Keesokannya
Tut..Tut..Tut
"Nadya cepat sayang, supir dari Mama Melda udah datang." panggil Maya dari luar pintu kamar Nadya.
"Iya ma, Nadya udah siap kok." jawab Nadya dan langsung membuka pintu kamar yang menampilkan dirinya yang sangat cantik.
"Wah, anak mama cantik sekali. puji Maya.
"Iya dong, anaknya siapa." sambung Nadya dengan percaya dirinya.
"Yaudah ayo, nanti Mama Meldanya nungguin." ujar Maya
"Iya ma." Jawab Nadya.
Butik pernikahan
"Non, itu nyoya disana nungguin non." ucap sang supir sambil menunjuk ke arah Melda yang terlihat sibuk memilih milih pakaian pernikahan.
"Iya pak, terimakasih."
"Tante." panggil Nadya yang sudah dekat dengan Melda dan Luis.
"Nadya, kan sudah mami bilang panggil Mama dan Papa."
"Oh iya hehe." ujar Nadya sambil cengengesan.
"Yaudah gapapa, sekarang kamu cobain ini, Mama merasa kamu cocok memakai pakaian ini." ucap Melda.
"Iya Ma." jawab Nadya sembari mengambil gaun mewah yang diberikan Melda.
Setelah beberapa menit, Nadya keluar dari ruang ganti dengan gaun tadi yang sudah dipakai olehnya. Gaun yang dipakainya menambah kecantikan dan aura anggun dari Nadya.
"Wah menantu mama cantik sekali, tidak salah Mama pilih kamu sebagai menantu!" puji Melda yang merasa kagum.
"Iya ma, menantu kita cantik sekali." sambung Luis.
"Tapi ini sangat mewah Ma." ucap Nadya ragu.
"Apapun untuk menantu Mama." jawab Melda tersenyum diikuti oleh Luis.
Gaun yang dipakai dan dibeli Nadya adalah bukan sembarang gaun. Gaun itu adalah gaun termewah di kota itu dan gaun itu hanya dapat dibeli oleh orang orang yang berkelas atas dan terkenal karena harganya yang sangat fantastis dikarenakan dilengkapi dengan emas dan perak. Gaun itu juga gaun yang termasuk langka dan sulit untuk ditemukan.
Tiba tiba Nadya teringat dengan Vino karena sedari tadi dia datang, dia tak melihat Vino.
"*T\*\*umben dia tidak terlihat, kemana dia?" batin Nadya*.
"Nadya sayang." panggil Melda dan diakhir panggilannya sedikit kuat karena tidak ada sahutan dari Nadya.
"I..iya ma." jawab Nadya yang baru tersadar.
"Kamu kenapa sayang, kok melamun?" tanya Luis.
"Kamu nyari Vino?" tiba tiba pertanyaan dari Melda membuat Nadya sedikit kaget karena Melda yang bisa tau apa yang dipikirkannya.
"Dia tidak bisa datang sayang, karena banyak kerjaan di kantor katanya." sambung Melda tanpa menunggu jawaban dari Nadya.
"Em...." ucapannya terpotong karena Melda yang lebih dulu memotongnya.
"Sudah sudah, kamu jangan sakit hati ya. Dia juga begitu untuk masa depan kalian nanti kan." ujar Melda memberi pengertian dan Nadya hanya mengangguk.
"*Buat apa aku harus sakit hati. Malah lebih bagus jika dia tidak datang apalagi lebih bagus lagi kalau dia tidak datang dihari pernikahan, biar sekalian batal saja*."
"Yaudah kita pulang ya sayang, tadi gaunnya sudah dipesan dan sudah siap, jadi nanti akan langsung dikirim ke rumah kamu."
"Iya Ma." jawab Nadya sambil tersenyum.
Malam hari, di kediaman Nadya, terlihat dia tengah duduk sambil melamun memikirkan sesuatu yang belum bisa diterimanya.
"Apakah aku besok akan benar benar menikah? jujur aku belum bisa menerima ini dengan ikhlas, apalagi aku harus menikah dengan pria kulkas dan sombong sepertinya. Tapi tak apa, dari pada aku harus melihat raut wajah orang tuaku yang sedih. Mereka sudah melahirkan dan membesarkan ku dengan penuh kasih sayang. Aku harus bisa membalasnya dengan menerima perjodohan ini." gumamnya tersenyum masam. Ada sedikit rasa sesak didadanya mengingat ini semua.
Beda ditempat lain, terlihat seorang pria muda yang tak lain adalah Vino sedang memegangi dan melihat foto seorang wanita cantik yang tengah duduk dengan memegang bunga mawar putih yang sangat indah.
"Maya maafkan aku, aku tak bisa menjaga hubungan kita dengan baik. Maafkan aku, besok aku akan menikah dengan wanita yang aku tak tau apa perasaanku kepadanya, tapi kau tenanglah, hatiku ini hanya untukmu walau aku sudah menikah nanti." ucapnya sendiri dan tak terasa air mata nya menetas dan membasahi foto perempuan itu.
**Keesokannya**
Semua orang tengah sibuk menata pesta tersebut dengan megah dan indahnya, tapi tidak dengan seorang wanita yang masih tertidur dengan pulasnya sambil bersembunyi di balik selimut tebal dan indah itu, sampai ia lupa bahwa hari ini adalah hari terpenting di hidupnya.
Tapi tidak bertahan lama, wanita itu harus bangun dengan panggilan yang menggangu tidurnya.
Tok..tok..tok..
"Nadya, apa kamu sudah siap sayang?"
Tok...tok..tok..
" Nadya sayang...Nadya!" panggil Maya yang semakin lama semakin kuat karena tak ada jawaban.
Ceklek....
Pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita manis yang lengkap dengan piyama tidurnya. Dapat dikatakan bahwa dia baru saja bangun dari tidurnya.
"Ada apa ma, kenapa teriak teriak?" tanya Nadya dengan suara khas tidurnya tanpa memperhatikan mamanya yang sudah rapi dan cantik.
"Ya ampun Nadya, ini adalah hari terpenting untuk mu dan kau?" ujar Maya tak habis pikir melihat putrinya ini.
"Maksud mama apa sih?" ujarnya masih belum sadar.
"Hais.. Nadya kamu tau hari ini hari apa?" tanya Maya mencoba sabar.
"Hari Sabtu, trus kenapa ma?" jawab Nadya dengan santainya.
"Iya mama tau ini hari Sabtu, tapi ini hari terpenting untuk mu Nadya." ujar Maya kuat karena kesal melihat putrinya ini.
"Hari terpenting? untukku? maksudnya apa sih ma? Nadya benar benar ga ngerti maksud Mama apa?" tanya Nadya bingung.
"Nadya..ini hari pernikahan kamu!" ucap Maya keras dan diakhir kalimat penuh dengan tekanan.
"Ohw." Sahut santai Nadya.
"Nadya, ini hari terpenting buat mu dan masa depan mu tapi kau masih bisa santai dengan semuanya?" tanya Maya lagi lagi tak habis pikir.
"Iya kan cuman hari pernikahan, yasudah jalanin saja, apanya yang sulit?" jawabnya lagi lagi sangat santai.
"Huh." Maya menghela nafas panjang dan mulai bicara biasa saja dengan anak perempuan nya ini, karena ia sudah sangat hafal dengan sifat anak nya ini.
Ia akan merasa santai jika masalah yang bersangkutan tersebut tidak terlalu penting baginya.
"Nadya sayang, mama tau ini terlalu berat bagimu, dan menurutmu ini tak terlalu penting, tetapi tidak untuk kami sayang, kami sudah lama menunggu hari ini, apakah kau tak sayang dengan kami orang tuamu?" ujar Maya memelas.
"Mama ngomong apa sih, ya tentu sayang dong Ma."
"Kalau kamu beneran sayang sama kami, tolong sayang turutin kata Mama sama Papa, kami tau ini berat bagimu, tapi kami juga melakukan ini untukmu demi masa depanmu." ujar Maya diikuti air mata yang menetes dari sudut matanya.
"Huh..baiklah Ma, Nadya akan lakukan apa yang Mama minta." pasrah Nadya.
"Makasih sayang" jawab Maya sambil memeluk Nadya.
***Jangan lupa tinggalkan jejak***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
dina Zulaikhah
semangat thor
2021-01-23
1