"Dokter sendiri sedang apa di sini? Kenapa dokter belum pulang?"Dokter Amel bertanya, harusnya Dokter Ozman sudah pulang di jam segini karena ini bukan shifnya bekerja. Tetapi, orang yang di beri pertanyaan malah fokus menatap ke arah ruangan di mana gadis kecil yang cantik sedang tertidur lelap dengan selang infus serta selang oksigen yang berada di antara lobang hidungnya.
"Dokter,"Dokter Amel menepuk bahu Dokter Ozman sehingga membuat pria itu terkejut lalu menatap Dokter Amel dengan raut wajah yang bingung, memang seperti itulah kondisi Ozman, seperti orang bingung dan linglung tetapi pria ini mampu menyimak dan mengetahui semua keadaan pasien dalam sekali tatapan saja.
"Ayo kita pulang! Anda tinggal di departemen yang sama juga 'kan? Dengan dokter lain?" Dokter Amel tersenyum kepada Dokter Ozman, seseorang memperhatikan kedekatan mereka dengan raut wajah yang tak senang.
"Be-benar, saya tinggal di apartemen Bunda Kasih. Di lantai 2, dengan nomor 015,jawab Dokter Ozman.
"Wah, kebetulan sekali. Saya tinggal di lantai 2 dengan nomor kamar 016, itu berdekatan bukan?"terlihat Dokter Amel yang kesenangan, Dokter Ozman hanya tersenyum sembari memilin ujung jasnya.
Di tempat parkiran, Dokter Amel mengeluarkan mobilnya. Dokter Ozman menunggu di depan lobi rumah sakit seperti orang tengah kebingungan, begitulah kondisi seseorang dengan spektrum autisme tetapi nyatanya orang seperti itu mengerti dan paham semua apa yang terjadi di sekitarnya.
Padahal jarak apartemen dengan rumah sakit tidak terlalu hanya memakan waktu 15 menit untuk tiba di rumah sakit. Tetapi, tetap saja Dokter Amel memilih untuk membawa mobilnya.
Bunyi klakson mengejutkan Dokter Ozman, Dokter Amel menurunkan sedikit kaca mobil lalu memanggil Dokter Ozman agar segera masuk ke dalam mobil untuk ikut pulang bersama dengan Dokter Amel.
Mobil CRV putih pergi meninggalkan halaman rumah sakit Bunda Kasih. Dokter Rendy baru saja keluar dari lobi dan menatap punggung mobil tersebut.
"Dokter Rendy, saingan cinta Anda sudah maju satu langkah,"cibir Dokter Rain, pria ini tertawa kecil mengejek Dokter Rendy. Tetapi, berbeda hal dengan Dokter Rendy yang memberikan tatapan mematikan untuk pria yang baru saja mengejeknya.
"Duluan ya, Dok. Jangan lupa sampai rumah minum air dingin yang banyak, agar bisa mengurangi hati yang panas,"lanjut Dokter Rain yang berlalu pergi meninggalkan tempat di mana Dokter Rendy berdiri.
Dokter Rendy, mengepalkan tangannya ketika ucapan Dokter Rain membuat telinganya memanas. Cibiran pria itu berhasil membuat Dokter Rendy semakin tak menyukai Dokter Ozman.
'Aku takkan membiarkan Dokter Ozman bekerja dengan tenang di rumah sakit ini,'batin Dokter Rendy dan berlalu pergi menuju tempat parkiran mobil.
Suasana rumah sakit seperti biasa, apalagi di hari kerja. Tak ada satupun dokter yang terlihat berleha-leha semua orang sibuk mengerjakan tugas masing-masing.
Dokter Amel, sedang memeriksa kondisi Melati yang tiba-tiba mengeluh sakit pada bagian kepalanya. Terlihat Dokter Amel, dengan ditemani oleh dua orang dokter anak lainnya.
Dokter Ayu dan Dokter Han, juga berada di ruangan yang sama dengan Dokter Amel. Mereka semua melihat keadaan Melati, tetapi sepertinya gadis itu tengah menahan rasa takut apalagi mengetahui dirinya akan segera menjalani operasi.
"Melati tidak perlu takut ya, aku akan menolongmu saat operasi nantinya,"ucap Dokter Amel, sembari memeriksa bagian perut Melati dan sesekali bertanya apa anak ini merasakan sakit atau tidak.
"Melati dengar apa kata dokter? Kamu tidak perlu takut operasi akan membuat kamu segera sembuh, Sayang." Seorang wanita tua yang diyakini adalah ibu Melati mengusap lembut kepala sang anak, memberi semangat untuk anaknya agar besok bisa menjalani masa operasinya.
"Terima kasih dokter cantik,"ucap Melati dengan senyuman yang begitu manis. Dokter Amel, mengelus pipi Melati yang sudah terlihat begitu tirus berada di rumah sakit beberapa bulan ini menjalani masa perawatannya.
"Sama-sama, Sayang."
Dokter Amel merawat pasien anak itu dengan baik, dia sangat peduli dengan bocah kecil itu, apalagi tahu jika Melani mengindap penyakit kanker otak.
Di saat Dokter Amel hendak berdiri, Melati memegang tangan dokter itu, tentu saja hal itu membuat Dokter Amel menoleh dan tersenyum lalu, duduk kembali.
"Aku takut. Bagaimana kalau aku mati setelah di operasi?"
"Sayang,"mendengar ucapan Melati, Ibu Melati nampak syok dan memegang tangan sang anak yang satunya lagi. Dokter Amel tersenyum dan mengelus kepala Melati.
"Jangan takut, semua akan baik-baik saja. Kamu pasti bisa, percayalah pada Dokter Amel."Sambung Dokter Ayu, yang ikut terlibat dalam percakapan mereka.
"Dokter Amel, besok dia dijadwalkan untuk melakukan perawatan psikiatri lebih dulu, tetapi kenapa Dokter Rendy menjadwalkan untuk dia operasi besok?"tanya Dokter Rain yang baru saja masuk.
"Aku tidak mengatakan hal itu? Aku membuat jadwal dia perawatan psikiatri besok pagi,"ujar Dokter Amel, yang berdiri dari tempat duduknya.
Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang fokus pada pencegahan, diagnosis, dan pengobatan gangguan mental, perilaku dan emosional. Psikiater adalah seorang dokter medis yang berspesialisasi dalam bidang kesehatan mental. Psikiater merupakan dokter yang berspesialisasi menangani kesehatan mental.
"Aku mendengar itu saat mencari Dokter Rendy, bagaimana ini?"
Dokter Amel segera pergi untuk menemui Dokter Rendy yang saat ini tengah berada di ruangannya.
"Dokter Amel, tunggu!"
"Lepaskan!"Dokter Amel menarik tangannya yang dipegang oleh Dokter Han, pria ini berencana untuk menghentikan Dokter Amel untuk menemui Dokter Rendy.
Dokter Amel mendorong pintu ruangan Dokter Rendy dengan kasar membuat pria itu menoleh kearah pintu yang saat ini sedang berdiri di depan lemari buku.
"Apa maksud dokter? Kenapa dokter melakukan ini?" Dokter Amel mendekat kearah pria itu, yang masih memegang buku. Dokter Rendy berjalan kearah mejanya dan duduk di kursi kebesarannya.
"Anda tahu, kondisi Melati saat ini dia sangat tertekan dan takut. Harusnya kita memberikan dia perawatan psikiatri lebih dulu sebelum jadwal operasinya, tetapi kenapa Anda malah membuat jadwal operasinya lebih dulu?"Dokter Amel bertanya dengan nada yang sedikit marah karena kesal dengan pembatalan jadwal yang telah dibuat olehnya untuk Melati.
"Kamu sadar dengan siapa kamu sedang berbicara? Aku ini seniormu. Jangan samakan aku dengan pria cacat itu yang bisa kau ajak bicara sesukamu,"ucap Dokter Rendy, Dokter Amel hanya menghela nafasnya lalu berdiri sembari berkacak pinggang di depan meja Dokter Rendy.
"Dia itu pasien tumor otak kompleks, kalau kita tidak mengoperasinya besok. Aku tak dapat menjamin apa yang akan terjadi kepada pendarahan varisesnya."
"Tetapi, Melati punya hypnophobia. Sebelum melakukan operasi untuknya kenapa kita tidak menstabilkan kondisi mentalnya lebih dulu?"
Mendengar suara Dokter Amel yang semakin meninggi Dokter Rendy pun bangkit dari tempat duduknya, lalu mendekati Dokter Amel.
Varises adalah pembuluh darah yang melebar secara tidak normal. Varises dapat pecah dan berdarah, dan pendarahan dari varises esofagus biasanya merupakan keadaan darurat medis dengan risiko kematian yang tinggi. Perdarahan varises mengacu pada perdarahan varises yang ditemukan di seluruh saluran pencernaan, seperti di kerongkongan, lambung, dan rektum. Jika varises sudah berdarah, kemungkinan besar varises akan berdarah lagi di kemudian hari. Sedangkan, hypnophobia, adalah ketakutan berlebihan untuk jatuh tertidur.
"Coba kau bayangkan betapa berbahayanya jika varises pada anak pecah, jika benar kau sangat peduli pada anak itu, daripada kau menjadi dokter kenapa kau tidak memilih untuk menjadi Ibunya saja,"imbuh Dokter Rendy, beberapa dokter yang lain berdiri di ambang pintu ruangan melihat perdebatan antara dua orang itu.
"Dokter Rendy!"
"Mulai saat ini Melati bukan tanggung jawabmu lagi,"ucap Dokter Rendy pelan, lalu berbalik untuk kembali ke mejanya.
"Karena aku tak akan membiarkan pasien sekarat,"lanjut Dokter Rendy. Dokter Amel hanya bisa menghela nafas, ketika pria itu menunjukkan arah pintu dengan memberi isyarat menyuruh Dokter Amel untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Dokter Amel pun pergi meninggalkan ruangan Dokter Rendy.
Dokter Rain, masuk ke dalam ruangan Dokter Rendy setelah kepergian Dokter Amel.
"Harusnya dokter tak mengatakan hal yang menyakiti hati Dokter Amel, Anda mencintainya harusnya Anda lebih bisa mengerti perasaannya bukan? Karena Anda membenci Dokter Oz, Anda malah melimpahkan kekesalan itu kepada Dokter Amel,"ucap Dokter Rain yang duduk di depan meja Dokter Rendy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Membo 69
kata spectrum autism nya ngga usah diulang,ulang.udh sering dr bab sebelumnya
2023-12-19
0
Mentari
pingin tak bedah tuh mulut sm otaknya ,,bikin greget aja,,sombong banget km dokter Rendy jangan mentang mentang dokter senior ga mau menerima masukan seolah dia yg paling pintar,,baru nyesel nanti kl terjadi apa2 sama pasien nya
2023-10-01
1
mudahlia
sumpah aq dari tadi nahan kok makin kesini makin sombong aj dia tr kl terjadi apa apa pada pasien nyonyor
2023-10-01
0