Tiga sahabat Lea terheran-heran karena di jam pelajaran terakhir ini, gadis yang biasanya ceria dan semangat belajar itu justru terlihat melamun. Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin ia sedang kesal karena tidak jadi membolos karena ada Om tampan yang menjaganya di luar.
"Siapa yang bisa menjelaskan perbedaan proses fertilisasi, kehamilan dan persalinan?" tanya Bu Laras, guru bidang studi yang dulu pernah mengajar kedua orang tua Eleanor.
Semua pandangan tertuju pada Lea yang selalu bisa menjawab pertanyaan di setiap saat. Tetapi kali ini gadis itu justru diam melamun hingga Bu Laras menggelengkan kepalanya, tidak biasanya Eleanor Prayoga Griffin seperti ini.
"Eleanor Frey Griffin, coba jelaskan apa perbedaan proses fertilisasi, kehamilan dan persalinan," ujar Bu Laras, ia lebih suka menyebutkan nama Frey setelah nama Lea.
Tidak ada sahutan hingga membuat seluruh murid yang ada di dalam kelas menahan tawa saat Bu Laras menghampiri meja Lea.
"Eleanor!"
"Yes, I will, I will ...."
Gelak tawa terdengar dari dalam ruang kelas. Lea sendiri terkejut karena sejujurnya tadi ia sedang melamunkan Om tampannya dan dalam lamunan itu ia sedang dilamar.
Bu Laras menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian ia kembali ke mejanya. Ia duduk sambil menjelaskan materi hari ini dan Lea pun akhirnya berkonsentrasi hanya saja tidak bisa begitu konsentrasi karena bayang-bayang Leon terus saja menghantui pikirannya.
'Kenapa gue bisa jatuh cinta sama pria dewasa itu? Hmm ... gimana cara naklukin dia ya? Apa gue belajar aja sama grandma Evelyn? Atau paling enggak gue searching tips menaklukkan pria kulkas seperti om Leon? Kenapa gue jadi segila ini sih? Huhuu ... Om Leon, marry me!'
Setelah pelajaran usai, Lea begitu bersemangat untuk pulang karena ia akan bertemu dengan om tampan yang membuat hari-hari Lea berubah. Ia yang tidak memikirkan perkara cinta dan menyukai seseorang di usianya ini mendadak jatuh cinta pada pria sepantaran papinya.
Namun, seakan Mahen terus saja memantaunya, di perjalanan keluar dari sekolah ia dicegat oleh cowok tampan itu. Saat Lea mencari ketiga sahabatnya, tetapi justru mereka mendadak hilang dari sisinya.
'Awas aja kalian, nggak bakalan gue ngomong sama kalian beberapa hari,' sungut Lea dalam hati.
"Ada apa Mahen? Mau bicara soal cinta lagi? Lu suka sama gue? Mau jadiin gue pacar lu? Basi tahu nggak! Malas gue ngomongin perkara cinta, gue masih bocah. Jatuh cinta itu nanti kalau seragam putih abu-abu udah lepas dari identitas gue," ucap Lea panjang lebar yang membuat Mahen tersenyum masam.
"Bukan itu Lea, gue hanya ingin ngobrol sebentar dan janji bukan soal perasaan," ucap Mahen kemudian ia mengajak Lea untuk duduk di taman sekolah yang kebetulan terdapat gazebo.
Di luar sekolah, Leon menatap tiga sahabat Lea yang keluar dari gerbang tanpa Lea dan mereka menaiki motor masing-masing. Leon jadi curiga terhadap gadis yang punya banyak siasat itu, ingin menelepon tapi ia tidak memiliki nomor ponsel Lea.
Setelah menunggu sekitar tiga menit tetapi Lea tak kunjung terlihat dari balik gerbang sekolah, Leon pun memutuskan untuk keluar dari mobil dan masuk ke halaman sekolah untuk mencari Lea. Mata Leon memicing saat melihat Lea yang sedang tertawa bersama seorang siswa yang wajahnya lumayan tampan.
'Apakah itu kekasihnya? Apa Frey dan Aluna tahu kalau anaknya ini sudah memiliki kekasih? Berpacaran di waktu pulang sekolah, tidak bisa dibiarkan!' gumam Leon dalam hati dan dengan cepat ia melangkah menghampiri Lea.
Kehadiran Leon di depan keduanya membuat Lea kesulitan menelan salivanya. Wajah dingin Leon serta tatapan mata yang cukup mengerikan pun membuat Mahen merasa ciut. Ia belum pernah melihat Leon tetapi ia merasa segan pada pria ini.
"Dari tadi ditunggui ternyata asyik pacaran. Mau kamu saya laporkan pada orang tuamu kalau selain suka bolos, kamu juga suka mengambil waktu pulang sekolah untuk pacaran?" ancam Leon, ada yang panas tapi bukan matahari.
Lea mencebikkan bibirnya. Ia lalu menatap Mahen dan berpamitan, ia bahkan berjalan lebih dulu dan meninggalkan Leon yang sedang memperhatikan Mahen.
Saat Lea sudah sampai di mobil, tak lama kemudian Leon menyusul dan ia langsung membawa Lea pulang tanpa sepatah kata pun. Padahal Lea berharap Leon akan cemburu tapi ia lupa jika Leon bukanlah pria yang menyukainya. Ia jadi galau sendiri.
Melihat Lea yang tidak banyak tingkah seperti tadi pagi membuat hati Leon bertanya-tanya. Ia penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan gadis ini tetapi ia enggak untuk bertanya.
Sesekali Lea melirik ke arah Leon, mulutnya sudah gatal ingin bertanya banyak hal tetapi ia ragu. Menyadari hal tersebut membuat Leon berinisiatif untuk membuka pembicaraan.
"Dari tadi kamu terus saja melirik saya, kenapa? Naksir kamu?" ledek Leon namun di detik berikutnya ia merasa menyesal karena sudah berkata seperti itu pada Lea.
"Sangat Om. Lea naksir sama om Leon. Jadian yuk, langsung dihalalin juga Lea siap-siap aja kok Om. Ya udah dari sini belok kanan aja, kita langsung ke KUA. Nggak usah mikir mau kasih Lea mahar apa, cukup cintai Lea sepenuh jiwa raga itu sudah cukup kok dan jangan lupa tambahkan bumbu kasih sayang ya, Om. Gimana, will you marry me?" tanya Lea dengan menaikturunkan kedua alisnya menatap Leon.
Leon menginjak rem dengan tiba-tiba hingga hampir saja Lea terantuk di dashboard mobil. Baru saja Lea hendak menggerutu, Leon langsung mendekatkan tubuhnya hingga Lea tersandar di kursi tanpa bisa bisa bergerak lagi.
'Oh my God! Om Leon mau cium gue? Boleh nggak ya? Papi nggak bakalan marah nih?' pekik Lea dalam hati.
Dengan jarak yang kurang dari 10 cm, Leon menatap Lea dengan lekat seraya berkata, "Jadi kamu naksir sama saya?" tanya Leon dengan suara yang ia buat se-cool mungkin.
Lea mengangguk kemudian ia menggeleng. Jantung Lea seakan ingin melompat keluar, rasanya ia ingin pingsan detik ini juga. Ia tidak siap dengan serangan Leon yang tiba-tiba dan ia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Nyali yang begitu besar tadi kini mendadak ciut. Lea memejamkan matanya, tak sanggup menatap mata elang Leon, belum lagi embusan napas Leon yang terasa di wajah Lea.
"Kenapa matanya ditutup, hmm? Apakah wajah saya terlihat menakutkan? Bukankah kamu selalu mengatakan kalau wajahku ini tampan? Coba sekarang buka matanya dan tatap saya," ucap Leon lagi dengan suaranya yang terdengar semakin seksi.
Lea menggeleng keras. Ia takut pingsan saat melihat wajah tampan Leon tepat di pelupuk matanya. Leon mengangkat dagu Lea dengan jari telunjuk dan jempolnya. Lea semakin deg-degan saat ia merasak kini tubuh Leon sudah menindihnya.
Satu detik ... dua detik ... sepuluh detik ...
Lea tidak merasakan pergerakan apapun dari Leon dan tangan yang memegangi dagunya tadi pun sudah terlepas. Padahal, Lea sudah siap lahir batin memberikan ciuman pertamanya pada Om tampan ini.
Dehaman keras membuat Lea membuka matanya. "Nggak capek tutup mata?" sindir Leon dan Lea pun langsung membuka matanya dan menatap Leon kemudian ia menatap dirinya yang kini sudah mengenakan seatbelt.
"Aku pikir Om Leon mau cium aku, udah siap lahir batin Om," ucap Lea dengan suara yang terdengar mengenaskan.
Pletakk ...
Leon menyentil dahi Lea dan gadis itu meringis sambil mengusap dahinya yang terasa sakit.
"Dasar bocah!"
'Bocah cantik,' lanjut Leon dalam hati. Ia kemudian tersenyum dan mengemudikan mobil kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
wiemay
tuh kan
ucapan jadi doa leon
jodohmu lea
2023-10-05
0
Daud Kanaya
gemes banget ama Lea
2023-10-05
0
Mak mak doyan novel
setia nunggu bab per bab sampai si leon digantung kaki diatas.. tpi lamaaaa
2023-10-05
0