Lea menatap langit malam dari balkonnya. Ia sedang memikirkan cara untuk bisa menaklukkan hati Om tampan yang sudah menari-nari di pikirannya. Pesona Leon tidak bisa ditepis olehnya hingga ia pun tak kunjung bisa menenangkan hatinya.
Sesekali Lea menghela napas. Ia merutuki dirinya yang jatuh cinta tidak tepat sasaran. Pria dewasa sepantaran papinya, mengapa harus padanya sedangkan di luar sana ada banyak yang menginginkan cintanya?
Lea pun tidak bisa memilih pada siapa hatinya berlabuh. Entah mengapa ia sangat mengenali Leon padahal mereka baru saja bertemu. Ia merasa sudah cukup dekat dengan pria itu, entah bagaimana bisa tetapi hatinya merasakan hal itu.
Lamunan Lea buyar ketika ia mendengar ketukan pintu dari balik kamarnya. Ia segera masuk dan membukakan pintu yang ternyata maminya berdiri di sana.
"Makan malam sayang," ajak Aluna dan Lea hanya mengangguk saja.
Lea dan Aluna berjalan menuju ke meja makan. Pria di meja makan menatap tak berkedip pada gadis belia yang menuruti anak tangga dengan kaos oversize dan juga hotpants yang terlihat sangat cocok di tubuhnya. Saliva itu terasa sulit ditelan dan pandangan matanya tak mau berpaling sedangkan sosok lain di sebelahnya sedang menatap kesal.
"Apakah putriku itu santapan lezat sampai-sampai kamu menatapnya seakan kamu sedang kelaparan?"
Singgungan Frey langsung membuat Leon gelagapan. Ia jelas salah tingkah. Sudah kedapatan sedang mengagumi anak dari pemilik rumah dan kini ia tidak bisa mengelak lagi namun bukan berarti ia akan mengakui.
"Apaan sih. Aku cuma nggak nyangka aja kalau Aluna sama Eleanor itu mirip banget. Dia cuma ngambil lirikan matamu saja," ucap Leon dengan sedikit grogi.
Frey mendengus, ia bukan anak kecil yang mudah dibohongi dan ia mengerti maksud tatapan Leon terhadap putrinya tadi.
Aluna dan Lea sudah bergabung di meja makan. Gadis yang tadinya nampak malas-malasan pun kini terlihat begitu ceria karena mood boosternya ada di depan mata. Lea tersenyum melihat wajah tampan Leon. Garis wajah itu dan pahatannya sungguh sempurna di mata Lea. Bukan berarti papinya tidak setampan Leon. Eleanor bahkan mengakui kalau papinya adalah pria tampan di dunia ini tapi jika ia menatap dari kacamata seorang wanita terhadap seorang pria, maka ia akan menetapkan nilai 99,99% untuk Leonardo Shan.
Suasana makan malam begitu tenang. Namun, mata Frey awas memperhatikan gelagat Leon dan Lea yang sedari tadi saling mencuri pandang. Hatinya mulai merasa gelisah, ia tentu tidak akan membiarkan hal yang salah terjadi di sini.
"Lea, mengapa mendadak kamu makan seperti putri keraton? Biasanya kamu makan sangat cepat dan piring kamu itu dipenuhi makanan?"
Uhukk ...
Lea tersedak makanannya begitu papinya menegur gaya makannya yang over anggun. Dengan cepat ia meneguk minumannya dan menatap kesal pada papinya.
Leon menahan tawanya melihat wajah merah padam Lea namun ketika Lea menatapnya dengan sengit, Leon langsung tersedak makananya hingga akhirnya ia pun terbatuk-batuk.
"Itu karma, Om. Makanya jangan ketawain Lea, karma dibayar tunai!" ucap Lea kesal namun ia juga merasa kasihan melihat wajah Leon yang memerah karena tersedak makanan.
"Eleanor!" tegur Aluna dan anak gadisnya itu dengan cepat memberikan minuman miliknya dan Leon dengan cepat meraihnya dan menghabiskannya.
Kedua adik Lea hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang kakak. Jika Elvano anaknya petakilan, maka berbanding terbalik dengan Elvino yang sikapnya begitu dingin dan dijuluki kulkas oleh Eleanor dan juga Elvano.
Makan malam kembali dilanjutkan dan kali ini Lea tidak lagi menjaga imagenya. Ia tidak peduli Leon melihat bagaimana ia makan dan berapa banyak makanan yang ia habiskan. Setelah selesai makan, Leon diajak Frey untuk berbincang di ruang kerjanya. Lea diminta oleh maminya untuk mengantarkan camilan dan minuman ke ruangan tersebut. Anak-anak sudah kembali ke kamar sedangkan Aluna membuatkan minuman dan membawa camilan untuk Frey dan Leon.
"Jadi gimana, kamu menemukan sesuatu yang aneh sama putriku di sekolah?" tanya Frey sambil menatap Leon dengan tajam.
"Ouh tentu. Anakmu itu suka membolos dan yang tadi aku temuin itu dia lagi asyik pacaran saat teman-temannya sudah pulang sekolah," jawab Leon.
'Dan anak kamu itu sangat mesum pikirannya, belum lagi tadi dia udah cium pipiku walau nggak sengaja,' lanjut Leon dalam hati. Ia mana berani mengungkapkannya kepada Frey, bisa-bisa justru dirinya yang dipersalahkan.
"Pacaran? Anakku nggak punya pacar. Bukannya kamu calon jodohnya," ledek Frey yang membuat wajah Leon langsung datar.
Frey tertawa melihat bagaimana reaksi Leon. Bisa ia lihat ada penolakan besar tetapi sedikit rasa malu ketika Frey mengatakan demikian. Namun, Frey hanya bercanda saja. Ia mana mungkin mau menjodohkan putri satu-satunya itu dengan pria yang hampir seusia dirinya.
"Ingat ya Leon, kamu pernah ngomong sama aku kalau kamu sampai nikah sama anakku maka kamu akan digantung di tiang listrik dengan posisi terbalik. Awas aja kalau kamu sampai naksir anakku!" ancam Aluna yang baru masuk dengan membawa nampan.
Leon kesulitan menelan salivanya. Ia bahkan sudah lupa dengan perkataannya enam belas tahun silam sebelum ia berangkat ke Australia untuk melanjutkan studinya. Di Australia Leon menempuh pendidikan selama enam tahun dan setelah ia berhasil memperoleh gelar magister, ia membuka usahanya di sana dan ia merintisnya selama sepuluh tahun terhitung hingga sekarang.
"Mana mungkin aku suka sama anak kaliam. Aku nggak naksir dan kalau aku sampai naksir dan berniat buat nikahin anak kalian, aku rela kesetrum listrik — awww ...!"
Leon memekik begitu tangannya tak sengaja menyentuh lampu hias di meja Frey yang memang terhubung dengan aliran listrik.
"Nah lho, nah lho, baru aja kamu ngomong karma langsung dibayar tunai! Pokoknya aku nggak mau tahu, aku nggak mau kamu jadi mantuku. Oh apa kata dunia nanti! Lagi pula aku jijik kalau sampai dengar kamu panggil aku Mami, hiihhh ...." Aluna menggetarkan tubuhnya seakan ia sedang merasa ngeri membayangkan Leon akan menjadi menantunya dan memanggilnya dengan sebutan mami.
'Mengapa di rumah ini aku selalu kena sial? Apa yang aku omongin langsung kejadian. Nggak bisa dibiarin nih. Aku harus mendesak Frey biar bisa menyelesaikan urusan itu secepatnya. Aku nggak mau lama-lama di sini. Bisa-bisa aku mati mendadak kalau ucapanku langsung berbalik secepat kilat!'
Leon mendelik pada Aluna. "Pikiran kamu kejauhan! Yang ada anak kamu tu yang naksir aku. Dia nembak aku, bahkan lamar aku. Mana tadi dia cium pipiku ...."
Leon yang sedang menggebu-gebu merincikan penolakan dan memastikan tidak akan jatuh cinta dan menikahi Eleanor tanpa sadar sudah membeberkan apa yang terjadi tadi di mobil. Ia baru sadar dan berhenti bicara saat ia melihat tatapan tajam dari Frey.
'Oh sh-it! Aku salah ngomong. Alamat kena masalah nih!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Lia Widia Astuti Irawan
nah kan keceplosan si leon😆
2023-10-06
0
ari sachio
momy luna....dady frey😂😂😂😂😂
g kebayang dpt mantu dah bangkotan🤭
2023-10-06
0