Dokter Oz
"Sudah ku katakan, kau takkan diterima di sini, apa kau tuli?"teriak seseorang kepada pria yang berdiri di depan resepsionis. Pria itu adalah Ozman, dokter dengan kondisi spektrum autisme.
"Saya ingin, ingin magang,"ujar Ozman dengan sedikit gugup dan cemas.
Lalu, Ozman hanya bisa menunduk sembari melihat ke kiri dan ke kanannya, seakan Ozman mencari seseorang yang bisa membantunya dan memberi Ozman kesempatan untuk magang di rumah sakit Bunda Kasih. Rumah sakit swasta yang cukup besar di kota tersebut.
"Kenapa rumah sakit sebesar ini merekrut orang cacat?"cibir salah satu pasien rawat jalan yang datang untuk mengambil obat.
"Saya tidak cacat, saya seorang dokter. Saya, saya mampu."Terlihat Ozman yang kesusahan dalam berbicara membuat mereka kembali mencibir pria itu dengan keterbatasannya.
Bukan hanya Ozman, banyak dokter muda lainnya yang datang untuk magang tetapi mereka diterima begitu saja. Hanya Ozman yang di tolak tanpa diberi waktu untuk Ozman menjelaskan kepada mereka jika dia mampu dan bisa menyelesaikan magangnya dengan baik. Tetapi, Ozman yang kondisi spektrum autisme membuat Ozman terdiam dan hanya bisa menunduk ketika orang lain memarahinya.
"Aku, bisa. Berikan aku kesempatan,"ucap Ozman pelan sembari melihat ke arah mereka dengan netra yang memohon. Tetapi, mereka masih saja tak memedulikan Ozman, bahkan Ozman di usir dari tempat itu oleh beberapa satpam yang di panggil oleh resepsionis.
Namun, tekad Ozman sudah bulat. Dia ingin menjadi dokter yang memiliki surat izin praktik, oleh sebab itu Ozman bersikeras untuk di terima magang di rumah sakit Bunda Kasih.
Ozman, memberontak sembari berlari ke arah koridor rumah sakit mencari ruangan atasan ataupun Direktur rumah sakit tersebut. Dalam keadaan yang tergopoh-gopoh Ozman berlari, dia tak peduli meskipun Satpam mengejarnya hingga ke depan pintu Direktur.
"Cepat bawa dia pergi! Sebelum Direktur datang,"ucap salah satu satpam yang sudah memegang tangan Ozman. Semua mata melihat ke arah Ozman dengan tatapan menjijikan seakan pria autisme seperti Ozman sangat menganggu mereka jika berada di tempat itu.
"Tidak!"Ozman memberontak, tetapi pegangan Satpam itu cukup kuat, dengan tenaga Ozman yang terbatas itu dia bukanlah tandingan mereka.
"Biarkan aku magang, aku tak akan mengacaukan, kalian."Lanjut Ozman yang melihat ke arah semua orang.
Namun, dua orang Satpam itu berhasil menyeret tubuh Ozman hingga keluar rumah sakit. Di luar rumah sakit semua orang melihat ke arah mereka yang mendorong Ozman hingga terjatuh di depan pintu lobi rumah sakit.
"Biarkan aku magang,"ucap Ozman, sembari menatap mereka dalam keadaan masih terduduk di depan pintu rumah sakit. Ozman meremas jari jemarinya dengan gemetar, rasa takut Ozman tiba-tiba menyerangnya, perlakuan mereka membuat pria autisme ini semakin ketakutan.
"Biarkan aku magang,"
"Biarkan aku magang,"
Ozman, beberapa kali mengulangi perkataan itu, tetapi dua satpam itu telah pergi meninggalkan Ozman di depan pintu lobi rumah sakit.
Ozman, berdiri sembari menatap pintu lobi rumah sakit. Semua mata masih memperhatikannya dengan tatapan yang menjijikan ke arah Ozman. Apa yang salah dari Ozman sehingga mereka melihat pria itu begitu? Dia hanya manusia biasa dengan kondisi spektrum autisme, dia tidak bersalah yang salah itu mereka yang memiliki pikiran sempit, bahkan mereka tak segan-segan menghina Ozman.
"Siapa yang mau berobat sama orang seperti itu?"
"Pria berpenyakit seperti itu memangnya bisa mengobati pasien?"
"Menjijikan, aku akan berhenti berobat di sini jika dia yang menjadi dokter di sini,"ujar seseorang yang baru saja keluar dari rumah sakit itu.
Beberapa orang tertawa dengan cukup riang yang telah berhasil mengejek dan menghina orang seperti Ozman. Dalam keadaannya yang gugup dan sedikit gemetar Ozman melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.
Mengindap penyakit Syndrome Savant setelah kecelakaan di masa kecil, itu bukanlah keinginan Ozman. Karena, bukan cedera di bagian kepala saja yang dia terima, duka terbesar dalam hidupnya juga Ozman rasakan ketika ke dua orang tuanya ikut mati dalam kecelakaan tunggal tersebut, pada 20 yang tahun lalu.
Bukan hanya di kalangan masyarakat saja, bahkan hampir semua rumah sakit membuang Ozman yang dalam kondisi spektrum autisme. Padahal Ozman hanya manusia biasa yang juga berhak menggapai cita-citanya, tetapi tak banyak orang yang mau menerima kehadiran Ozman di kalangan mereka.
Ozman adalah pria yang tampan dan cukup pintar, hanya saja dia memiliki keterbatasan dalam bersosial, Ozman tidak memiliki teman atau kerabat dekat, sejak kecil Ozman hanya tinggal sendiri di rumah sederhana, tetapi sejak kecil Ozman sudah mengetahui dan menghafal struktur organ dalam manusia.
Hidup dengan mengandalkan harta warisan orang tua juga tidak cukup, tetapi hal itu bisa Ozman buktikan kepada semua orang. Pria dengan keterbatasan bisa lulus sekolah kedokteran sesuai dengan impiannya.
Namun, ketika usia Ozman yang sudah dewasa pria ini bisa lulus sekolah kedokteran dengan cepat dan bahkan Ozman mendapatkan beasiswa dari sekolah kedokterannya dulu, sehingga pria ini bisa menyelesaikan sekolah kedokterannya dalam jangka waktu 6 tahun.
Langkah kaki Ozman terhenti di pagar rumah sakit, sebelum dia meninggalkan rumah sakit itu, sekali lagi Ozman menoleh dan menatap gedung dengan tinggi dan ada puluhan kamar di dalamnya. Ozman berharap jika suatu saat dia akan di terima magang di tempat itu.
Matahari hari itu cukup terik, bahkan panasnya membuat Ozman merasakan dahaga, pria ini berhenti di depan sebuah restoran sembari menatap ke dalam restoran. Melihat banyak orang yang sedang menikmati makan siang dan waktu santai mereka, banyak menu hidangan yang membuat Ozman tertarik dan ingin mencicipinya.
"Pergi! Sedang apa kau di sana? Kau hampir saja membuat pelanggan ku takut," ucap seorang pelayan yang berdiri di ambang pintu restoran. Ozman yang merasa tak menganggu orang, dia pun bingung dan menoleh ke belakang, tetapi tak ada orang lain selain dirinya.
"Apa yang kau liat? Aku berbicara denganmu, pergi kau!"titah orang itu lagi, Ozman dalam keadaan bingung melihat orang tersebut yang terus berbicara dengannya.
"Aku ingin,"
"Aku ingin minum," Ozman mendekat, tetapi pelayan itu menatap Ozman dengan raut wajah yang tak suka.
"Kau tidak di terima, pergi kau!" Pelayan itu mendorong Ozman, hingga pria itu terjatuh. Setelah mengusir Ozman pelayan ini kembali masuk ke dalam restoran.
"Kamu tidak apa-apa?"tanya seorang wanita yang datang membantu Ozman, kebetulan dia baru sampai di tempat itu juga untuk makan siang. Ozman tak menjawab, dia hanya meraih tasnya lalu memeluk tas itu dengan erat, melihat kondisi Ozman seperti orang autisme karena takut jika berhadapan dengan orang lain, wanita ini langsung tersenyum.
"Jangan takut, aku takkan menyakitimu,"ujar wanita ini sembari menggerakkan tangannya. Ozman mendongakkan kepalanya lalu menatap wanita cantik berpakaian putih seperti dokter, Ozman ikut tersenyum dan menunduk.
"Terima kasih,"ucap Ozman yang sedikit membungkuk.
"Aku Amelia. Aku Dokter Amel, apa kamu lapar?"
Ozman menggelengkan kepalanya, lalu dia mengulurkan tangannya ke arah Amelia."Ozman," ucap Pria ini yang tersenyum, Amelia juga tersenyum.
"Amelia!"teriak seorang pria berpakaian dokter juga, sudah bisa di tebak jika pria itu adalah teman Amelia.
"Aku harus pergi, bye!"Amelia melambaikan tangannya ke arah Ozman, wanita ini pun berlalu pergi, wanita ini adalah orang pertama yang memperlakukan Ozman dengan baik.
Rumah sakit Bunda Kasih.
Direktur dan staf rumah sakit, serta atasan dokter mengadakan rapat penting. Rumah sakit mereka kelebihan pasien dan kekurangan dokter bedah, sedangkan dokter yang lain malah lebih banyak di banding dengan dokter bedah. Rumah sakit Bunda Kasih memerlukan dokter bedah yang genius yang bisa mengatasi pasien dalam keadaan darurat sekalipun.
"Rumah sakit ini kelebihan dokter, seperti dokter anak dokter kandungan dan dokter THT. Sedangkan dokter bedah hanya satu orang, dengan pasien yang setiap hari bertambah apa mungkin bisa dokter bedah yang hanya satu orang bisa mengatasinya?"Nyonya Selly selaku Direktur rumah sakit sedang berbicara di depan semua dokter dan staf lainnya.
"Pasien yang harus di operasi setiap hari meningkat, gejala mereka juga berbeda. Dari penyakit jantung, hingga penyakit lambung. Dari gangguan paru-paru hingga gagal ginjal, tetapi belum ada yang bisa mengatasi pasien dalam kondisi yang cukup parah. Seperti melakukan pencangkokan jantung,"ujar Nyonya Selly, selaku Direktur di rumah sakit tersebut.
"Kita membutuhkan dokter yang bisa melakukan hal yang mustahil, seperti itu. Terlebih lagi, demi mengurangi angka kematian setiap Minggunya kita memerlukan dokter dengan pemikiran yang luas, serta ilmu kedokterannya yang sangat tinggi, bukan hanya lulus lalu bekerja, tetapi tidak memiliki keterampilan yang khusus di bidang masing-masing," timpal Nyonya Nelli, wanita ini adalah atasan dokter di rumah sakit Bunda Sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Lina Suwanti
maaf author,,jgn gunakan kata mati untuk manusia lbh baik meninggal dunia......🙏
2023-12-15
0
Fadli Almandura
rajaozmani
2023-12-04
0
bintang kelas
terinspirasi dari dokter Oz keturunan Turki kah Thor?
2023-12-01
2