Pelangi Di Awan Seseorang

Pelangi Di Awan Seseorang

PdAS1. Selebaran

...INFORMASI ORANG HILANG...

Nama : Chandani Aqsa

Usia : 22 tahun

Ciri-ciri

Tinggi badan seratus lima puluh delapan. Berkulit putih, bola mata coklat tua. Bercadar, bergamis hitam panjang. Terakhir pergi membawa motor Honda Scoopy putih.

Hubungi.

Givan : 081×××××××××

Chandra : 081×××××××××

Alamat : Gampong Blang Ara Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.

Aku menyimpan kembali selebaran yang aku dapatkan dua minggu yang lalu. Entah kemana lagi penjahat ini membawaku pergi, aku diam karena aku takut dengan ancamannya. Ia selalu mengancam, akan menodaiku. Aku benar-benar takut hal itu terjadi, aku benar-benar takut dinodai oleh laki-laki yang ingin dicap penjahat ini.

Dua puluh hari yang lalu, aku mendapat musibah. Saat KKN di desa yang tidak jauh dari alamat orang tuaku, aku dibegal di jalanan yang cukup sepi. Karena panik massa datang, pembegal tersebut membawaku pergi dan juga motor temanku yang aku kendarai. Ia tidak bisa mendapatkan motor yang aku kendarai selama lima menit, karena aku terus melawan dan ia tidak membawa senjata tajam.

Sekarang, aku tidak tahu aku berada di daerah mana dan dengan laki-laki yang tidak aku ketahui identitasnya ini. Aku ingin pulang secepatnya, tapi aku tidak tahu harus pergi ke arah mana.

"Makan nih, Dek." Pembegal yang penuh dengan tato ini, memberiku buah-buahan kembali.

Selama ini aku tidak pernah makan berat, karena memang kita jauh dari pemukiman warga. Ia pergi dan kembali dengan beberapa buah, yang mungkin itu hasilnya mengambil buah di pohonnya.

"Kenapa aku tak dipulangkan aja? Atau dibunuh sekalian?" Aku sudah lelah hidup, jika begini ceritanya.

"Pulang ke mana? Aku aja tak tau kita di mana. Kalau kau mati, aku ditemani siapa?" Ia melirikku, kemudian tertawa kecil.

Ia tidak begitu jahat meski dirinya penjahat, mungkin karena ini novel. Tapi selama ini, ia tidak pernah menurunkan cadarku.

"Ini hutan?" Aku tak kunjung mengambil hasil buah yang ia dapatkan.

"Tak tau." Ia menarik kupluk di kepalanya, kemudian menggaruk kepalanya.

Motor yang ia begal dariku, ditinggalkan di jalan karena kehabisan bahan bakar. Bodohnya ia, kenapa ia malah membawaku pergi?

"Apa masih Sumatera?" tanyaku kembali.

"Masih keknya, kan kita tak nyebrang laut. Kau pulangnya ke mana sih? Tapi kalau kau pulang, aku kaburnya sama siapa?" Bibir hitam itu, terlihat kering dan pecah-pecah.

"Kenapa harus kabur? Yang penting aku pulang, aku tak akan buka cerita ketemu begal oon." Aku mulai mengambil sebuah pisang yang ia bawa satu tandan besar.

Terlihat dari ujungnya yang kotor dan tidak rapi, aku yakin ia memotongnya dengan alat seadanya. Ya mungkin memakai kayu, atau batu yang tajam.

Ia tertawa lepas. "Aku panik," akunya dan tawanya mereda.

Hanya ia teman ngobrolku, meski kami tidak selalu mengobrol.

"Aku DPO di Payakumbuh. Aku waktu begal kau, itu daerah mana?" akunya kemudian.

Dia ternyata orang yang dicari polisi.

"Di Aceh Tengah, Bener Meriah," jawabku cepat, dengan mengusahakan mengenyangkan perut dengan pisang kembali.

"Berarti sekarang kita di mana?" tanyanya, dengan mengambil satu buah pisang juga.

"Aku tak tau! Kalau aku tau, udah pulang dari kemarin aku." Aku makan dengan tertutup cadarku.

"Tuh, ya? Pas dapat selembaran itu di mana?" Ia mengusap keringatnya, kemudian lanjut memakan makanannya.

Diri kami sangat terlihat tidak higienis sekali, bahkan aku minum air yang keruh.

"Pas lewatin pasar itu." Sebelum kami benar-benar jauh dari daerah warga, kami sempat melewati pasar yang cukup besar.

"Ke pasar itu, kira-kira ke arah mana dari sini? Apa kita keluar aja? Tapi kalau aku ketangkap duluan, kau pulangnya gimana?"

Ia selalu membuatku berpikir.

"Pas ketangkep itu, bilanglah ke polisi suruh antar aku pulang." Aku mulai menikmati pisang ini.

"Nanti kalau kau dicicipin polisi, gimana?"

Kembali, ia membuatku lebih takut saja.

"Ya masa iya? Kan polisi." Aku mencoba mencari jawaban sendiri dengan keyakinanku.

"Iya sih. Tapi kalau aku dipenjara, nanti adik sama orang tua aku gimana?"

Aku ingin melemparnya dengan kulit pisang.

"Ya kau mikir tak sekarang?! Kita di hutan kemungkinan, tak ada kabar berita, tak hasilin uang juga. Gimana tuh nasib adik dan orang tua kau?" Sebelumnya aku banyak diam, tapi sekarang banyak berbicara dengannya. Bukan karena aku cerewet, tapi ia yang terus mengajakku berbicara.

"Sebenarnya, aku tak niat nyulik kau. Tapi aku takut sendirian lagi. Mau keluar nyari jalan, takut polisi. Di hutan terus, benar kau, kita tak hasilin uang." Ia meluruskan kakinya dan memijat kakinya sendiri, setelah pisang pertama ia habiskan.

"Kau serba takut, kenapa mesti milih jadi pembegal?" Aku tidak habis pikir dengan aksinya.

"Itu pembegalan pertama aku. Sebelumnya, aku calo angkot di depan SMP." Ia mengambil satu pisang lagi.

"Kenapa berurusan sama polisi?" Aku ingat, tadi ia mengatakan bahwa ia menjadi DPO.

"Ikut ngeroyok temen. Padahal ikut-ikutan, tapi tak taunya temen yang dikeroyok itu mati." Ia membuka pisang itu perlahan.

"Ngapain ikut-ikutan?" Aku menghabiskan pisang pertamaku.

"Ya namanya juga seru-seruan." Ia menghela napasnya. "Kalau misalnya pindah ke Jawa, apa aku masih jadi DPO? Aku tak apa tinggal di pedalaman begini, yang penting bisa ngirimin uang ke keluarga aku, tapi apa kau mau nemenin?"

Ia tidak tahu siapa orang tuaku.

Bercerita pun untuk apa? ia penjahat, yang ada ia malah benar-benar ingin menculikku karena menginginkan uang tebusan dari orang tuaku.

"Aku tak paham masalah DPO begitu. Berarti, kau orang Payakumbuh?" Aku mengunyah pisang dengan perlahan.

"Iya, aku orang Sumatera Barat. Kau orang mana berarti? Berapa usia kau?"

Setelah tujuh belas hari bersama, ia baru bertanya tentang usiaku. Ia tahu namaku pun, dari selebaran yang aku dapatkan.

"Ya orang Bener Meriah. Aku baru dua puluh dua tahun. Siapa nama kau? Apa kita seumuran?" Keluargaku menetap di sana, padahal aslinya tidak ada darah Aceh sama sekali di keluargaku.

Baru kali ini aku bertanya tentang dirinya.

"Rai Faza, aku udah dua lima. Aku kelihatan tua betul ya? Maklum, dari usia SMP aku udah jadi buruh angkut di pasar."

Ekonomi yang mendesaknya harus bekerja di usia dini dan harus berada di jalanan. Kenapa aku menyebut ia ada di jalanan? Karena ia mengatakan bahwa ia adalah Calo angkutan umum di depan sekolah.

"Maaf, apa kau tak sekolah dulunya?" Aku sampai menjeda sesi mengenyangkan perut ini.

"SMP kelas satu aku berhenti. sebenarnya bukan karena orang tua tak mampu biayai, tapi karena kebawa teman. Terus diajak paman kerja di pasar, daripada bolos tak karuan, buat orang tua kepikiran. Eh keterusan, akhirnya berhenti sekolah." Ia tersenyum manis.

Ia berkulit hitam manis, tidak begitu pekat. Apalagi sekarang, kami selalu berada di tempat yang teduh. Jadi, ia tidak begitu gosong seperti saat awal pertama kali bertemu.

Ia tidak sipit dan tidak belo juga, tapi bulu matanya dan alisnya lebat. Hidungnya tidak begitu mancung dan tubuhnya tidak begitu tinggi, mungkin hanya sekitar seratus enam puluh lima atau lebih satu atau dua senti.

Tubuhnya kurus cungkring, ia sering melepas hoodienya jadi aku mengetahui bahwa ia memiliki tato di punggung, dada sampai seluruh lehernya. Ia pun memiliki anting di telinga kanan dan kirinya, tapi anting itu seperti kancing baju. Rambutnya hitam pekat, karena ia selalu menutupi rambutnya dengan kupluk masa kini, mungkin karena ia kepanasan dalam pekerjaannya dan menjadi kebiasaannya untuk menggunakan kupluk setiap harinya.

"Kenapa lihatin terus?" Ia mengerutkan dahinya.

Aduh, aku ketahuan tengah memperhatikannya.

Terpopuler

Comments

Ra2

Ra2

Yayah ivan bisa kecolongan gini
udh belasan hari lho
kebayang kepanikan d rumah mereka

2023-09-24

1

Ra2

Ra2

wooww agak lain yach cerita cani 👍👍

2023-09-24

1

Auralia Citra Rengganis

Auralia Citra Rengganis

Adek Cani yg cerewet gampang baperan cucu kesayangan kakek Adi " Kakek I love u" ya Allah inget part itu yg damplok aja di dadanya blm lagi kakek klo dpt berkat buat Cani unboxing....Cani diculik keluarga besar Adi bird's kelimpungan...tato inget bg daeng sama anak"nya om Vendra

2023-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!