pria, begitu pula dengan ku. Namun, saat Arfan berada di hadapan mempelai wanita, dia menggenggam tanganku dengan sangat erat. Aku melihat wajah Arfan yang tampak serius memberikan ucapan selamat beserta mendoakan kebahagiaannya kepada mempelai wanita. Tak lupa Arfan memperkenalkan ku sebagai tunangannya. Aku tersenyum saat mempelai wanita tersebut melihat ke arahku. Sesudah memberikan ucapan selamat, kita berdua keluar dari ballroom.
Aku melihat wajah Arfan yang masih tampak serius. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara Arfan dan mempelai wanita tadi, tetapi, sepertinya permasalahan yang sangat serius melihat genggaman Arfan yang begitu erat saat di dalam ballroom.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments