Danisha ikut minum air putih, tenggorokannys terasa kering karena mendengar pertanyaan Reyhan. Mereka saling menatap, Danisha yang akhirnya tertunduk. Tak berani membalas tatapan yang ingin menghisapnya itu.
" Kenapa kamu melepas aku begitu mudah Ca, bermalam malam aku berdoa, agar kita dipersatukan lagi dan sekarang kita sudah bersama kamu malah menganggap pernikahan kita sebuah persinggahan " nada suara Reyhan mulai meninggi. Danishs mengangkat kepalannya dan kembali melihat ke arah Reyhan.
Danisha mulai paham kalau percakapannya dengan Wanda didengar Reyhan. Ia rasa Inilah saatnya ia harus mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya selama ini. Meski pahit, ia harus mengatakannya biar Reyhan mengerti situasi yang ia hadapi.
" Kak...aku.." seperti ada benda kasar yang menyekat tenggorokannya untuk bicara.
" Wanda cinta kamu, dia butuh kamu, mungkin dengan adanya kamu dia bisa melewati masa sulitnya sebagai penderita kanker, terlalu banyak kebaikan keluarganya pada keluargaku yang membuat aku tak bisa bilang tidak kak " akhirnya rentetan kata yang menjejal kepala Danisha sejak memutuskan untuk putus dari Reyhan terlontar juga. Meski ulu hatinya terasa ada yang menusuk.
Reyhan berdiri dan menggusar rambutnya kasar, mengusap mukanya berkali kali dan terlihat menghempaskan tangannya ke dinding. Helaan nafas kasar itu bersamaan dengan nafasnya yang naik turun tak beraturan.
Danisha tertunduk lagi. rasa sakit yang ia rasakan didadanya mendesak bulir hangat itu untuk keluar dari pelupuk matanya. Tapi sekuat tenaga ia redam pilu itu.
Reyhan menarik tangan Danisha dan menyeretnya ke sofa, Denisha terjerembab karna Reyhan menghempaskan tubuhnya keatas sofa, Danisha tak siap menahan dorongan Reyhan hingga setengah tubuhnya terbaring di sofa. Reyhan menaikkan kaki Danisha ke sofa dan mengungkung tubuh Danisha dengan tubuhnya.
" Mau apa kak ? " cicit Danisha ketakutan. Danisha memberanikan netranya membalas tatapan intens Reyhan.
" Lihat mata ku ! katakan apa yang kau rasakan ? " sentak Reyhan. Danisha merasakan jantungnya berpacu cepat, posisi tubuh Reyhan diatas tubuhnya jika tak ditahan oleh kedua lengan Reyhan ia akan tertindih. Danisha mencoba mendorong tubuh Reyhan namum kedua lengan itu begitu kokoh menahannya. Danisha memejamkan matanya, ia tak ingin menjawab pertanyaan Reyhan. hanya bulir bulir hangat dan getaran tubuhnya yang bicara.
" Buka matanya Ca dan bicaralah !, aku ingin dengar kejujuran itu " ucap Reyhan dengan nafas tersengal sengal, ia tak tahu bagaimana meluapkan emosinya pada wanita yang membuncah hatinya setiap hari itu, tak bisa ia gambarkan bagaimana rasa sakitnya hanya berjuang sendiri.
Suara tangis Danisha akhirnya mengembalikan kewarasan Reyhan. Ia beranjak dari tubuh Danisha.
" Maafkan aku, kembalilah kekamar dan istirahatlah " ucap Reyhan pelan, ia telah berhasil menguasai dirinya. Ia terduduk dan bersandar.
Danisha mencoba bangkit, apa yang baru saja terjadi membuatnya shock. Sebenarnya apa yang dilakukan Reyhan pada tubuhnya bukan suatu masalah lagi karena mereka sudah sah menjadi suami istri. Tapi ia tak terima diperlakukan kasar seperti tadi.
ia beranjak ke kamar dan meneruskan tangisnya di atas kasur. Ia ingin memeluk tubuh itu, merasakan hangatnya pelukan Reyhan sesuatu yang sudah lama ia nantikan. Tapi seakan ada yang menarik tangannya agar menjauhi orang yang disayanginya.
Danisha tertidur, ia bahkan lupa mengunci pintu. Ketika Reyhan mendorong pintu kamar Danisha, ia melihat gadis itu tertidur dengan posisi tertelungkup. Reyhan merasakan bantal penyangga kepala Danisha basah.
Tangannya sudah diudara hendak membelai rambut Danisha tapi ia urungkan begitupun keinginan untuk mencium pipi yang masih menyisakan tangis itu. ia hanya menyelimuti Danisha lalu keluar dari kamad Danisha. ia membereskan meja makan. selera makannya sudah hilang sejak tadi malam, saat melihat Danisha mengangguk ketika Wanda meminta Danisha untuk bercerai dengannya.
Sekuat tenaga ia tahan gejolak itu, harga diri yang terluka karena orang yang ia kasihi tak menganggap penting kebersamaan mereka. malam itu gemuruh tanya itu tak bisa ia tahan, hampir saja ia berbuat brutal pada Danisha, ia merasa bersalah dengan tatapan Ketakutan Danisha. sepasang netra yang menyimpan banyak beban. beban menutupi apa yang terjadi dalam hati dengan berpura pura baik baik saja.
Danisha bangun lebih awal. saat ingin keluar kamar, Danisha menarik nafas dalam dalam. ia ingin bersikap biasa, menganggap insiden semalam tak merusak hubungan mereka.
pelan pelan Danisha membuka pintu. siapa sangka Reyhan juga keluar kamar secara bersamaan. Sesaat saling menatap lalu melempar pandangan ke arah lain.
" Kak, pagi ini aku yang bikin sarapan ya ? " tanya Danisha menghilangkan kecanggungan diantara mereka. Reyhan yang berjalan ke arah kulkas menoleh.
" boleh " jawabnya. Danishsa ikut berjalan ke dapur.
" sekalian kamu siapkan baju yang akan aku pakai untuk pertemuan dosen dosen muda nanti " imbuh Reyhan.
Danisha tertegun, ada rasa aneh yang menjalari hatinya saat Reyhan memberikan perintah itu. seperti inikah rasanya ketika perempuan melayani kebutuhan suami.
Selesai sholat subuh Danisha pergi ke walk on closet. Memilihkan kemeja, celana, dasi dan jas yang akan dikenakan Reyhan. ia mengambil kemeja pemberian Dea yang kemarin sudah ia susun diantara koleksi kemeja Reyhan.
" kemejanya jangan yang diberikan Dea, aku tahu kamu nggak suka. pilih apa saja yang membuat hatimu nyaman " tegur Reyhan saat Danisha mematut kemeja pemberian Dea. Danisha melirik Reyhan yang sudah balik badan. laki laki itu masih dalam balutan sarung baru selesai sholat subuh.
Danisha tersenyum saat mencicipi nasi goreng buatannya.
" lumayan " ucapnya memberi penilaian pada masakannya sendiri.
" Enak " puji Reyhan ikut mencicipi nasi goreng yang sudah disalin keatas piring.
" Di buat pakai cinta kan " tambahnya membuat Danisha mengalihkan pandangan ke arah lain.
" Mandi gih, nanti terlambat lagi masuk kelas, nanti bareng aja ke kampus " ucap Reyhan sambil menggusar poni Danisha. Danisha menikmati aroma maskulin yang singgah dihidungnya saat tubuh mereka begitu dekat. aroma yang membuat perasaannya di aduk aduk. ingin rasanya ia cabut permohonan saat itu, saat meminta Reyhan untuk tak menciumnya lagi. sungguh, ia ingin pagutan bibir itu lagi.
" Kok melamun ? " Danisha terkesiap dan buru buru mengambil handuk dan melesat ke kamar mandi.
" Ish..mikirin apa sih, mesum mesum " ia memukul kepalanya sendiri. ia melihat pipinya di kaca. merah, malukan ketauan sedang memuja.
Selesai mandi dan berkemas, Danisha keluar kamar. ia kembali tertegun dengan pemandangan pria yang sedang memasang jas di depannya.
" Gimana ? " tanyanya sambil tersenyum.
" oke " jawab Danisha pendek. ia pura pura melihat modul yang ia pegang. takut ketauan kalau matanya memuja penampilan Reyhan pagi ini, tidak hanya pagi ini. setiap detik pun hatinya selalu berbunga melihat Reyhan. Jangan bohongi perasaanmu Danisha. Nggak mudah kan move on dari Reyhan ?
Tampan, baik, pengertian pas jadi dosen aja berubah galak.
" Nadin, semalam telpon " beritahu Reyhan saat mereka sarapan.
" Kakak angkat ? " tanya Danisha setelah menelan nasi dimulutnya. Reyhan mengangguk.
" Ish..besok besok nggak usah angkat telpon dari dia. dia pasti bicara hal receh receh, buang buang waktu saja " ungkap Danisha.
" dia bilang, kamu sepertinya sedang terluka. apa itu hal itu receh ? " tanya Reyhan bersamaan dengan gerakan alisnya.
seketika waktu melambat.
" siapa yang membuatmu terluka ? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Manda Scoviaregel
lanjut thor 💪💪
2023-10-15
0