"Kamu kosannya dimana Aishy ?" Rara bertanya.
"Aku di Asrama Nadira"
"Oh,... Yang kosan dua lantai itu?"
"Iya. Kosan kamu dimana ?"
"Di kosan Melati. Belakang percetakan situ"
Rara menunjuk ke arah toko percetakan di seberang jalan.
Mungkin itu percetakan Bu Nadira yang di maksud Pak Dudung tempo hari.
"Oh,.. disitu, dekeeet"
"Iya, sengaja nyari kosan yang deket Aishy, biar gak ngongkos lagi naik angkot ke kampusnya" Sahut Rara.
"Aku juga gak naik angkot kog Ra,.. jalan 15 menit juga sampe kosan"
"Tapi kalo udah telat, buru-buru, pasti harus naik angkot juga kan. Lumayan capek kalo musti jalan 15 menit. Nyampe kampus dah keringetan lagi"
"Aku sudah biasa jalan kaki sih Ra. Waktu SMA aku juga ke sekolah tiap hari jalan kaki. Ya,... hampir sama lah jaraknya, dari rumahku ke sekolah, sama dari kampus ke kosan"
"Trus,.. Yang nyariin kosan juga kan bukan aku, tapi Tirto. Tirto presiden kampusmu. He he he,..."
Aku mencolek pinggang Rara. Menggodanya.
"Auw ! geli tau"
Rara berkelit karena geli.
"Ingat ya,... Janjimu Aishy"
"Janji ? Janji apaan ?"
Aku mengerutkan kening.
"Janji mau ngenalin Aku sama Tirto"
"Oh,... Itu,.. Iya,. iya. Aku ingat. Kalo Aku lupa, ingatin aja nanti. He he he"
"Yuuk nyebrang jalan"
Ajakku kepada Rara.
"Bukannya kosanmu ke arah sana ?" Rara menunjuk ke arah Asrama Nadira.
"Mau nganterin aku pulang ke kosan ? Gak usah kali Aishy,. Aku bisa pulang sendiri" Ucap Rara kemudian.
"Jangan Ge Er deh,.. Siapa juga yang mau ngantarin kamu ke kosan Ra ?
Aku mau beli alat tulis di percetakan situ"
"Oh,... Kirain mau nganterin Aku pulang ke kosan. He he he"
Aku dan Rara menyeberang jalan.
Akhirnya tiba di depan toko percetakan.
"Aishy,.. Aku duluan ya,.."
"Eh,.. Atau mau mampir kostku ? Gak apa-apa kog. Ayo sekalian mampir dulu"
"Gak usah Ra,..nanti lain kali aja. Abis beli Aku juga mau langsung balik ke kosan, mau istirahat. Kamu pulang duluan aja"
"Oh,.. Oke. Aku duluan ya,.. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Aku melangkah masuk ke toko. Ternyata bener, ini adalah toko milik Bu Nadira. Terlihat Ica sedang membereskan rak-rak etalase.
"Eh,.. Teh Aisyah !?"
Ica yang melihatku langsung menyapaku duluan.
"Hai,.. Ica" Sahutku.
Mia yang tengah berada di depan mesin foto copy juga menoleh. Lalu tersenyum kepadaku.
Aku membalas senyumnya.
"Baru pulang Teh Aisyah ?"
"Iya Ica"
"Mau beli apa Teh ? Atau mau foto copy"
"Enggak. Enggak foto copy. Mau beli lem kertas, kertas karton, gunting, sama spidol hitam"
Aku membeli peralatan untuk tugas OSPEK ku besok.
"Oh, iya Teh. Tunggu bentar ya,... Ica carikan"
Ica berjalan ke arah lemari etalase, dan mengambil barang-barang yang ku sebutkan tadi.
Setelah menemukan semua yang dia cari, Ica menuju ke meja kasir. Aku mengikutinya.
Ica memanggil Kakaknya, Mia.
"Teh,... Ini mw di bayar"
Mia meninggalkan pekerjaanya dari depan mesin foto copy. Lalu menuju meja kasir.
"Teh, ini loh Teh Aisyah, yang sebelah kamar kita" Ica memperkenalkanku pada Mia, Kakaknya.
"Oh,... Iya. Maaf ya gak bantuin pas pindahan kemarin"
"Iya gak apa-apa"
Mia mengulurkan tangannya.
"Aku Mia"
"Aku Aisyah"
Mia menghitung belanjaanku, dan memasukkannya satu persatu ke dalam kantong plastik.
"Semuanya empat belas ribu"
Rara menyerahkan belanjaanku kepadaku.
Aku menerimanya, lalu mengambil uang dan membayarnya.
"Ica,... Kamu pulang duluan aja sama Aisyah. Udah sore juga. Sana, pulang mandi"
Mia menyuruh Ica untuk pulang duluan ke kosan denganku.
"Tapi Teteh sendirian dong, kalau Ica pulang" Sahut Ica. Ia merasa iba meninggalkan kakaknya sendirian.
"Gak apa-apa. Bentar lagi Salsa juga datang. Dia izin cuman setengah hari kog" Mia meyakinkan Adiknya.
"Oh,.. Ya udah" Mia mengambil tas sekolahnya, lalu keluar bersamaku.
"Ayo Teh" Ucapnya sambil menggamit lenganku.
Aku dan Ica berjalan menyusuri trotoar.
Jakarta ternyata memang benar-benar panas. Bahkan sudah sore hari sekalipun, cahaya matahari masih terasa menyengat kulit.
Karena kami berjalan sedikit cepat, gak sampai lima belas menit, kami sudah tiba di kosan.
"Teh,... Aku langsung masuk ke kamar ya. Mau mandi" Ica membuka pintu kamarnya.
"Oke. Aku juga mau mandi Ca,.."
"Tok tok tok" Aku mengetuk pintu kamar, karena di kunci dari dalam.
"Ceklek" Nuri membuka pintu.
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
"Lama banget baru pulang Aishy ?"
"Iya,... Tadi mampir beli es jeruk sama Rara, trus pulangnya Aku singgah juga beli ini. Peralatan tempurku untuk besok"
Aku mengangkat kantongan di tanganku, lalu menaruhnya di atas meja.
Nuri membuka kantongannya.
"Aku gak di suruh bawa barang-barang ini tuh,..."
"Maka beruntunglah kamu" Ucapku sekenanya.
Aku masuk ke private roomku, alias ke ruangan pribadi tempat tidurku. Aku menarik tirainya, dan menutupnya kembali.
Aku melepas pakaianku, dan mengambil handuk.
Kemudian Aku masuk ke kamar mandi.
"Byuuur" Guyuran air seketika membuat tubuh dan perasaanku segar kembali.
Selesai mandi dan berpakaian, Aku keluar ke balkon.
Aku berdiri dan menatap ke kejauhan.
Nampak sebuah Masjid berwarna putih, dengan kubah berbentuk bulat.
"Taj Mahal"
Melihat Masjid itu, tanpa sadar aku tiba-tiba memikirkan tentang Taj Mahal. Tempat yang menjadi impianku, untuk ku datangi.
Seraut wajah sesorang seketika melintas di benakku.
Mas Hamzah.
Sebersit rasa rindu menyusup, mulai menyusup.
Ah,... Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya ?? Buru-buru aku menepis perasaanku.
Aku duduk dan menopang daguku di atas meja.
"Hayooo,... lagi melamun ya ?!"
Nuri menyusulku ke balkon, sambil membawa dua mangkuk di tangannya. Lalu Ia meletakkannya di atas meja.
Ia menyodorkan satu mangkuknya ke depan hidungku. Ternyata isinya adalah mie goreng dengan beberapa potongan daging rendang di atasnya. Aromanya seketika mengundang selera, dan membuat perutku terasa lapar.
"Makan Yuuk,.." Ajak Nuri.
"Yuhuuui,... Asyiiik. Nuri memang sahabatku yang terbaik"
Aku segera mengambil mangkok mie itu, dan menyendok isinya.
Kami berdua makan mie instan di atas balkon.
"Aishy,... Kamu tadi pagi dari mana sih ?
waktu kamu di suruh naik ke panggung, pas OSPEK tadi pagi"
"Jadi,..Tadi pagi tuh, Rara, temanku yang satu barisan denganku, Dia tuh tiba-tiba dapet menstruasi. Sampai nembus tau gak,... Kasian banget kan. Jadi aku bantuin Dia, beliin Dia pembalut"
"Oh,... Gitu"
"Yups !"
"Eh, tadi Aku ketemu sama Tirto loh. Gak nyangka ya, ternyata dia Presiden BEM"
"Iya, gak nyangka ya. Eh, ketemu dimana?"
"Tadi, pas Aku beli es jeruk. Di situ, dekat gerbang kampus. Ada yang jual. Enak loh es jeruknya, harga tiga ribuan. Aku jadi kangen es jeruk buatan Mbok Minah,..."
"Ealah,... Non Ayu mau es jeruk ? Mbok Nah bikinin ya Non, Tunggu bentar. Ha ha ha"
Nuri menirukan suara dan logat bicara Mbok Minah.
Aku mencubit lengan Nuri.
"Auw,..." Nuri mengaduh kesakitan.
"Eh, Aisyah. Tadi kamu perhatiin gak ? kakak tingkat yang bawa speaker itu, yang manggil kamu ke depan itu"
"Iya, kenapa memangnya Dia ? Namanya Rangga "
"Oh, namanya Rangga. Iya. Masa kamu gak perhatiin sih ? Kalo di lihat-lihat, Dia mirip sama seseorang loh. Iya kan ?"
Nuri berusaha memancing ingatanku
"Mirip sama siapa ?"
"Mirip sama Mas Hamzah, pangeranmu"
"Apanya yang mirip ?? Jauh bangeeeeet lah,... Gak ada mirip-miripnya sama sekali. Mas Hamzah mah gak ada tandingannya. Apalagi di bandingkan sama si Rangga itu. Huuu bagaikan bumi dan langit !"
Nuri diam, dan menatapku tajam.
"Hi hi hi... Kamu ketahuan,..." Nuri tertawa terkikik-kikik.
Aku menyadari sesuatu. Sepertinya Aku keceplosan bicara. Duh !
"Ngaku sekarang ! Kamu beneran cinta kan Aishy,... Sama Mas Hamzah. Kamu gak bisa lupain cinta kecilmu itu"
"Entahlah,...."
Akhirnya Aku pasrah. Kali ini aku tak bisa lagi pura-pura menutupi perasaanku di depan Nuri"
"Mas Hamzah tau gak, kalau Kamu suka sama Dia ?"
Aku menggeleng perlahan.
"Cinta dalam diam" Nuri menggumam. Memikirkan perasaan sahabatnya itu.
"Aku doain semoga nanti kalian berjodoh deh. Kamu dan Mas Hamzah"
"Aku gak berfikir sampai kesitu kog Nur,... Aku mau serius kuliah. Gak pake mikir cinta-cintaan"
"Hmm,..."
Nuri menggumam perlahan.
"Allahu Akbar Allahu Akbar,...!"
Tiba-tiba terdengah suara Adzan berkumandang.
Ternyata sudah tiba waktu Maghrib.
"Nuri,... Masuk yuk, udah maghrib ternyata"
Aku dan Nuri masuk ke kamar, dan menutup jendela balkon.
Kami lantas segera berwudhu, dan melaksanakan sholat Maghrib.
_____________Bersambung____________
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah.
Ini adalah karya pertama saya,.
Baruu belajar nulis
Beri dukungannya dengan cara
LIKE dan VOTE ya,..
Tinggalkan salam juga di kolom komentar.
❤️Rohana Kadirman❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
mencintai dlm diam ibarat baca di kegelapan.
2020-10-02
0
Puan Harahap
Semangat selalu
2020-09-30
1
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
sakit kalau cinta dalam diam,🙂
2020-09-23
1