Ran pun akhirnya diam, bisa gawat jika sampai Juno menemukan mereka, Pria itu selalu saja menindas Ran sejak mereka kecil, dia seringkali memukuli Ran hanya demi kesenangan semata.
"Hey Bos, kau jadi sedikit lebih gemuk setelah keluar dari penjara, apa kau bersenang-senang disana?" Tanya salah satu dari teman Juno.
"Bersenang-senang kepalamu!" Bentaknya kesal sambil menggetok kepala temannya itu, "tapi ya, disana lebih baik dari pada disini, setidaknya aku tidak perlu mendengar omelan Ibuku tiap hari." Ujarnya.
"Cih, rupanya orang seperti dia pun masih punya rasa takut pada Ibunya." Gumam Rania pelan.
Cukup lama mereka sembunyi disana hingga akhirnya, Juno dan kawan-kawannya pun sudah pergi jauh. Ran diam sambil mendekap lututnya, dia terlihat seperti anak kucing yang ketakutan, "mereka sudah pergi Kak, ayo kita pulang." Ucap Rania sembari bangkit, dia mengulurkan tangannya untuk di pegang Ran.
Ran mendongak sambil tersenyum, "iya," ujarnya sambil meraih tangan Rania.
"Adik, sejak kapan kamu jadi pemberani seperti ini? Dulu saat kita tak sengaja bertemu mereka, kamu yang paling ketakutan, tapi sekarang justru kamu yang membawa Kakak bersembunyi," ucap Ran di sela-sela langkah mereka.
"Apa tidak boleh aku berubah? Aku tidak ingin selalu menjadi orang yang lemah, aku ingin bisa melindungi diri sendiri agar tidak selalu merepotkan Kakak." Rania tersenyum cerah.
"Kau tahu, kau tidak pernah merepotkanku Rania. Meski kita bukan saudara kandung, aku menyayangimu lebih dari diriku sendiri."
'Hah, mereka bukan saudara kandung? Aku pikir mereka benar-benar Kakak adik,' batin Rania, matanya sedikit melebar karena terkejut.
Ran menyentuh kepala Rania lembut, "jangan pernah berpikir kamu merepotkan, karena bagiku kamu adalah segalanya."
Deg...Deg...
Jantung Rania berdetak cepat, 'sial ada apa denganku?' batinnya bergumam.
"Se-sebaiknya kita cepat pergi dari sini, atau mereka akan kembali lagi." Rania membuang muka kearah lain, takut jika Ran menyadari wajahnya yang memerah.
"Baik. Adik, mau Kakak gendong?" Tawarnya, sikap bodohnya kembali lagi.
"Tidak mau." Tolak Rania tegas, dia pun langsung pergi lebih dulu meninggalkan Ran, dengan segera Ran pun berlari menyusul di belakangnya.
***
Keesokan harinya, Rania tengah memberi makan Sweety di kandangnya, anjing itu tampak lahap dan jauh lebih sehat sekarang.
"Kau tahu Sweety, aku tidak menyangka hidupku akan jadi begini, aku mati dan hidup lagi, semua ini terasa seperti mimpi, aku berharap bisa terbangun di kehidupan lamaku kembali. Menjalani kehidupan damai tanpa harus mengkhawatirkan apa pun, tapi ya andai waktu dapat di putar kembali, aku berharap juga tak pernah bertemu dengan dia." Gumam Rania sambil berjongkok memainkan telinga Sweety yang tengah makan sambil duduk.
"Kenapa kau begitu menyesali kehidupanmu? Tahukah kau, banyak hantu gentayangan yang berharap bisa masuk ke tubuhmu itu," suara yang familiar terdengar dari arah belakang, membuat Rania sontak menoleh, ternyata itu lagi-lagi Arkan yang muncul, dia tampak tengah berdiri menyilangkan tangan di dada sambil menyandarkan punggungnya di pintu.
Seketika Rania menunduk, menghindari tatapan Arkan padanya, 'Apa dia mendengar semuanya?'
"Mereka berharap dapat hidup kembali dan memperbaiki diri," lanjutnya.
"Ngomong apa sih dia, gak jelas banget," gerutu Rania pelan, namun yang terlihat oleh Arkan hanya gerak mulutnya saja.
"Siapa namamu?" Tanyanya.
"Rania." Jawab Rania sembari bangkit.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Tidak," sanggah Rania.
"Oh, oke kalau begitu." Jawab Arkan, ada perasaan aneh yang timbul saat di melihat Rania, perasaan familiar yang sulit di jelaskan.
"Berapa usiamu?"
"Tahun ini 21 tahun."
"Apa kau punya orang tua, saudara atau yang lainnya?" Entah apa yang membuat Arkan penasaran dengan silsilah keluarga Rania.
Rania mengerutkan kening, namun tak urung dia pun menjawab, "saya hanya punya satu Kakak laki-laki, orang tua saya sudah meninggal saat saya masih kecil." Jelas Rania, memang itu yang terjadi, beruntung beberapa Informasi dia dapatkan sebelumnya dari buku diary Rania yang dia temukan di laci nakas kamarnya.
"Oh, apa kau tidak punya saudara perempuan, atau sepupu jauh yang berjenis kelamin perempuan?"
'Sebenarnya, apa sih mau bajingan ini?' batin Rania kesal.
"Tidak ada Tuan, maaf saya harus melanjutkan pekerjaan saya. Lagi pula sepertinya Sweety juga ingin tidur siang," ucap Rania sembari berjalan menerobos meninggalkan Arkan yang masih berdiri di tempat yang sama.
Dengan langkah cepat Rania pun pergi dari tempat itu, 'sepertinya aku harus mempercepat rencanaku, semakin lama disini semakin berbahaya, dan sepertinya Arkan mencurigaiku. Tapi bagaimana caranya, agar aku bisa masuk ke kamar pribadiku?' otak Rania berputar mencari jalan yang dapat Ia lalui untuk menjalankan niat sebelumnya.
Yakni mengambil barang peninggalan Ibunya, yaitu sebuah kalung berlian dan sertifikat tanah yang dia simpan di berangkas pribadinya, hanya dia yang tahu isi di dalamnya, bahkan Arkan pun tak tahu soal sertifikat tersebut.
Tanpa sadar, Rania sudah berjalan memasuki area sekitar kamarnya, dia pun refleks sembunyi saat pelayan lain melintas tak jauh darinya saat ini.
'Itu kamarku, bagaimana caranya aku bisa masuk?" Pintu itu selalu tertutup rapat setiap waktu, bahkan tak satupun pelayan di ijinkan masuk kesana, hanya Arkan seorang yang keluar masuk kamar tersebut.
Seseorang menepuk pundak Rania, seraya berseru, membuatnya terlonjak saking terkejutnya, "Sedang apa kamu disini?"
"Astaga!" Pekiknya, hampir saja Rania melompat karena terkejut, ternyata dia Siska, gadis itu tertawa kecil melihat reaksi Rania yang terkejut karena ulahnya.
"Hayo loh, ngapain kamu disini? Pake ngendap-ngendap segala?" Dia menyipitkan matanya penuh curiga.
"Apaan sih, aku cuma penasaran sama rumah ini, selama ini aku kan hanya pernah masuk ke ruang kerja tuan, halaman dan kandangnya Sweety, cuma itu. Jadi aku ingin tahu tempat yang lain," dalih Rania memberi alasan.
Siska mengangkat sebelah alisnya, ujung bibirnya sedikit tertarik menghadirkan senyum sinis di bibirnya, "kamu pikir aku akan percaya? Aku tahu kamu punya niat lain, tapi tenang aja aku gak akan mengekspos kamu sekarang, karena kita di posisi yang sama, asal kamu tidak menghalangi jalanku, aku tidak akan mengganggumu." Bisiknya di daun telinga Rania.
'Cih, dasar wanita ******. Kamu pikir semua wanita itu gatel seperti kamu apa, liat cowok ganteng dikit di pepet terus. Kalau si Arkan sampe mau sama cewek modelan begini, fiks dia buta.' rutuk Rania dalam hati.
"Kamu ingin mendekati Tuan kan? Silahkan saja, aku gak peduli. Aku dan kamu jelas berbeda," cibir Rania, dia berlalu pergi malas meladeni wanita macam Siska.
"Sialan! Awas saja kamu, kalau nanti aku sudah jadi Istrinya Tuan, habis kamu!" Geramnya kesal, dengan kedua tangan mengepal erat.
"Mimpi aja terus, gak usah bangun!" Balas Rania tanpa menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments