Dari jauh terdengar bunyi alarm dari arah kamar Ozman. Tetapi, nampaknya belum membangunkan pria itu dari mimpi indahnya. Sekitar lima menit telah berlalu, barulah Ozman bangun dan mematikan alarm jam wekernya.
Pria ini duduk di tepi ranjang dalam keadaan rambut yang acakan, serta netra yang melirik ke kiri dan ke kanan seakan mencari sesuatu yang hilang.
Setiap hari Ozman hanya bertemankan sepi, pria ini tinggal sendiri semenjak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Tetangga, di sekitar tidak pernah menganggap Ozman itu ada. Karena bagi mereka orang dengan kondisi spektrum autisme begitu menjijikan, seakan-akan membuat hidup mereka terganggu.
Sejak semalam Ozman menerima email dari pihak rumah sakit Bunda Kasih, jadi Ozman teringat sesuatu bahwa dia harus segera pergi untuk bertemu dengan CEO rumah sakit Bunda Kasih.
Bangkit dari tempat duduknya untuk bersiap-siap menuju rumah sakit Bunda Kasih. Dr. Salim telah membuat rapat dadakan semalam dengan Selly dan Nelli, berencana akan melanjutkan rapat kedua di pagi ini.
Rumah sakit Bunda Kasih....
Dr. Salim, bersama dengan Direktur Selly dan juga Atasan Dokter Nelli tiga orang ini tengah berada di ruang rapat menunggu kedatangan Ozman. Direktur Selly menyenderkan punggungnya di kursi sembari melihat dokumen milik Ozman yang di berikan oleh Dr. Salim.
"Apa bisa dikatakan seorang dokter jika datang ke pertemuan saja tidak bisa tepat waktu,"cibir Direktur Selly. Nelli hanya tersenyum mendengar ucapan Selly.
"Tempat tinggalnya lumayan jauh,dia harus menunggu bus untuk tiba di rumah sakit ini, tidak seperti kita memiliki banyak mobil mewah."Tukas Nelli, Selly hanya menghela nafasnya.
"Saya telah menyiapkan tempat tinggal untuk Dokter Ozman. Orang seperti dia tidak bisa tinggal sendiri, dia harus tinggal dengan banyak orang agar interaksinya lancar dengan makhluk sosial lainnya."Imbuh Dr.Salim.
"Apa Doctor berniat untuk memberikan satu kamar apartemen untuk Dokter Ozman? Kamar apartemen yang sama dengan dokter yang lain? Apa mereka akan setuju?"tanya Selly, Dr. Salim tersenyum.
"Apa hak mereka tidak setuju? Itu fasilitas gratis, jika mereka tidak setuju aku juga tidak keberatan untuk membiarkan mereka pergi dari tempat itu!"tegas Dr.Salim. Selly dan Nelli kembali terdiam karena tak ingin membuat Dr.Salim marah.
"Masuk!"titah Dr. Salim ketika mendengar ketukan dari luar ruangan, ternyata Dokter Ozman telah tiba tepat waktu.
"Silakan duduk!"
Ozman segera duduk dan bergabung dengan yang lain, Selly menatap Ozman dari atas hingga bawah. Pria yang duduk dengan sedikit membungkuk membuat Selly menaikan alisnya.
Ozman memperkenalkan diri, Doctor Salim memberikan kertas untuk Ozman tanda tangani, tetapi bukan surat magang melainkan kontrak kerja.
Tindakan Doctor Salim membuat Selly dan Nelli terkejut, Ozman mendorong kembali kertas tersebut, membuat tiga orang itu bingung.
"Apa yang salah?"Dr. Salim menatap Ozman.
"Ti-tidak ada yang salah dengan surat itu, tetapi saya ingin magang bukan menjadi dokter kontrak di sini,"ujar Ozman. Doctor Salim tersenyum.
"Kamu bisa kontrak di sini selama tiga tahun, maka saya berjanji akan memberikan sebuah klinik tempat praktik untukmu dan atas namamu,"tukas Pria tua ini, dengan raut wajah yang menyakinkan. Tetapi, Selly nampak terkejut dengan hal itu. Ketika Selly mau berkomentar, Doctor Salim mencegahnya.
"Baiklah, saya setuju."Itu juga keinginan Ozman, tidak masalah mengabdi di rumah sakit Bunda Kasih selama tiga tahun, tetapi tahun ke empat dia akak memiliki klinik sendiri pikirnya.
Setelah kontrak di tanda tangani, Ozman keluar dari ruangan itu berniat untuk pergi ke ruangan dimana staf baru berada nantinya. Tentu saja akan bergabung dengan beberapa dokter magang lainnya.
Ozman melewati koridor menuju ruang operasi, di dekat ruangan istirahat dokter. Terdapat Dokter Rendy yang sedang memakai sarung tangan hendak pergi menuju ruang operasi yang tak jauh dari tempat itu.
"Dokter Rendy, bagaimana ini? Dokter Han tidak bisa,"seru Dokter Rain, yang berjalan kearah pria itu.
"Lalu siapa yang akan melakukan anestesi?"Dokter Rendy bertanya sembari memasang masker di mulutnya.
"Biasanya Dokter Han, yang melakukan anestesi di ruangan operasi bersama dengan dua orang perawat lainnya, tetapi beliau baru saja masuk ke dalam ruangan operasi anak."Ungkap Dokter Rain, yang nampak sedikit cemas.
"Saya, bisa."Seseorang berjalan kearah Dokter Rendy dan Dokter Rain. Kedua pria itu menoleh kearah sumber suara dan melihat Ozman yang berjalan tergopoh-gopoh kearah mereka berdua dengan sedikit membungkuk.
Kedua tangan Ozman menarik ujung jas putih yang dia kenakan.
"Ini adalah pasien serangan jantung, kita tidak memiliki waktu untuk bercanda, berhenti bermain-main."Tegas Dokter Rendy suara yang sedikit meninggi membuat Ozman tekejut dan menunduk kedua tangannya tak luput dari ujung jas yang masih pria ini remas sejak dari tadi.
"Dokter Rendy, mereka telah bersiap untuk operasi,"seru seseorang yang baru saja datang. Orang itu adalah Dokter Amel.
"Kamu!"Dokter Amel melihat ke arah Ozman, pria ini tersenyum datar dengan posisi yang masih menunduk.
Dokter Rendy, segera masuk ke dalam ruang operasi diikuti oleh Dokter Rain dan juga Dokter Amel. Bahkan, Ozman juga menyusul mereka.
"Semuanya telah siap,"seru seorang perawat begitu melihat Dokter Rendy yang masuk ke dalam ruang operasi, lalu perawat itu melihat ke arah Ozman.
"Dia! Untuk apa dia di sini? Bukankah, ini orang cacat yang kemarin itu?"tanya Perawat Nita dengan suara yang sedikit meninggi membuat beberapa orang lain melihat ke arah Ozman.
"Perawat Nita, apa yang kamu katakan? Tidak bisakah kamu menghargai orang lain? Dia juga seorang dokter,"imbuh Dokter Amel, yang membela Dokter Ozman, tetapi hal itu membuat Dokter Rendy tak senang.
"Siapa yang mengurus saluran?"Dokter Rendy bertanya kepada mereka semua. Tetapi, terlihat kebingungan dari raut wajah mereka yang belum mengetahui siapa yang mengurus saluran.
"Bi-biar saya saja, Dok."Sahut Ozman semua orang menoleh kearah pria ini. Seakan-akan tak percaya jika pria ini mampu dan bisa membantu mereka untuk melakukan tindak operasi selanjutnya.
"Yang benar saja? Kita sudah berasa didalam ruangan operasi, apa masih perlu membuat lelucon semacam ini?" Dokter Rendy, terlihat sangat marah apalagi kini Ozman benar-benar akan bergabung dengan mereka semua.
"10 militer asetikolin. Area lokal terlihat baik,"ucap Ozman yang memperhatikan layar monitor, Dokter Amel dan Dokter Rain tercengang. Tetapi, terlihat Dokter Rendy yang menyempitkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Navisa Rinn
Apa mereka beneran dokter? Sudah tau Ozman sakit tp knp d perlakukan seperti itu...
2023-12-10
2
mudahlia
sombong sekali mereka hih aq pling benci org Kya gini
2023-09-24
0
mudahlia
aduh mana ibu Joan ya
2023-09-24
0