Leon terkejut mendengar suara Lea yang mendadak sudah ada di sampingnya, hanya saja Lea berdiri di luar sedangkan jendela mobil sengaja ia buka sedikit karena mobil dalam kondisi parkir dan Leon menyalakan AC. Ia kemudian mengecek jam di pergelangan tangannya dan saat ini belum waktunya pulang sekolah. Dengan malas Leon membuka pintu mobil dan berdiri tepat di hadapan Lea dengan tubuhnya yang menjulang.
"Kenapa di luar, hm? Bukankah ini belum jam pulang sekolah?" tanya Leon sedikit memberikan tekanan pada kata-katanya.
Lea menggeleng. "Sengaja mengunjungi Om Leon. Apakah Om Leon sudah makan siang? Ini sudah waktunya makan siang loh," ujar Lea melempar pertanyaan.
Leon hanya diam saja, sejujurnya ia lupa sebab terlalu sibuk dan terpaku pada pekerjaan dan pikirannya yang luar biasa mengganggu kenyamanannya. Hal biasa bagi Leon jika ia lupa makan siang ketika sedang bekerja dan dulu hanya Briella yang selalu mengingatkan untuknya makan.
Nah, Leon jadi teringat mantan kekasihnya yang sudah berkhianat itu berkat Eleanor.
"Nanti saya akan makan siang dan sekarang lebih baik kamu kembali ke dalam sekolah," ucap Leon terkesan dingin.
"Brr ... dingin sekali di sini. Padahal cuaca sangat panas. Hati-hati loh Om tampan, jangan ketus-ketus sama Eleanor, nanti bisa jadi bucin," sindir Lea namun Leon sama sekali tidak bereaksi.
Leon sebenarnya menahan tawanya melihat bagimana ekspresi Eleanor saat mengatakan di sini sangat dingin namun matanya menatap tajam padanya. Leon sangat suka melihat mata indah Lea, belum lagi alisnya sangat cantik bak pohon willow. Jujur saja hanya dengan menatap gadis ini, orang akan langsung terpesona.
'Bahkan kalau dia menutup wajahnya dengan cadar pun kecantikan matanya bisa memancarkan segalanya ... what? Mikir apa aku barusan!'
Karena Lea merasa Om tampan ini tidak akan lagi memberikan respon padanya, ia pun menghela napas lalu mengeluarkan uang dari saku roknya.
"Sebenarnya Lea tu datang untuk memberikan uang ini. Uang ini dari teman-teman Lea yang katanya kemarin malakin Om ya. Nah, begitu tahu ternyata Om jatuh miskin, mereka jadi nggak tega dan balikin lagi duitnya. Diterima ya, Om. Nanti bisa buat makan beberapa hari, kalau selanjutnya biar Lea yang traktir. Lea balik dulu ya, jangan lupa makan siang," ucap Lea kemudian ia memberikan senyuman, sebuah senyuman yang sangat manis dan memabukkan karena itu memang ia sengaja.
Benar saja, Leon terpaku untuk sesaat, bahkan ia tidak sadar ketika Lea sudah beranjak pergi dari tempatnya. Ia tersadar ketika suara kendaraan yang cukup berisik dan ia pun kembali masuk ke dalam mobil sambil melihat uang di tangannya.
"Jatuh miskin? Aku masih sangat kaya raya woy. Sialan si Frey, harus banget gitu hidupku dibuat mengenaskan padahal semuanya baik-baik saja kecuali keluargaku?" umpat Leon kemudian ia meletakkan uang itu di sembarang tempat.
Sementara itu dari balik gerbang sekolah tepatnya di taman sekolah yang menghadap langsung ke jalan raya, empat sekawan sedang mengintip Leon yang tak kunjung pergi. Semua ini sebenarnya adalah rencana Lea yang menyuruh Leon untuk pergi makan siang karena mereka berniat membolos tanpa diketahui oleh bodyguard tampannya itu. Hanya saja, Leon tidak beranjak sama sekali.
Lea dan tiga sahabatnya hanya bisa menghela napas karena pria itu tak kunjung pergi juga bahkan sudah lima menit berlalu.
"Sepertinya hidup dia sesulit itu deh, dia nggak mau jajanin uang dia karena takut kehabisan. Yaah ... untuk hari ini kita gagal membolos. Tapi apa lu nggak kasihan sama dia, Lea? Nanti kalau ketahuan bolos terus bokap lu yang tampan menakutkan itu marah, dia bisa dipecat," ucap Radit yang membuat Lea membuka lebar-lebar mulutnya.
"Lu benar juga Radit. Sepertinya untuk sekarang jangan dulu deh, kasihan juga," ucap Lea dengan sedikit lirih.
Keempat sekawan itu pun memutuskan untuk kembali ke kelas mereka. Bukan geng kompor meleduk jika sepanjang jalan mereka tidak membuat kehebohan. Lea yang berjalan di antara mereka terlihat begitu cantik dan membuat para siswi-siswi merasa iri sebab Lea bisa begitu dekat dengan tiga siswa tampan di sekolah ini.
Langkah keempatnya tiba-tiba berhenti ketika Mahen berdiri tepat di hadapan mereka. Junot, Sultan dan Radit langsung melipir tanpa sepengetahuan Lea, mereka sangat ingin membuat Lea dan Mahen jadian. Sebab, mereka tahu jika Mahen menyukai Lea hanya saja Lea tidak peka padahal makhluk yang berjenis kelamin wanita itu biasanya paling peka terhadap sesuatu hal.
"Eleanor, bisa kita bicara sebentar?" tanya Mahen dengan suaranya yang terdengar seperti suara khas Vino G Bastian.
Lea celingak-celinguk mencari keberadaan tiga cecunguk tetapi ternyata ia tinggal sendiri dan hanya ada Mahen di depannya. Berbagai umpatan Lea keluarkan dalam hati dan berniat akan membalas tiga cecunguk itu setelah ini.
"Ya udah, ngomong aja. Gratis kok," ucap Lea sedikit tidak nyaman sebab ia tidak menyukai Mahen walaupun pria ini terlihat begitu perfect, tetapi entah mengapa Lea merasa ada yang tidak beres dari sorot mata Mahen setiap kali melihatnya.
'Yaelah gue sok tahu dan sok kayak pakar ekspresi aja. Mentang-mentang nenek, kakek Danish sama kakek buyut gue pengacara handal, gue juga ikut-ikutan. Beuh, sepertinya gue bakalan cocok ngikutin jejak mereka.'
Mahen tersenyum manis namun bagi Lea senyuman itu terlihat palsu. Mahen memintanya untuk mengobrol di taman di dekat kelas Lea tetapi Lea menolak karena sebentar lagi jam istirahat akan berakhir dan jika Mahen masih membuang-buang waktu maka Lea akan mengabaikannya saja.
"Eleanor, gue suka sama lu," ucap Mahen yang membuat Lea terkejut. Belum lagi di sekitar mereka ada beberapa siswa-siswi yang berlalu lalang dan juga ada yang masih berdiri di depan pintu kelas.
Eleanor tidak terkejut bahkan ia menampilkan raut wajah yang biasa-biasa saja. Namun, dalam hati ia sungguh kesal karena sepertinya Mahen sengaja mengatakan itu agar ia tidak menolak dan Mahen tidak akan malu.
'Sial! Posisi gue terjepit tapi kalau nggak suka ya gimana dong? Masa gue harus paksain perasaan gue? 'Kan gue udah suka sama Om Leon,' gumam Lea dalam hati.
Bola mata Lea bergerak gelisah, sesekali ia ingin berucap sesuatu namun kembali ia telan ucapannya tersebut. Belum lagi ada banyak pasang mata yang menjadi penasaran dengan jawaban Lea selanjutnya. Lea 'kan jadi tidak tenang dan ingin segera pergi dari tempat ini.
"Sorry Mahen, kita 'kan tidak sedekat itu dan nggak pernah dekat. Bagaimana bisa lu ngomong suka ke gue. Aneh tahu nggak! Lu waras, 'kan? Atau lu lagi ngigau sampai-sampai lu ngomong suka ke gue. Emang kapan kita dekatnya?" ucap Lea tak lupa ia cengar-cengir agar Mahen tidak begitu salah paham terhadapnya yang sebenarnya sudah memberikan penolakan tetapi dengan cara yang lebih halus.
"Lu kalau suka sama gue, harusnya lu deketin gue. Selama ini kita ngomong aja jarang, gimana gue bisa jadiin lu crush gue kalau kita aja nggak akrab. Udah ya, gue balik dulu ke kelas. Bercanda lu kali ini emang lucu," ucap Lea dengan menepuk pelan bahu Mahen lalu dengan cepat ia berjalan ke kelasnya.
Mahen tersenyum kecut dengan tangan yang terkepal kuat. Ia kemudian berbalik arah dan kembali ke kelasnya.
'Rencana kali ini gagal total. Gue pikir dia bakalan terima gue karena nggak mungkin nolak di hadapan teman-teman. Tapi gue yakin sebentar lagi dia bakalan suka sama gue. Tinggal gue dekati saja dan boomm ... setelah itu gue bakalan dapatin dia dan hancurkan hatinya bahkan keluarganya pun bakalan hancur dan merasakan apa yang kami rasakan selama ini.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
kirana
waduhhh balas dendam lagi nih 🙄
2023-10-10
0
lili permata
jangan2 Mahen tuh anaknya Cici lagi
2023-10-05
0
Lia Widia Astuti Irawan
wahh mahen kyaknya anak cici noh,, rusuh baru harus diberantas nih papih freyyy
2023-10-04
1