PdAS7. Kembali ke rumah

"Itu ayah…." Aku kegirangan di dalam mobil pick up yang dikendarai cek Hendrik. 

Aku di tengah-tengah antara Rai dan cek Hendrik yang tengah mengemudi. 

"Sabar, Kak. Nepi dulu." Cek Hendrik langsung memutar setirnya agar berada di sisi kanan. 

"Ayah…." seruku dari dalam mobil dan melambaikan tanganku. 

"Ini pabrik apa, Can?" Rai menunjuk rumahku yang dikelilingi pagar beton tinggi. 

"Ini rumahnya, Bang," jawab cek Hendrik dengan menarik rem tangannya, mobil pick up ini sudah berhenti di depan gerbang rumah. 

"Heh???" Rai melongo bodoh. 

"Ayah…." Aku tidak sabar, aku bergegas untuk membuka pintu mobil di sisi Rai. 

Ayah menoleh, sepertinya suaraku sampai di telinganya. 

"Rai, cepat turun." Aku menggoyangkan lengannya. 

"Iya ini, sabar." Rai menurunkan kakinya satu persatu. 

Ayah tengah apa ya berdiri di depan pagar rumah? 

"Ayah…." Aku langsung berlari menerjang ayah. 

"Dek? Cani?" Suara ayah bergetar, ayah langsung mengusap bagian belakang kepalaku. 

"Ayah, aku lapar." Aku melompat-lompat sambil dipeluk ayah, aku tidak sampai merengkuh bahu ayah. 

"Kau sehat, Nak? Ayah mau lihat wajah anak Ayah." Ayah melepaskan pelukannya, kemudian menyibakkan cadarku. 

"Can, kau berdarah." Rai berseru kaget. 

Ketika aku menoleh, ia menunjuk bagian jok mobil. 

"Dek? Kau tak apa? Ada yang luka?" Ayah gemetaran dengan mengusap bagian belakang punggungku. 

"Ayah, maaf. Keknya aku haid." Aku menahan tangan ayah, sebelum ayah berpikir buruk tentang kondisiku. 

Aku khawatir darahku menempel di jemari ayah. 

"Masuk, Nak. Istirahat, bersihin diri kau minta bantuan biyung." Ayah menggiringku untuk masuk ke dalam rumah. 

"Ayah, tunggu. Teman aku kelelahan, dia sakit keknya." Aku menahan langkah kakiku, kemudian aku menunjuk Rai yang tengah membersihkan sesuatu dalam mobil. 

"Teman? Laki-laki?" Ayah menatap Rai nanar. 

Waduh. 

"Nanti aja ceritanya, dia lagi sakit, Yah. Ajak dia masuk juga, tolong pinjamkan baju untuknya." Aku melepaskan rangkulan ayah, aku berjalan ke arah Rai. 

Benar, Rai tengah mengusap darah haidku di jok mobil yang berwarna putih. 

"Rai, ayo." Aku menarik hoodie bagian lengannya. 

"Ehh, bentar." Rai celingukan, ia sepertinya ingin membuang tisu yang berwarna merah itu. 

"Sini, sini." Ternyata ayah sudah berada di sampingku, ayah mengambil alih tisu yang berubah warna itu. 

"Ini, Om." Rai terlihat canggung. 

Aku memperhatikan ayah yang mengamati Rai begitu lekat. Aku bergerak, baru perhatian ayah teralihkan dan ia berjalan di sampingku. 

"Sini, Bang." Ayah menoleh ke belakang, ia mengajak Rai. 

"Sini dulu, Hen." Ayah melambaikan tangannya pada cek Hendrik. 

"Iya, Pak Haji." Cek Hendrik mengekori langkah kami, ia berada di belakang kami dengan Rai. 

Beberapa orang memanggil ayahku seperti itu padahal ayahku belum berhaji. Jika umrah, sudah beberapa kali pernah melakukannya. 

"Cantiknya Ayah sehat? Kau ke mana aja? Ayah punya salah kah sama Adek? Apa Adek kekurangan hidup sama Ayah? Jawab, Cantik. Ayah gila sendiri Adek pergi." Ayah merangkulku, ia mengusap-usap bahuku. 

"Nanti aku ceritakan setelah makan. Aku dan Rai kelaparan, kami tak pernah makan nasi." Aku menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Rai dan aku tersenyum padanya. 

Aku merasa ayah memperhatikanku. 

Benar saja, ketika aku menoleh ke depan lagi aku berhadapan dengan sorot mata ayah yang tengah memperhatikan interaksiku dengan Rai. 

"Kau milih pergi dari Ayah dan kau kelaparan, Nak?" Suara ayah tiba-tiba bergetar, beliau mencium kepalaku saat kami melepas alas kaki kami. 

"Canda…. Cani pulang…," ucap ayah nyaring. 

Tidak butuh waktu lama, kami langsung dikelilingi oleh banyak anggota keluarga. Biyung Canda, dia ibuku, beliau keluar rumah dengan masih memakai mukena. Belum lagi kedua adikku, Cala dan Cali. Mereka tidak kembar, Cali adalah anak susuan ibuku, ia sepupuku dan jarak kelahirannya tidak jauh dari Cala. 

Kakak-kakakku yang tinggal di rumah yang berada di seputaran halaman rumah ayah pun ikut keluar, bahkan ada kakakku yang muncul dari dalam rumah orang tuaku. Sulit menjelaskannya, aku harap kalian membaca dulu sepuluh novel sebelum novelku ini. Agar mengerti susunan keluargaku dan bangunan rumah keluargaku. 

"Dek, Adek…." Tangis biyung lepas, ia sampai kesulitan mengatur napasnya saat menubruk diriku. 

"Kau ke mana aja?" 

"Dek, kau baik-baik aja?"

"Jangan ulangi lagi, Dek."

"Gimana cerita aslinya?"

"Kau tak dibawa laki-laki kek yang diceritakan orang om Vendra kan, Dek?"

"Kenapa kau ambil motor teman kau?"

Belum lagi pertanyaan yang membuatku pusing. 

"Yah, Biyung, Kak, Bang…. Aku pengen makan nasi dulu." Aku memasang tatapan sedih. 

"Kasih jalan, Bang." Ayah merangkulku untuk masuk ke dalam rumah. 

"Biyung, bantuin Cani mandi." Ayah menarik dan merangkul biyung juga agar masuk ke dalam rumah. 

"Ayah, pinjamkan baju untuk Rai." Aku mencari keberadaan Rai. 

"Iya, Dek. Masuk ke kamar, Biyung bantuin kau." Ayah mendorong lembut diriku, agar aku masuk ke kamarku. 

"Canda, cek badannya. Bilang ya kalau ada yang luka? Aku mau telpon Kal dulu, dia suruh periksa Cani sama temennya." Ayah menutup pintu kamarku, tapi aku langsung mencegahnya karena melihat Rai diantar oleh ART ke arah belakang. 

"Mandinya pakai air hangat aja, Rai. Kau bisa caranya?" Aku keluar dari kamar dan mengejarnya. 

"Nanti Makcik bantu siapin, Dek." ART rumah ini tersenyum ramah padaku. 

"Makcik, aku mau makan sama abon sapi." Aku tersenyum sumringah pada ART rumah ini, aku bahagia sekali kembali berada di lingkungan keluarga. 

Berbeda dengan Rai yang nampak tegang, matanya bahkan mendadak ngejreng. Ia tidak terlihat lemah seperti tadi, tapi ia terlihat waspada. 

"Rai, kau mau makan sama apa?" Aku menepuk-nepuk bahunya dengan senyum yang tidak aku tinggalkan. 

Rai memandang sesuatu di belakangku, lalu ia baru menatapku. "Hmm? Terserah aja." Ia menarik napas dalam setelahnya. 

"Dek, mandilah dulu," pinta ayah lembut. 

"Iya, Yah." Aku sempat menoleh ke arah Rai, sebelum kembali ke kamar. 

"Siapa nama kau tadi?"

Aku mendengar ayah menanyakan itu pada Rai. Namun, aku tidak mendengarkan jawabannya. 

"Ya Allah, Dek. Pada merah begini. Gatal tak?" Biyung mengamati punggungku. 

"Gatal, Biyung. Tapi tak ada binatang kan, Biyung?" Aku meraba punggungku sendiri. 

"Tak ada. Udah cepat masuk ke shower box dulu, nanti Biyung bantu kasih bedak. Cuci rambutnya yang bersih, Dek." Biyung keluar dari kamar mandi. 

Aku menggunakan jurus mandi asal siram saja. Bisa nanti lagi bersih sekalinya, yang penting sekarang aku bersih saja. Aku langsung meluncur ke dapur setelah biyung memberiku bedak di punggung dan tengkukku. Pada bagian lain, aku menambahkan bedak sendiri. 

"Rai, ayo makan nasi." Aku memberikan dua ibu jari padanya yang sudah siap di meja makan. 

"Lauk lainnya, Dek. Belum sempat masak, maaf ya?" Ayah menyodorkan telur dadar padaku. 

"Untuk Rai aja, Yah. Aku pengen sama abon sapi." Aku mengambil bungkus abon yang sudah tersedia di tengah-tengah meja makan. 

"Ayo, Rai." Aku menepuk punggung tangannya, sebelum aku menyantap nasiku.

Rai memperhatikan tanganku yang berada di punggung tangannya, sebelum ia memandangku yang sudah rapi dengan cadarku kembali. Kenapa ya ia begitu? 

Saat aku mengalihkan pandanganku, aku melihat ayah, biyung dan bang Chandra si kakak laki-lakiku yang memiliki tambak itu sedang menatapku dengan seksama. Mereka seolah terheran-heran padaku, atau seperti melihat sesuatu yang aneh padaku. 

Kenapa ya? 

...****************...

Terpopuler

Comments

Mafa

Mafa

ya kaget lah mereka can, kan biasanya kamu g bisa dekat dgn laki laki lain selain yayah sama kaf aja kamu sering ngrengek nolak kan

2023-09-27

1

chaia

chaia

semua orang ngira Cani kabur🤣

2023-09-27

2

Auralia Citra Rengganis

Auralia Citra Rengganis

Cani merasa nyaman nh ini rasa yg berat ketika udh menemukan kenyamanan tuk seorang perempuan....tunggu aza apa Cani jg merasa nyaman ketika lg bersama Kal cuma kak author Nissa yg tahu

2023-09-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!