" mau masuk ? " ulang Reyhan ketika Danisha seperti terpaku di depan pintu. ia melihat begitu banyak paper bag di meja dosen sekaligus suaminya itu.
" Ya.." jawab Danisha sambil mengikuti langkah Bastian ke ruangannya.
" Banyak sekali, dari wanita tadi? " tanya Danisha sembari memeriksa isi paper bag, ada berbagai macam kemeja yang dibungkus rapi dalam paper bag.
" Jangan berprasangka dulu, itu ucapan terima kasih karna aku membantunya dalam pengerjaan thesisnya " Danisha terkejut karena Reyhan meletakkan kedua tangannya di bahu Danisha. Danisha berdiri kaku karna Reyhan berdiri tepat di belakangnya. ia bisa merasakan nafas Reyhan tak jauh dari lehernya. Laki laki itu sedang menunduk karna tinggi Danisha hanya sebatas dadanya.
" Pak..jangan macam macam, ini kampus lo. Jika ada yang liat bapak bisa di pecat " ucap Danisha tanpa menoleh sedikitpun. ia merasakan tangan dosen itu sudah menempel di pipinya. Seketika tawa Reyhan pecah dan ia membalikkan badan Danisha dengan kedua tangannya.
" Kamu mau mengadukan suami kamu berbuat yang tidak tidak sama istrinya "
Danisha merasakan pipinya memerah. Reyhan menatap matanya begitu intens, tatapan yang selalu ia rindukan dan sekarang ia sudah di posisi yang ia inginkan tapi harus berpura pura tak suka.
ah menyebalkan, bagaimana ia harus terjebak dengan janji itu. Danisha merutuki dirinya sendiri yang tak bisa membela perasaannya.
" Tenang, pintunya aku kunci kok " bisik Reyhan sambil membelai rambut Danisha. Danisha segera berjongkok ketika Reyhan memajukan wajahnya. Ia lepas dari kungkungan Reyhan.
" Maaf kak " ucap Danisha setelah mengambil jarak cukup jauh dari Reyhan. laki laki itu hanya tersenyum dan memasukkan kedua tangan ke saku sembari melempar pandangan ke samping. bibirnya dilipat, seperti sedang menahan sesuatu.
" mau apa ? " tanya Reyhan dengan nada sedikit marah, Danisha menahan bibirnya untuk bicara apa yang sudah tersusun di kepalanya.
" Cepat katakan, malam ini aku ada janji makan malam sama Dea " ucap Reyhan setelah beberapa saat Danisha belum bicara. Danisha menelan rasa pahit yang singgah di tenggorokannya ketika Reyhan mengucapkan kalimat makan malam bersama Dea, jadi perempuan tadi namanya Dea.
" Kak..aku mau izin. aku mau menyelesaikan masalahku dengan Rio jadi aku mau menemuinya malam ini " ucap Danisha dengan tertunduk. ada gemuruh cemburu yang juga ingin ia lawan.
Hening. Tak ada jawaban. Danisha meremas tangannya, wajah Reyhan berubah datar saat ia menyebut nama Rio, sebenarnya ada bahagia di hati Danisha ketika melihat perubahan sikap itu. Sikap yang jelas menunjukan Reyhan cemburu.
" Dimana ? " tanya Reyhan setelah beberapa lama diam.
" Cafe My Bestie "
Reyhan mengangguk dan Danisha langsung pamit.
" Permisi kak " ujar Danisha dan kemudian balik badan, tapi langkahnya tertahan karena Reyhan menahan tangannya.
" kita belum selesai " ucap Reyhan sembari menarik tubuh Danisha kembali mendekat padanya. kali ini dada mereka berdempet.
" No coffee right ? , no spicy food, kurang kurangi yang asem asem, kamu masih sakit. Soup it' s ok "
Danisha mengernyitkan kening. ia tahu semua yang dilarang Reyhan itu untuk kebaikannya. Rasanya ia ingin luluh saat itu juga. menempelkan kepalanya di dada Reyhan.
" Bapak itu dosen apa dokter sih, but thanks anyway "
" bojo mu neng " jawab Reyhan sambil menggusar poni Danisha. Danisha reflek tersenyum, kehangatan yang tiba tiba terenggut beberapa tahun yang lalu ia rasakan kembali.
" boleh pergi sekarang ? " tanya Danisha sambil memperhatikan kedua tangannya yag di pegang Reyhan.
" belum, kayanya kamu kalau ga diingetin beberapa kali pasti nantinya bakal lupa " jawab Reyhan sembari kembali menatap fokus Denisha, gadis itu tertunduk.
" Tadi di usir katanya banyak kerjaan "
******
Reyhan mengantarkan Danisha ke kafe yang di maksud. Ia mengatakan akan makan malam bersama Dea di suatu tempat. Danisha berusaha menyembunyikan rasa cemburunya, mencoba bersikap biasa saat Reyhan mengatakan kalau makan malam itu di tempat istimewa.
Rio menyambut Danisha yang baru saja membuka pintu kafe.
Danisha melihat Rio agak berbeda malam ini. Lebih casual dan bening.
" Thanks Ca, mau dateng. mau makan dulu atau kita ngobrol dulu " ucap Rio sambil membukakan kursi untuk Danisha.
" Maaf Yo, usus aku bermasalah, aku kayanya minum saja sambil ngobrol "
" oke..mau minum apa ? "
" Alvocado juice "
Rio memanggil Waitress yang kebetulan lewat di depan mereka. Seorang laki bertopi pet hampir saja menabraknya. Laki laki itu memilih duduk di belakang kursi Danisha.
" Bagaimana Ca.., gimana jawabanmu. aku nggak bisa menunggu terlalu lama Ca " ucap Rio sambil menyentuh tangan Danisha. Danisha menjauhkan tangannya.
" Yo..maaf kalau aku seperti mengulur waktu, sebenarnya aku tak ingin menyakitimu. aku..aku nggak bisa terima cintamu Yo karna sebelum kamu hadir, hatiku sudah dimiliki orang lain dan aku belum bisa move on dari orang itu "
Rio tampak terkejut mendengar ucapan Danisha. ia menyeruput air putih yang ada didepannya sampai habis. apa yang dikatakan Danisha tadi membuat tenggorokannya kering.
" apa dia masih dilingkungan kampus ? " tanya Rio sembari melempar pandangan. Ia mencoba menahan gemuruh hatinya.
" aku tak ingin menjawabnya "
Danisha menyeruput juice yang baru diantarkan pelayan kafe, ia sebenarnya tidak tahan melihat raut wajah Rio. laki laki di depannya itu selama ini terlalu baik padanya.
" Maafkan aku.Yo, aku pergi dulu " ucap Danisha sembari berdiri. Rio hanya menatap nanar ke jendela. ia melihat Danisha sekilas lalu mengangguk.
*******
Danisha pulang ke apartemen menggunakan taksi online. Reyhan ternyata belum pulang. Gadis itu merebahkan diri di atas kasur dan menarik nafas dalam. ada rasa sedih menghinggapi hatinya jika ingat reaksi wajah Rio kalau sudah ada orang lain yang menghuni hatinya. Tapi ini lebih baik daripada terus menyiksa Rio dengan menggantung jawaban setidaknya sakitnya tidak akan lama.
Danisha menemukan ponselnya di nakas, mungkin Reyhan mengembalikan ponsel saat Danisha berada di luar. Danisha menscroll media sosialnya. Ia terkejut dengan foto yang di posting Wina, teman satu SMAnya dulu. captionnya membuat mata Danishs membulat.
jadi ngiri sama kakak sepupu..cem cemnya mirip oppa oppa korea.
Danisha melihat foto Reyhan sedang makan malam dengan sebuah keluarga. Meski tidak berdua tapi raut wajah Reyhan yang begitu bahagia membuat hati Danisha panas dingin. Ia meremas seprei dan memukul bantal.
Danisha tertidur setelah menumpahkan air matanya, Wina sengaja mengambil angle foto dimana Reyhan berbincang akrab dengan wanita yang ia lihat keluar dari ruangan Reyhan.
Tok ! tok! tok !
Danisha terbangun karena ketukan pintu.
" Ca....bangun ! " teriak Reyhan dari luar.
" kenapa kak ?" balas Danisha dari dalam
" keluar dulu, baru saya ngomong mau apa "
Dengan malas Danisha beranjak dari tempat tidur. Ia sangat malas bertemu Reyhan setelah melihat foto foto makan malam yang sangat akrab itu.
" Makan dulu, saya tau kamu belum makan malam " Reyhan menarik tangan Denisha agar mengikutinya ke meja makan.
Denisha melihat ada dua piring nasi lembek dan sup ayam terhidang di meja.
" bukannya kakak tadi makan malam romantis sama Dea, mana ekspresinya bahagia banget gitu " cibir Danisha, ia mengerucutkan bibirnya ketika melihat Reyhan tersenyum.
" kenapa reaksinya gitu, Cemburu ? " tanya Reyhan sambil menyendok sup ke piring Danisha.
Danisha yang menyeruput air terbatuk.
" Jangan mikir macam macam, malam ini kamu tidur di kamar aku " ucap Reyhan sembari mengaduk nasi dan sayur.
Batuk Danisha semakin menjadi. Reyhan tertawa lepas melihat pipi squishy itu membulat.
" tu kan pikiran kamu kemana mana, aku cuma mau minta tolong, masukin data nilai mahasiswa. waktu kamu sakit, aku nggak sempat kerjakan "
Danisha menghela nafas.
" kirain.."
" kamu mikirnya apa ? malam pertama ? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments