Leon kesulitan menelan salivanya, bagaimana bisa ia kecoplosan mengatakan apa yang sedang ia pikirkan. Ia harus mencari jawaban yang tepat agar Frey tidak murka padanya. Saat ini napas Frey memburu, ia kesal pada pria berpikiran mesum ini, saat mereka sedang membahas hal lain mendadak Leon menceletukkan kata yang membuat Frey naik darah.
"Jawab brengsek!" umpat Frey kesal.
"Frey santai, jangan bicara keras-keras oke. Nanti kamu sendiri yang malu," ucap Leon yang sudah mendapatkan penyelamat hidupnya.
Frey mengangkat sebelah alisnya kemudian ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Lagi pula apa maksud Leon berkata demikian. Belum lagi saat ini Leon sudah mendekat ke arahnya hingga Frey refleks memundurkan kepalanya.
"Itu di leher Aluna ada bekas kissmark yang gagal disembunyikan. Gila, Anda terlalu buas Tuan Frey," bisik Leon.
Frey kemudian menatap ke arah istrinya lalu ia meminta Aluna untuk mendekat. Aluna sendiri bingung mengapa mereka yang tadinya hampir adu jotos mendadak saling bisik-bisik lalu dirinya dimasukkan pula dalam urusan mereka.
"Apa ada sayang?" tanya Aluna.
Frey menggeleng kemudian ia mengamati dengan benar leher istrinya, ternyata memang benar bekas kissmark yang ia buat semalam ada yang nampak saat Aluna mengangkat rambutnya. Mungkin Aluna sengaja tidak menyamarkan di bagian belakang lehernya sebab tertutup rambut, namun Leon yang tak sengaja melihat Aluna memperbaiki rambutnya tadi tentu bak didatangi Dewi Fortuna.
"Nggak ada apa-apa, aku pikir tadi ada yang salah dengan rambut kamu. Ternyata aku salah lihat, kamu selalu saja cantik dan membuatku jatuh cinta," ucap Frey kemudian ia mencium pipi Aluna di hadapan Leon dan anak-anak.
Leon mencebikkan bibirnya melihat tingkah Frey yang terlewat mesum. Memang hanya sebuah kecupan di pipi dan itu lumrah untuk pasangan suami istri, tetapi Leon 'kan jadi ingin memiliki kekasih halal seperti Frey.
Tatapan mata Leon tertuju pada Lea, ia merasa ada yang kurang dalam hidupnya saat gadis yang biasanya begitu semangat menyambutnya justru saat ini bahkan tidak menyapanya sama sekali. Leon merindu sikap agresif Lea terhadapnya.
'Apakah memang benar kita akan merindukan sesuatu yang pernah kita sia-siakan keberadaannya?' tanya Leon dalam hatinya.
Tatapan keduanya sempat bertemu, namun baru saja Leon akan melempar senyuman, Lea langsung memalingkan wajahnya.
'Wah bocah ini ingin main-main dengan Leonard Shan rupanya. Baiklah adik kecil, sebentar lagi kamu akan kembali bertekuk lutut padaku seperti hari kemarin. Ta-tapi mengapa justru aku yang menjadi agresif dan sangat menginginkan Lea? Apa aku memang benar-benar sudah tidak waras seperti ucapan Frey tadi?'
Leon tidak terima, bagaimana bisa Sang Maha Membolak-balikkan hati manusia secepat ini memberikan karmanya. Belum cukup 24 jam mereka berciuman kemarin di mobil, belum pula sehari berlalu setelah Lea mengatakan tidak lagi mengejarnya dan kini justru ia yang berambisi dan berharap serta bertekad untuk disukai gadis itu lagi.
Sungguh, Leon sangat tidak terima dan merasa ini tidak adil.
"Semua adil dalam cinta dan perang, Leonardo Shan!"
Leon memejamkan matanya, ia tidak suka ketika suara-suara hatinya mulai bersahut-sahutan. Apalagi, saat ini ia sedang berada di rumah Frey, ia bisa dianggap gila jika berbicara sendiri.
'Semenjak mengenal Eleanor, kenapa suara-suara hati dan juga bisikan aneh itu selalu menghantuiku? Sialan!' umpat Leon dalam hati.
Kini Leon mencoba mengabaikan semuanya termasuk mengabaikan Eleanor yang mencoba menjauhinya. Ia harus fokus di hadapan Frey agar tidak terkena amukan. Sejak remaja Frey sudah begitu protektif dan galak terhadap siapa saja yang mendekat pada Aluna, terlebih lagi pada putrinya. Akan sangat sulit tentu dan sangat penuh drama mendapatkan restu Ayah mertua seperti Frey ini.
"Ya sudah Leon, karena aku harus mengantar anak dan istriku pergi, sebaiknya kamu mulai melakukan tugasmu sekarang," ucap Frey.
Leon mengernyit. Oh iya, dia belum sempat menanyakan mengapa istri dan anak-anak Frey membawa tas dan kini mereka sudah akan pergi. Belum lagi ia tidak sempat berbicara pada Lea. Leon mencari sosok itu tetapi ia tidak menemukannya, ia tidak tahu kalau Lea sedang memperhatikannya dari dalam mobil.
"Apakah Om Leon mencariku? Ah apa iya? Sudahlah Lea, berhenti mengharapkannya dan jika memang setelah pancingan kemarin dengan meluapkan emosi itu bisa bikin Om Leon menunjukkan tanda-tanda dia mulai suka, maka lanjutkan lagi dramanya," monolog Lea sambil menatap Leon yang sepertinya sedang mencari sesuatu.
Lea membiarkan perasaannya untuk saat ini, menurut grandma Evelyn, ia harus menantu dulu reaksi dari target cintanya, jika cara kemarin itu berhasil maka ia akan melakukan langkah selanjutnya.
"Kalian mau kemana?" tanya Leon yang akhirnya tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Frey yang sudah merangkul Aluna berjalan menuju ke mobil langsung menghentikan langkahnya dan meminta Aluna untuk masuk ke mobil lebih dulu. Ia berbalik badan dan menatap Leon.
"Mereka akan pergi ke Kalimantan," jawab Frey singkat padat dan jelas.
"Kalimantan? Ngapain?" tanya Leon mulai gusar.
Frey melihat gelagat Leon, ia mengumpat dalam hati sebab merasa sangat kesal dengan ekspresi wajah Leon.
"Mencarikan Lea sekolah baru. Bukankah kamu tahu di sekolah itu sangat tidak baik untuknya. Tadinya hanya ada satu penjahat, tetapi aku baru sadar kalau sekarang sudah menjadi dua. Putriku dalam bahaya sekarang," ucap Frey sambil menatap sinis kepada Leon kemudian ia berbalik badan dan membuka pintu mobil. "Sebaiknya selesaikan misimu dan misiku juga akan segera diselesaikan!" imbuh Frey kemudian ia masuk ke dalam mobil.
Leon hanya bisa menatap dengan nanar kepergian keluarga tersebut. Ia bahkan tidak sempat melihat senyuman Lea, mendengar suaranya yang selalu berisik, juga ia tidak bisa merasakan sensasi berciuman yang sejak semalam membuatnya tidak bisa tidur karena ingin dan ingin lagi mengulangnya.
Mau tidak mau Leon pergi dan memenuhi tugasnya untuk menyelesaikan misi. Pertama-tama ia harus tahu di mana anak tinggal dan siapa orang tuanya. Sejujurnya sejak pertama kali ia melihat Mahen, Leon seperti mengenalnya hanya saja ia tidak tahu mengapa sampai merasa demikian.
"Oh jadi dia tinggal di alamat ini," gumam Leon setelah ia mendapatkan alamat tersebut dari seseorang yang ia meminta mengikuti Mahen kemarin saat pulang sekolah.
Saat tengah fokus menyetir mobil, ponsel Leon berdering dan itu panggilan dari nomor tak dikenal.
"Halo ...," sapa Leon, ia sengaja hanya mengatakan kata itu sebab id pemanggil berasal dari luar negeri dan itu adalah kode dari negara tempat ia membangun kerajaan bisnisnya.
"Halo Tuan Leonardo, apakah Anda mengenal suara ini?"
Leon mencoba mendengar suara seseorang yang berteriak histeris dan sepetinya ia sangat ketakutan serta berada di bawah tekanan.
'Briella ...,' tebak Leon dalam hati.
"Anda sudah mendengarnya, bukan? Jadi jika Anda ingin kekasih Anda selamat, maka datanglah dan berikan uang tebusan—"
Belum selesai orang tersebut berbicara, Leon langsung menyela.
"Entah dia hidup atau mati, itu bukan urusanku lagi!" ucap Leon sarkas kemudian ia mengakhiri panggilan tersebut.
Leon memijat pelipisnya, ia tidak bermaksud tega pada Briella, jika kata tega itu harus mereka pakai dan nobatkan, maka Briella lah yang paling pantas untuk mendapatkannya.
Leon segera menghidupkan mesin mobilnya lalu ia kembali fokus menyetir. Ia tahu cara terbaik untuk melupakan masalah Briella adalah dengan mengingat Eleanor Prayoga Griffin.
Mendadak Leon tersentak saat teringat ucapan Frey tadi. "Dua penjahat? Bagaimana Frey bisa tahu kalau sekarang ada dua penjahat? Aku bahkan belum mengetahuinya dan siapa lagi penjahat itu, berani sekali mengganggu Lea!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Febriani Soemantri
penjahatnya loe Leon, apakah mahen anaknya Cilla ama Kievan eh bener nggak sih
2024-01-19
0
Nur Adam
lnjut
2023-10-23
0
Indra Syallwa
penjahatnya yaa kue dewe leon 😂😂😂😂
2023-10-22
2