Keesokan harinya....
"Oke, aku sudah siap nanti aku akan langsung datang." ujar Nadya yang sedang bertelepon.
"Nadya?" panggil kedua orang tuanya yang melihat Nadya ingin berangkat tanpa sarapan.
"Iya pa ma, ada apa?" tanya Nadya menatap mereka.
"Kamu mau langsung berangkat?" tanya Maya mamanya.
"Iya ma, takut terlambat." jawab Nadya sopan.
"Yasudah kalau begitu, tapi papa mau mengingatkan sekali lagi jangan terus menerus bekerja, ingat kesehatanmu dan jangan terlalu dipaksakan." pesan Andi.
"Baik pa, yasudah aku langsung pergi ya pa ma." salam Nadya sebelum pergi.
"Iya sayang hati hati, tapi sebelum itu papa minta kamu untuk bersiap nanti malam karna papa ingin memberi tahu sesuatu yang penting kepadamu." ujar Andi memberi awalan langkah.
"Baik pa, aku permisi ya pa ma."
Sesampainya di kantor tepatnya di ruangan Nadya, dia terlihat merenung memikirkan sesuatu. Dia masih kepikiran dengan ucapan Andi papanya.
"S**ebenarnya papa mau ngomong apa? terlihat sangat serius dan lagi kenapa harus malem? apa segitu pentingnya? astaga kenapa aku jadi deg de an begini?" batin nya gelisah bercampur penasaran.
"Namun lamunan nya berakhir karna seseorang mengetok ngetok pintu ruangannya.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Maaf bu, ada yang ingin bertemu dengan ibu. Dia dari perusahaan yang sedang bekerja sama dengan kita Bu." ucap resepsionis sopan.
"Suruh dia masuk." perintah Nadya.
"Baik Bu, permisi." jawab resepsionis itu dan pamit untuk keluar.
Setelah beberapa menit, tanpa mengetuk seseorang yang ingin bertemu dengannya menerobos masuk.
"Apakah kau tak punya sopan san....?" ucapannya terpotong karena melihat yang masuk adalah CEO besar yang bekerja sama dengan nya.
"Ada apa nona, apakah saya dilarang masuk ke ruangan ini?" tanyanya sengaja membuat kesal.
"Ti..dak tuan, saya hanya terkejut saja dikarenakan tuan yang tidak mengetuk pintu sebelum masuk." jawab Nadya cengengesan.
"Oh masalah itu, saya rasa tidak perlu. Bahkan untuk membeli perusahaan mu ini saja, saya sanggup." ujar nya berlaku angkuh.
"D**asar pria sombong." batin Nadya.
"Bukan itu maksud saya tuan, maksud saya ta...?" ucapannya lagi lagi terpotong karena Vino memotong ucapannya lagi.
"Sudah sudah, itu tak terlalu penting. Saya kesini cuman ingin memberikan berkas ini. Di dalam berkas ini, sudah mencakup semua urusan dan hal hal kerja sama kita." ujarnya.
"Baik tuan, tapi bukankah tuan bisa memerintahkan sekretaris atau siapapun untuk mengantarnya? kenapa harus tuan yang datang?" tanya Nadya heran.
"Tidak mungkin kukatakan untuk melihat nya." batin nya.
"Apakah tidak boleh?" bukannya menjawab pertanyaan Nadya, Vino balik bertanya.
"Te..tentu boleh tuan." gagap Nadya. Jujur dia sangat kesal dibuat pria didepan nya ini.
"Hm." dehemnya lalu langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
"Huuh, apakah dia terlahir sebagai manusia yang menyebalkan." gumamnya kesal.
"Aku masih bisa mendengarnya!" teriak Vino diluar ruangan Nadya.
" Astaga mati aku! Ti..tidak tuan tidak." ujarnya terbata dengan setengah berteriak.
"Tidak ada jawaban lagi, berarti dia sudah pergi." gumam nya sangat lega.
Malam hari...
Tok...tok...tok...
"Nadya sayang?" panggil Maya dari pintu kamar Nadya.
"Iya ma?" jawab Nadya sambil membuka pintu kamar nya.
"Papa sudah menunggumu di bawah." ujar Maya.
"Mau ngapain ma?" tanya Nadya lupa dengan apa kata papa nya tadi pagi.
"Kamu lupa ya sayang, bukankah papa sudah bilang kalau dia mau memberi tahu sesuatu penting padamu." jawab Maya tersenyum.
"Oh iya. Baiklah ma, aku akan segera turun." ujar Nadya sambil menepuk sekilas jidat nya.
"Iya sayang, jangan lama lama ya."
"Iya ma."
"*Papa mau mengatakan apa? perasaan ku jadi tidak tenang." batin nya gelisah sebelum turun menemui papanya."
Jangan lupa tinggalkan jejak*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Dewi Purnama Sari
thor perhatikan dulu maya dan andi orang tua nadya sedangkan melda dan luis orang tua vino jgn salah thor perlu diingat thor peran nama orang tuanya masing
2021-05-01
2