"Apakah kau vi-vino?" tanya balik Nadya.
"Betul sekali, aku tak menyangka kita bisa bertemu lagi dan aku juga tak menyangka kau bisa mendirikan perusahaanmu sendiri, rasanya ada rasa kagum untukmu." jawabnya dengan tersenyum tipis.
"Terimakasih." ujarnya terlihat tidak suka.
"Kau tak berubah sampai sekarang kau semakin lucu." batin vino gemas dengan tingkah Nadya.
"Begitu sempitnya dunia ini sampai aku harus bertemu lagi dengan pria ini. Sabar Nadya sabar, ini kerjasamamu, kerjakan dengan baik dan profesional lah dan kau harus terlihat baik padanya jika tidak dia akan membatalkan kerjasamanya." batin Nadya menyemangati dirinya.
"Baiklah tuan, bisakah kita mulai sekarang?" tanya Nadya tersenyum manis kepada vino.
"Tentu." jawab vino singkat dengan kembalinya muka datarnya.
"Haiss..ada apa lagi dengannya. Sebentar tersenyum walau tipis dan sebentar sebentar kaya es, cuek, datar, dasar pria aneh!" batin Nadya kesal dengan tampangnya Vino.
****
"Hhuh... lelah sekali rasanya tapi yasudahlah, yang terpenting semuanya sudah beres." ucap seorang wanita muda yang tak lain adalah retin. Dia tersenyum senang setelah berbelanja kebutuhan dapurnya tanpa melihat sekeliling yang tampak dari jarak dekat, mobil yang berwarna hitam tengah melaju dengan kecepatan tinggi mengarah ke arah retin.
Ketika retin berjalan ke arah tempat mobilnya terparkir, tiba tiba tali sepatu nya lepas sehingga membuatnya harus berjongkok untuk mengikat tali sepatu nya. Mobil tersebut semakin dekat dan dapat dipastikan mobil itu akan menabrak retin, tapi sepertinya tuhan berkehendak lain..
"Awas.....!!!" teriak seorang pria dari arah dekat sambil berlari sekencang mungkin untuk menyelamatkan retin.
brukkkk....!
"Ahhh..." lirih retin sambil memegangi lutut nya yang berdarah sehingga rambut panjangnya menutupi wajahnya
"Kau tak apa apa nona?" tanya pria itu.
"Eum...hanya lututku saja yang terluka dan kau apa kau baik baik sa..?" ucapnya tergantung karena melihat wajah pria itu yang tidak asing baginya.
"Kau?" ucap mereka bersamaan.
"Apa kau baik baik saja?" tanya retin
"Ya, sepertinya lukamu sedikit parah. Ikutlah ke apartemenku yang dekat dari sini biar aku obati disana." ujar pria tersebut yang ternyata adalah Gerald.
"Tidak perlu, aku bisa mengatasinya dan terima kasih karena telah menyelamatkanku, jika tidak ada kau mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia ini." ujarnya mengingat kejadian tadi yang benar benar membuatnya seperti hilang akal.
"Jangan bicara seperti itu dan aku membantumu karena rasa kemanusiaan, dan lagian tadi aku hanya kebetulan lewat saja." ujarnya dingin menampilkan wajah datarnya yang secara tiba tiba.
"Sekali lagi terimakasih." ujar retin sedikit menampilkan ketidaksukaannya karena sifat gerald yang membuatnya kesal.
"Ada apa dengan hatiku?" tanya gerald pada dirinya sendiri.
" Kau sudah mengatakannya tadi. Sekarang ikutlah denganku ke apartemenku, jika tidak lukamu akan infeksi nantinya." ujar Gerald lagi.
" Ya baiklah, ayo." ujar retin pasrah karena memang lukanya semakin lama semakin perih dan sakit dan tak berselang lama gerald dengan tiba tiba mengendong tubuhnya.
"Tidak perlu aku bisa jalan sendiri, turunkan aku." ujar retin sambil berusaha turun.
"Diamlah." ujar gerald dingin dan retin yang mendengarnya tersentak diam membisu.
D**i apartemen**
"Ken..!!" teriak Gerald memanggil asistennya.
"Iya, ada apa tuan?" tanya ken yang baru saja datang.
"Tolong kau ambilkan semua obat obatan yang khusus untuk mengobati luka." ujar gerald dengan tampang datarnya.
"Baik tuan." sambung Ken dan mendapat anggukan dari gerald.
"Ahh...pelanlah sedikit." lirih retin yang merasakan perih yang cukup sakit di sekitar lututnya ketika diobati oleh Gerald.
"Tidak ada luka yang enak pasti sakit, dasar bodoh!" ujarnya tanpa menatap retin.
"Apa! kau bilang aku bodoh? apakah salah jika aku merasakan sakit karena luka itu? bukankah itu hal yang wajar? jadi dapat dikatakan bahwa kaulah yang bodoh!" ujar retin dengan raut wajah yang merah menahan kekesalan..
"Apa kau bisa diam?" tanya Gerald dengan tenang.
"Tidak!" jawab cepat retin
"Jika kau tidak mau diam, aku akan menciummu." ujarnya lagi dengan tenang tanpa beban.
"*An*eh, biasanya tuan tidak mau mengurusi urusan gak penting seperti ini, tapi mengapa tiba tiba tuan mau melakukan hal seperti ini bahkan itu urusan wanita. Biasanya kan dia tidak mau melakukan hal hal yang ada sangkut paut nya sama wanita kecuali keluarganya tapi sekarang, dasar tuan aneh!" batin ken dalam hati.
"E..diamlah, jika sudah selesai aku akan pergi." ucap retin mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum aku yang menyuruhmu pulang."
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak akan mengulanginya."
"Jadi maksudmu kau akan mengurungku disini."
"Kau cukup pintar."
"Diam kau! siapa kau bisa mengaturku!" ujar ketus retin dengan suara meninggi.
"Aku kekasihmu." jawab gerald santai tanpa menatap retin sambil terus mengobati lukanya.
"Ma..maksudmu? jangan mengada-ada kita tidak pernah menjalin hubungan bahkan kita bertemu pun masih dua kali."
"Terus?"
"Kau tidak pantas menjadi ceo di perusahaan, dasar bodoh!"
"Siapa bilang?"
"Aku!"
Pembicaraan mereka terhenti ketika ponsel retin berdering.
"Halo nek?"
(....)
"Apa?"
(.....)
"Hiks...hiks...baik nek aku akan pulang."
Setelah memutuskan telponnya tanpa disadari retin langsung memeluk gerald..
"Hiks... hiks... kakek.. hiks." tangis pecah retin sambil terus menangis.
"Mengapa kau menangis?" tanya gerald sambil membalas pelukan retin
"Ka...kakeku meninggal hiks..hikss !"
"Tenang lah, itu semua sudah kehendak tuhan dan kita tidak bisa menghentikan atau membantahnya."
"Aku harus pulang!*
"Biar kuantar." ucap gerald dan mendapat anggukan dari retin.
**
Setelah selesai meeting kerja samanya, mereka pun meninggalkan ruangan itu. Tetapi vino menghentikan langkah Nadia.
"Nadya?" panggil vino
"Ia tua?" jawab Nadya sambil membalikkan badannya.
"Temani saya makan!" ucapnya lagi tidak lupa dengan muka datarnya.
"Apa? Em...maksud saya mengapa saya harus menemani tuan makan? bukankah hal itu sudah diluar dengan kerja sama kita?" tanya Nadya ragu ragu karena takut menyinggung vino. Dia juga tersentak mengingat siapa vino sekarang.
"Jadi kau menolakku hm?"
"Tidak bukan begitu, mak..?" ucapnya terpotong karena vino langsung menarik tangannya.
"Tuan lepaskan, saya bisa jalan sendiri." ujar Nadya dan vino melepaskan genggamannya.
DI Restaurant
Mereka pergi ke restaurant terkenal dan terbesar di kota itu juga tak lain adalah milik vino sendiri, orang orang yang melihat mereka tentu merasa terkagum kagum.
"Wah cantik dan tampan sekali."
Begtulah kata kata mereka tetapi vino dan Nadya tidak mempedulikannya.
"Pesan untukmu?"
"Tidak usah tuan, saya kesini hanya menemani tuan makan."
"Hm.."
Keheningan terpecahkan karena ponsel Nadya berdering.
"Halo tin, ada apa?" tanya Nadya ketika retin menelponnya
"(....)"
"Apa? baik baik aku akan segera kesana bersama yang lain."
"(....)"
"Tuan, maaf saya harus pergi ke tempat sahabat saya, dia sedang berduka, saya permisi." ucap Nadya setelah selesai menelpon sahabatnya yang lain..
"Tunggu! biar kuantar."
"Tidak perlu tuan karena saya masih harus menjemput sahabat saya yang lain."
"Kita jemput." ujarnya sambil melangkahkan kaki pergi mendahului.
Di kediaman Floretin
"Hikss hikss kakek!!"
Jangan lupa tinggalkan jejak......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments