Leon membuka helmnya dan turun dari motor untuk menghampiri siswa yang hampir saja ia tabrak, tetapi siswa itu yang juga syok justru jatuh terjerembab di aspal hingga terlihat kedua sikunya berdarah.
"Awwhh ... sakit banget siku aku ...," lirihnya sambil melihat kedua sikunya yang berdarah, sepertinya terbentur aspal.
Siswa itu hendak berdiri dan mengomeli pengendara motor yang tidak hati-hati walaupun sebenarnya dia yang salah karena tiba-tiba berlari dan menyeberang jalan.
Belum sempat ia berdiri, ia melihat sepasang sepatu yang tentunya ia tahu itu bernilai fantastis. Ia kemudian mendongak dan terkejut.
'Oh my you Jungkook ... kenapa Om ini tampan sekali? Pingsan ah, siapa tahu dia tolongin.'
"Kamu—"
Belum sempat Leon memarahi bocah SMA itu, mendadak ia jatuh pingsan dan Leon bingung harus bagaimana. Padahal tadi bocah itu menatapnya dengan tatapan yang menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, namun mendadak jatuh pingsan.
"Ck! Merepotkan saja," gerutu Leon yang berniat menolongnya.
Baru saja Leon akan menggendong bocah SMA itu, tiba-tiba saja dari arah depan datang tiga orang siswa yang sepertinya lari dari tawuran. Mereka langsung menatap sengit ke arah Leon dan Leon tahu kalau saat ini ia sedang diintimidasi oleh bocah-bocah tersebut karena mengira ia yang sudah membuat siswa ini pingsan.
"Om apain teman kami? Apa Om baru saja menabraknya? Wah tidak boleh jadi nih, harus di lapor polisi," seru salah satu temannya yang terlihat wajahnya sedikit lebam.
"Om tanggung jawab dong. Bawa ke rumah sakit teman kita. Jangan coba-coba jadi pelaku tabrak lari ya. Apalagi papi El ini orangnya kejam, Om bisa dikuliti hidup-hidup," timpal yang lainnya dan dia yang wajahnya terlihat paling parah.
'El? Ini dia cewek atau cowok sih? Kalau dilihat-lihat sih dia cantik dan wajahnya mengingatkan aku sama seseorang tapi lupa siapa. Belum lagi dia pakai topi dan rambutnya entah panjang atau pendek, tetapi dia pakai rok. Dia cewek mungkin.'
"Yaelah malah melamun, mana duitnya sini. Nanti kita yang akan bawa El ke rumah sakit. Jangan lupa dibanyakin karena kita berempat juga harus membayar ongkos taksi, belum lagi jatah makan siang karena menemani dia di rumah sakit," ujar seseorang lagi dan Leon memelototkan matanya tidak percaya jika ia baru saja di peras oleh ketiga bocah ini.
'Wah benar-benar sialan nih si Junot, dia meras Om tampan nggak kira-kira. Malu-maluin aku aja. Huhh ... aku 'kan tadinya pura-pura pingsan biar bisa ditolongin Om tampan. Tiga cecunguk ini gangguin aja ...!'
Sambil bersungut-sungut Leon mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribu hingga membuat tiga bocah itu menyeringai. Lagi pula Leon malas berurusan dengan mereka, ia memiliki tujuan yang lebih penting dan bagus juga jika ia memberi uang, ia tidak perlu direpotkan membawa teman mereka yang pingsan itu ke rumah sakit.
Tanpa bersuara Leon langsung kembali naik ke motornya dan memakai helmnya lalu pergi dengan kecepatan tinggi. Ia harus segera bertemu dengan seseorang yang bisa membantunya mengatasi masalah keluarganya, walaupun sebenarnya ia bisa saja menolong perusahaan ayahnya dengan uang miliknya, tetapi Leon tidak ingin membuat para pengkhianat itu menikmati harta keluarganya dan bersenang-senang di atas penderitaan kakak dan kakak iparnya.
Begitu Leon pergi, ketiga bocah SMA itu berniat untuk menggendong temannya tetapi mereka dibuat terkejut saat siswa yang mereka sapa 'El' itu bangun dan langsung memarahi mereka.
"Kalian bertiga merusak rencana aku tahu, nggak? Aku tadi pura-pura pingsan biar si Om tampan nolongin aku, eh kalian bertiga justru datang dan parahnya kalian justru meras dia. Woah, kalian benar-benar sahabat kurang asam ya!"
Ketiga temannya dibuat tercengang begitu tahu ternyata ia pura-pura pingsan dan lagi, mereka sangat syok begitu tahu jika ia menyukai pria dewasa tadi.
"Eleanor Prayoga Griffin, are you serious suka sama om-om?" pekik Junot yang tadi menerima uang dari Leon.
"Apa kamu sudah ganti selera? Apa ini alasan kamu menolak si Mahen — cowok most wanted di sekolah kita? Kamu ... seleramu pria dewasa Lea?" timpal Sultan, teman Lea yang wajahnya paling babak belur.
"Aku nggak bisa berkata-kata Lea. Tapi Om tadi itu memang tampan dan keringatnya bau duit tahu," ujar Radit dan Lea langsung mengajaknya tos karena Radit memang yang paling tahu selera seorang Eleanor Prayoga Griffin.
Junot dan Sultan menepuk jidat mereka, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat dan dengar. Belum lagi ucapan Radit yang mengatakan bahwa keringat om tadi berbau duit, sungguh cowok mata duitan.
Lea pun mengajak mereka untuk pulang dan sebelum itu ia meminta tiga sahabatnya itu untuk membawanya ke apotek untuk mengobati lukanya. Ia tidak ingin nanti maminya mengamuk saat melihat ia terluka.
Lea juga bingung kenapa ia sangat suka melihat sahabatnya terlibat tawuran, ia pasti selalu ada di sekitar mereka untuk menyaksikan pertarungan sengit yang membuat hatinya begitu senang, seolah pertengkaran itu adalah tontonan yang sangat menarik.
Setelah selesai mengobati sikunya, Lea meminjam jaket milik Radit yang selalu bersih dan wangi karena seorang playboy seperti Radit harus selalu menjaga penampilannya. Radit yang membonceng Lea dengan motornya itu mengantar sahabatnya sampai di depan gerbang, karena sebenarnya saat ini bukan jam pulang melainkan mereka sengaja membolos untuk bisa ikut tawuran atas permintaan tuan putri mereka yang memiliki hobi nyeleneh — menonton aksi tawuran.
Mata Lea memicing, ia seperti mengenali motor yang terparkir di halaman rumahnya yang begitu luas, ditambah ada kolam ikan besar di tengah-tengah dengan taman yang cantik di sisi kiri dan kanan.
'Kok kayak kenal motornya? Tapi lihat dimana ya? Hmm ... bodoh amat lah, motor kayak gitu 'kan banyak dan aku bisa lihat itu dimana aja.'
"Asslamu'alaikum, Lea pulang ...," lirih Lea berharap tidak ada yang mendengar suaranya sebab ia baru ingat kalau sekarang belum waktunya pulang sekolah.
Celaka, di ruang tamu justru ada Mami, Papi dan juga seorang tamu yang tidak Lea perhatikan. Aluna yang melihat putrinya sudah pulang, ia melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Wa'alaikum salam. Lho sayang kenapa sudah pulang, bukankah ini belum jam pulang sekolah? Kamu sakit?" tanya Aluna penuh perhatian pada putri satu-satunya ini.
Frey pun menatap ke arah istri dan putrinya diikuti oleh Leon yang menatap tajam pada Lea. Leon masih ingat kalau bocah itu yang tadi pingsan tanpa sebab di depan motornya hingga ia diperas oleh tiga temannya. Namun begitu, Lea belum menyadari keberadaan Leon.
"Ini kenapa pakai topi kayak gini? Cantiknya nanti nggak kelihatan," ujar Aluna kemudian ia membuka topi itu dan tampaklah rambut indah Lea yang terurai.
'Wah gila, tu bocah kok cantik banget. Persis Aluna — oh sial, jangan bilang dia Eleanor? Ta-tapi kenapa bisa secantik itu dan kenapa mendadak jantungku deg-degan?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Marya Dina
iya kan dlaam kandungan saja km udh senang liat orag berantem lea..
2024-03-04
0
Mega
/Curse//Curse/
2023-10-16
0
kirana
wkwk bakalan seru nih, leon bakal ngejilat ludahnya sndiri,😂😂
2023-10-10
0