Flash back on
Hari itu hujan turun dengan lebat, Danisha baru sampai di warung bakso favoritnya. Ia mencari tempat duduk yang agak pojokan, ia ingin menikmati bakso tanpa terganggu lalu lalang orang.
Danisha menemukan tempat duduk yang sesuai keinginannya tapi di situ masih ada seorang pengunjung yang terlihat mau pergi.
" boleh duduk kak " ucap Danisha sopan.
" silahkan " kata pemuda yang sedang mengemasi buku buku sama tas ranselnya
" Sendiri kak " tanya Denisha berbasa basi. Pemuda itu terlihat akan berdiri tapi entah kenapa duduk kembali.
" ya "
" oo."
" Kamu juga sendiri ? " tanya pemuda itu balik.
" O..nggak rame kak, tu sama pengunjung yang lain " jawab Danisha cengengesan. ia berharap pemuda yang terlihat sendu itu bisa tersenyum. Benar saja, ia tersenyum dan Danisha terpana. O M G...cakep bener, puji Danisha dalam hati.
" mau saya temani ? " tanya pemuda itu. Hati Danisha berdegup kencang.
" Kalau kakak mau lebih lama disini, silahkan " jawab Danisha sambil tangannya mempersilahkan pemuda itu tetap di tempatnya. tepat di hadapan Danisha.
" Di luar masih hujan juga " Danisha menunjuk titik air yang turun di depan jendela.
Danisha memesan satu porsi bakso dan menawarkan pemuda itu apa mau makan lagi. ia bilang hanya ingin menemani Danisha.
" Kelas berapa ? " tanya pemuda itu.
" kelas 11 kak "
" SMA mana ? "
Danisha menunjukkan lambang di bahunya yang menunjukan ia bersekolah dimana karna mulutnya sedang mengunyah bakso.
" Saya alumni sekolah itu Juga " ucap pemuda itu. Danisha hanya tersenyum.
" beneran kak " tanggap Danisha antusias setelah mengunyah baksonya. Pemuda itu mengangguk.
" Kakak kuliah ? "
" baru kelar S1, sekarang mau S2 " jawabnya sambil memperhatikan Danisha makan.
" Kenapa kak ? belepotan ya ? " Danisha mengambil tisu untuk melap mulutnya. pemuda itu menggeleng.
" Aku Reyhan kamu ? " pemuda itu memperkenalkan namanya.
" Danisha, keluargaku biasa memanggilku Ica atau Caca " merekapun bersalaman.
" Menurutmu kalau aku pacaran sama anak SMA gimana ? ".
" uhuk..uhuk..! " Danisha terbatuk.. Reyhan menyodorkan air.
" sah sah saja, nggak ada salahnya " tanggap Danisha datar padahal hatinya deg deg ser dengan pertanyaan itu, seolah olah dirinya yang sedang dirayu.
" Kamu mau tau kenapa aku mau pacaran sama anak SMA ? "
" Oh..ya kenapa kak ? " tanya Danisha serius.
" soalnya mereka pasti nggak bakalan minta dinikahi buru buru, pas lagi mau ujian akhir tu kan pada sibuk belajar jadi minta putus gambang banget " Reyhan terkekeh sementara Danisha merengut.
" Seenak kakak aja kalau ngomong, nanti pas dapet dihati, dia yang minta putus kakak yang keblinger, tipus mikiran dia terus "
Reyhan menghentikan tawanya.
" becanda kok "
" cinta jangan dibecandain kak " protes Danisha.
" udah punya pacar "
" Belum..belum ada lima maksudnya " giliran Danisha yang terkekeh.
" play girl juga ya kamu "
" soalnya gini ya kak, aku nyari pacar yang punya kelebihan di setiap mata pelajaran, jadi pas ada pr suruh doi deh ngerjain pr sebagai tanda sayang "
" iya..mereka sayang, kamunya yang jadi bodoh " mereka berdua tertawa bareng.
Hujan berhenti. Danisha memperhatikan jam di pergelangan tangannya.
" Sudah sore kak, aku pulang dulu " ucap Danisha sambil meraih tas ranselnya. Pemuda itu juga ikut berdiri. Setelah membayar baksonya Danisha berjalan keluar diikuti Reyhan.
Sore itu tak ada yang tahu kalau sebenarnya hati Reyhan benar benar hancur. hubungan yang ia bina dengan kekasihnya harus kandas karna takdir tak mempersatukan mereka. Aleta, gadis itu meminta maaf atas keputusannya untuk meninggalkan Reyhan karna ia sudah menerima perjodohan yang dilakukan keluarganya.
Ia sudah diminta keluarganya untuk segera menikah dan ia meminta Reyhan untuk melamarnya tapi Reyhan mengatakan ini bukan waktu yang tepat karna ia masih dalam pendidikan. Dalam masa pendidikan tentu ia belum fokus mencari nafkah.
" Daah kak " Danisha melambaikan tangannya, Reyhan pun sama. setelah itu mereka pun tak pernah saling mengingat kalau mereka pernah bertemu
sampai di suatu acara latihan pramuka. Danisha datang terlambat di lokasi. Ia harus mendapat hukuman dari kakak pembina. push up lima puluh kali. waktu itu, Danisha hanya tertunduk tak memperhatikan siapa kakak pembinanya.
" Ca...ada sepupu gue jadi kakak pembina " beritahu Wanda, sahabatnya seusai latihan.
" Oo..trus kenapa lu senyum senyum " tanya Danisha heran melihat Wanda tersenyum sendiri.
" Dia yang aku ceritain dulu Ca, cowok yang sudah aku taksir sedari kecil " ungkap Wanda sambil menutup mukanya.
" Ooo..."
" Eh kalian sudah pada makan ? " tegur seorang kakak pembina. Danisha memperhatikan kakak pembina yang mendekati Wanda.
" Sudah kak " jawab Wanda sumringah, ia tak henti mengungkai senyum.
" Kak Rey kan ? " tebak Danisha sambil menunjuk kakak pembinanya.
" Kamu...sebentar saya ingat dulu, Caca marica..hey..hey kan.."
" bisa aja si kakak "
" gimana capek di hukum ? kenapa terlambat "
" Soalnya tadi ketiduran kak, habis mimpiin kakak " untuk kesempatan kedua itu mereka kembali tertawa bersama. Wanda tertegun, meski Reyhan adalah sepupunya, ia tak pernah seakrab itu.
Sejak hari itu, semuanya terlihat wajar wajar saja. Danisha yang memang terkenal periang dan mudah akrab dengan siapa saja. Danisha bisa bercanda dengan siapa saja.
Wanda juga pandai menyimpan perasaannya. saat tahu Reyhan sudah putus dengan kekasihnya. ia berharap Reyhan meliriknya, ia sudah merasakan hangat perhatian Reyhan saat ia sakit, tapi perhatian itu tak lebih dari adik dan kakak.
Ia sering bercerita pada Danisha ia sedang menyimpan perasaan pada seseorang. laki laki yang sangat ia damba.
Ketika Reyhan putus, ia ingin perhatian itu berubah bukan adik dan kakak lagi tapi sudah perhatian laki laki pada perempuan yang disukainya. Ia sering mengajak Reyhan makan diluar tidak lupa ia mengajak Danisha. dirinya tak bisa menguasai rasa gugup, beda hal dengan Danisha yang begitu lempeng berbicara dengan Reyhan. Wanda hanya jadi penonton saat Reyhan dan Dsnisha melemparkan banyolan.
Di sisi lain, Reyhan tak tahu sejak mengenal Danisha, kesenduan karna ditinggal nikah oleh Aletta bisa meredakan perih di hatinya. gadis pintar tapi ceroboh itu membuatnya selalu ingin bertemu.
Tapi gadis itu seperti belum punya rasa cinta atau terlambat puber. kadang ia sering beri perhatian lebih tapi tatapan itu tak ada baper bapernya.
" Baguslah Rey kamu sudah move on, lo kayanya ada rasa sama Danisha " ucap teman Reyhan yang jadi pembina pramuka di SMA Danisha juga. Reyhan hanya angkat bahu dan tersenyum.
" gue tantang lu, buat ngatain suka sama dia, berani nggak "
" oke..." jawab Reyhan tegas.
Saat itu Danisha jadi panitia perpisahan dengan anak kelas 12. Mereka mengadakan acara api unggun. Dengan bantuan senior senior lain. Reyhan berhasil membawa Danisha kedepan api unggun.
Persis yang Rio lakukan. awalnya Danisha diminta pertanggung Jawabannya sebagai ketua panitia konsumsi karna telah membuat Reyhan sakit.
Danisha mau menangis saat itu karna terus disalahkan. para senior memintanya membaca tulisan diatas karton Keras keras.
" Danisha.. Maukah kau jadi teman istimewaku, Reyhan "
Seketika bibirnya beku. Wajah tampan itu membingkai senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments