Bab 9- Bertemu Sweety

'Uh, dia mulai lagi.'

"Ya udah, terserah mau Kakak apakan itu foto." Rania akhirnya mengalah, dia tak ingin lagi berdebat dengan Ran, dan banyak menghabiskan waktu.

***

Rania sampai di rumah Arkan, dan tentu saja dia di ceramahi oleh Bibi Betty karena terlambat satu jam. Dia di perintahkan untuk membersihkan halaman, dari mulai menggunting rumput, menyiram bahkan mencabuti rumput kecil yang tumbuh liar memenuhi halaman.

"Sa, kamu kenapa?" Suara seorang wanita yang kebetulan melewati tempat Rania bekerja. Percakapan mereka berdua tak sengaja sampai di telinga Rania yang tengah berjongkok sambil mencabuti rumput liar.

"Sweety, dia tidak mau makan, setelah Nyonya meninggal dia tampak tak bersemangat, bahkan makanan yang aku berikan padanya tak dia makan sama sekali." Ujar wanita bernama Sasa tersebut dengan suara lesu.

"Benarkah, apa Tuan tahu tentang ini?"

"Dia tahu, beberapa kali Tuan berusaha membujuknya, namun Sweety tetap tidak bereaksi, mungkin dia tahu apa yang terjadi pada Nyonya. Orang bilang anjing adalah binatang yang paling peka."

'Sweety, dia sakit?' batin Rania bergumam.

Sweety, adalah anjing yang Allea selamatkan dari jalanan, saat itu dia terluka kakinya patah dan badannya di penuhi penyakit kulit, tubuhnya kurus karena kurang makan, entah apa yang terjadi pada anjing jenis bulldog ini, mungkin dia di buang oleh pemilik sebelumnya karena penyakit yang di deritanya.

Perasaan Rania menjadi cemas, dia pun pergi ke kandang tempat Sweety tinggal.

Kriet...

Rania berjalan masuk, tampak Sweety tengah duduk telungkup, dia tak menghiraukan orang yang datang mengunjunginya.

"Sweety, are you oke?" Telinga Sweety bergerak pelan, mungkin dia mengenali suara Allea. Dia lantas menoleh.

Guk...! Ujarnya.

"Kenapa kau tidak makan? Apa makanannya tidak enak?" Tunjuk Rania pada mangkuk makanan milik anjing itu yang masih nampak penuh dengan makanan khusus anjing.

Guk...! Anjing itu kembali bersuara, dia bangun dan duduk tegak, manik hitamnya menatap tepat ke mata Rania.

Rania perlahan mendekat, dia menyodorkan mangkuk tersebut pada Sweety, "makanlah, aku tidak suka kau bersikap seperti ini."

Sweety masih saja menatap Rania, mungkin dia mencari sosok Allea dalam diri Rania, "iya ini aku," Rania menyodorkan telapak tangannya pada Sweety, dan seperti anjing yang sudah terlatih dia menaruh kaki depannya di telapak tangan Rania, mungkin itu cara dia mengenali tuannya.

Nguk...nguk... nguk... Dia bersuara sambil mengibas-ngibaskan ekornya, dia mendekati Rania dan menundukkan kepala minta di elus.

"Anjing baik, sekarang makanlah. Aku menyelamatkanmu agar kau hidup dengan baik, bukan seperti ini," ucap Rania sambil mengusap lembut kepala Sweety.

"Sedang apa kau disini?"

Deg... Rania terpaku di tempat seketika, matanya melebar sempurna, dia kenal suara ini, itu adalah Arkan.

'Apa dia mendengar yang aku katakan tadi?'

Arkan masuk kedalam ruangan, dan menghampiri Sweety yang kini tengah makan sambil tengkurap. "Bagus, anjing baik kau harus makan yang banyak." Ujarnya sambil mengusap kepala Sweety lembut.

Rania bangkit dan mundur perlahan untuk memberi jarak antara dia dan Arkan. Arkan menoleh, pandangannya menyipit tajam.

"Apa yang kau lakukan, sehingga dia mau makan?" Tanyanya.

"Sa-saya hanya memperlakukannya seperti seorang pecinta binatang pada peliharaannya, tak ada yang istimewa." Dalih Rania dengan pandangan menunduk, menghindari tatapan tajam dan penasaran Arkan padanya.

"Kau menyukai binatang?"

"Iya Tuan, mereka sangat lucu dan bisa menghilangkan stress." Jawab Rania pasih.

"Bagus, kalau begitu mulai sekarang kau yang akan merawat Sweety. Dia adalah anjing kesayangan Istriku, mungkin dia merasa sedih karena majikannya sudah tak ada di dunia ini lagi." Ujarnya, tangannya kembali mengusap kepala Sweety.

"Baik, serahkan saja pada saya Tuan, dengan senang hati saya akan merawatnya."

Dan setelah itu Rania sering membawa Sweety jalan-jalan dan bermain, kini kondisinya pun sudah kembali pulih, Sweety sudah kembali ceria seperti sebelumnya.

***

Hari ini Rania pulang agak malam, banyak pekerjaan yang harus dia lakukan karena sebelumnya ada pesta yang di adakan di kediaman Arkan.

Di ujung jalan, tampak siluet hitam duduk berjongkok di kegelapan, punggungnya bersandar di tiang lampu jalanan yang padam.

Glek... Rania menelan salivanya, matanya menelaah keadaan sekitar, tiba-tiba bulu kuduknya terasa meremang, suasana disini terasa sepi dan mencekam, tak ada satupun kendaraan atau binatang yang lewat.

"Sial, aku benar-benar takut," gumam Rania pelan, dia terus berjalan berusaha tak menghiraukan mahluk tersebut.

Deg...Deg...

Jantung Rania berdegup cepat, pun dengan langkahnya, "kau tidak melihatku, kau tidak melihatku," gumamnya seraya berjalan, dengan tubuh mengkerut takut.

Saat Rania hampir melewatinya, tiba-tiba mahluk itu terbangun dan berdiri, ternyata itu bukan mahluk, melainkan Manusia.

'Sial, sepertinya aku harus lari, manusia lebih menakutkan dari pada hantu.' Batin Rania.

"Adik." Saat hendak berlari Rania mendengar suara Ran dari orang tersebut, benar dia itu Ran.

"Kakak! Kenapa Kakak duduk di tempat begini, Kakak tahu gak, aku hampir jantungan tadi," rutuk Rania kesal, tidak di sangka mahluk yang Ia takuti sejak tadi adalah Ran, yang menutup kepalanya dengan sweater.

"Adik, kenapa kamu pulang malam sekali? Kakak sudah menunggu kamu sejak tadi sore, karena lama menunggu Kakak jadi mengantuk dan gak terasa ketiduran disini." Ran malah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan pula.

"Di rumah Arkan ada pesta, jadi kami para pelayan lumayan sibuk," jelas Rania, mereka berjalan pulang bersama.

"Kenapa Kakak menungguku, lain kali tidak usah, Kakak juga pasti lelah sehabis bekerja."

"Tidak papa, Kakak merasa tidak tenang membiarkan kamu pulang sendiri malam-malam," ucapnya.

"Ya sudah, tapi jangan duduk di tempat gelap seperti tadi, justru aku malah ketakutan." Keluh Rania, sedang Ran hanya nyengir kuda.

Di kejauhan, tampak beberapa orang tengah tertawa dan berjalan sempoyongan sambil memegang botol di masing-masing tangannya.

"Sial, itu mereka." Pekik Ran, dia menatap waspada, tangannya refleks menggenggam tangan Rania.

"Mereka siapa Kak?" Tanya Rania penasaran, namun satu hal yang pasti, mereka bukan orang baik sama sekali.

"Juno dan kawan-kawan. Apa kamu masih ingat orang yang menghancurkan boneka beruang milikmu dulu? Itu dia, sepertinya dia baru keluar dari penjara karena menjadi kurir obat terlarang." Ucap Ran.

Rania hanya diam, dan mengangguk pelan, dia tak memiliki satu pun ingatan tentang kehidupan Rania sebelumnya, namun dia hanya dapat mengiakan agar Ran tak curiga.

"Sebaiknya kita sembunyi dulu, jumlah mereka terlalu banyak dan sepertinya mereka bukan orang yang ramah," ujar Rania, dia menarik tangan Ran dan membawanya bersembunyi di semak-semak yang tak jauh dari sana.

"Kamu sangat lucu Adik, mana mungkin orang seperti Juno akan bersikap ramah," Ran terkekeh geli di samping Rania, saat ini mereka tengah berjongkok sambil mengawasi pergerakan Juno dan kawan-kawannya.

"Kakak, diam lah. Atau tidak akan ada gunanya kita bersembunyi disini," tegur Rania kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!