Aku melangkah gontai. Lelah rasanya setelah seharian menjalani berbagai kegiatan OSPEK di kampus.
Aku mencari-cari Nuri, tapi tidak ketemu. Entahlah,.. mungkin dia sudah pulang duluan ke kost.
"Aisyah ! Aisyah ! " Seseorang memanggilku dari belakang.
Aku menoleh ke belakang. Terlihat Rara berlari-lari menyusulku.
"Rara,..?"
"Aisyah,.. Tunggu !"
Aku menghentikan langkah. Rara menyusulku.
"Udah mau pulang ?"
"Iya nih,.. kan sudah gak ada kegiatan juga di kampus. Jadi Aku mau pulang aja. Istirahat. Siapin tenaga lagi buat besok" Ucapku sambil tersenyum.
"Aishy,.. Maaf ya,... gara-gara Aku, tadi kamu hampir saja dapat hukuman" Ucap Rara dengan nada menyesal.
"Oh,..masalah yang tadi pagi. ha ha ha" Aku tertawa mengingat tragedi pembalut tadi pagi.
"Iya,.. Tapi kasihan kan kamunya,.. hampir saja di permalukan di depan semua mahasiswa"
"Its Ok ! Lagian gak jadi di hukum juga kan,..." Ucapku untuk mengusir rasa tidak enak Rara kepadaku.
"Hmm,.. Sekali lagi makasih ya Aisyah,..."
"Iya,.. iya,.. sama-sama Ra,..."
"Oh iya,. tadi berapa ? harga pembalutnya ?" Ucap Rara sambil merogoh tasnya untuk mengambil dompet.
"Sejuta" Ucapku sambil tertawa lebar.
"Ih,... Aisyah, malah bercanda lagi. Seriusan,... Berapa tadi harga pembalutnya. Aku mau gantiin uangnya" Ucap Rara
"Gak usah Ra,.."
"Jangan gitu dong,.. Sesama anak perantauan, jadi harus sama-sama mengerti. He he he"
Rara memang sama dengan denganku. Mahasiswa rantau. Dia berasal dari Padang.
"Gak usah Ra,.. Beneran. Anggap aja aku traktir kamu pembalut. Hi hi hi"
"Ya,.. udah deh,.. Kalo gitu aku mau traktir kamu juga"
"Yuuk !" Rara menarik lenganku.
"Mau traktir apaan ? Eh,. jadinya kog malah kayak ngutang nih"
"Traktir es jeruk, harga tiga ribuan. He he he"
"Di mana ?"
"Tuh, depan kampus. Ada abang-abang yang jual. Enak loh es jeruknya. Kemarin pas Aku setor berkas ke kampus, pulangnya Aku singgah beli juga"
"Oh,... Ayo deh kalau gitu. Haus juga soalnya. Enak kayaknya kalau minum yang dingin-dingin"
Aku berjalan mengikuti Rara.
Benar saja, tak jauh dari gerbang kampus, sampailah kami di tempat si abang penjual minuman.
BANG TOYYIB. Tulisan di atas gerobak minuman si Abang.
"Bang,. es jeruknya dua ya Bang." Ucap Rara kepada si Abang penjual.
"Mau di bungkus atau minum di sini aja Neng ?" Tanya si Abang.
"Minum di sini aja Bang" Sahut Rara.
Aku dan Rara kemudian mencari meja yang terlihat kosong, karena lapak Bang Toyib ternyata cukup ramai.
Aku dan Rara memilih meja di sudut. Meja persegi, dengan kursi kayu di bawahnya yang cukup panjang.
Tak berapa lama, minuman kami datang.
"Ini Neng" Bang Toyyib meletakkan dua gelas es jeruk di atas meja.
Aku dan Rara menikmati es jeruk sambil bercakap-cakap. Ternyata, es jeruknya memang segar, dan harganya juga relatif murah. satu gelas hanya tiga ribu rupiah. Maka wajar, jika lapak Bang Toyyib selalu ramai, dan sepertinya menjadi tempat nongkrong favorit anak-anak kampus.
Tak, lama beberapa cowok datang,...
"Bang Toyyib Bang Toyyib, kenapa tak pulang pulang,... Anakmu anakmu rindu ingin bertemu,..."
Salah satu dari mereka terdengar menyanyikan lagu Bang Toyyib, yang di sambut dengan gelak tawa teman-temannya.
"Belum cukup uangnya Mas Rangga,... Jadi saya belum bisa pulang kampung. Ha ha ha" Sahut Bang Toyyib sambil tertawa pula.
"Es jeruknya empat Bang Toyyib." Ucap Cowok yang terdengar menyanyi tadi.
Aku melirik ke arah mereka.
Empat orang cowok memakai jas almamater, berdiri mengerumuni Bang Toyyib.
Ternyata, yang menyanyi barusan, yang di panggil Mas Rangga oleh Bang Toyyib, adalah si cowok pembawa pengeras suara yang membuatku menangis pagi tadi di hadapan para mahasiswa.
Dan ternyata juga, salah seorang di antara mereka berempat, ada Tirto. Dan dua orang lainnya, aku tak kenal.
Tirto memandang sekeliling, sepertinya mencari kursi kosong.
Aku membuang muka ke arah lain, agar tidak terlihat oleh Tirto. Entahlah,. rasanya jadi canggung setelah tahu jika ternyata Tirto adalah presiden BEM UIN.
Terlebih,. Aku sebal juga jika harus bertemu lagi dengan si cowok pengeras suara itu yang ternyata bernama Rangga.
"Aisyah,... Lihat deh,.. Itu cowok yang pake kacamata disana, itu kan si presiden kampus kita." Rara mencolek lenganku, agar aku menatap ke arah yang di maksudnya.
"Ganteng banget ya.... Trus, kentara banget kalo dia itu cowok smart." Rara menatap Tirto dengan mata berbinar.
"Hush,. Dasar kamu ini Ra,.. " Aku memutar dagu Rara agar mengalihkan pandangan dari Tirto.
"Dia pasti jadi idola cewek kampus. Siapa coba yang tidak pengen deket sama presiden kampus" Rara masih saja bergumam.
Humm,... Benar-benar setiap orang ternyata memang memiliki mata dan hatinya sendiri. Aku ingat, saat pertama kali bertemu Tirto di Stasiun Tugu, Aku menilai Tirto seperti cowok cupu, si kutu buku. Sementara Rara,.. Menilai Tirto sebagai cowok smart.
Ya memang sih, sudah bisa di pastikan kalo Tirto adalah cowok smart, buktinya dia bisa menjadi presiden BEM di kampus ini.
"Eh,.. Tuh di sana masih ada tempat yang kosong"
Terdengar jelas itu adalah suara Tirto. Tanpa sadar, Aku justru menoleh ke arahnya. Dan tentu saja, Tirto langsung melihatku. Tempat yang dia maksud masih kosong itu adalah, kursi panjang yang Aku duduki dengan Rara.
Begitu melihatku, Tirto terlihat sedikit terkejut. Kemudian dia segera tersenyum, dan berjalan ke arahku. Di ikuti tiga temannya yang lain.
"Hai,.. Aisyah, apa kabar ?" Sapa Tirto ramah begitu Ia duduk di kursi. Ia duduk di kursi panjang yang sama di tempati Rara. Sedangkan aku di depannya.
"Baik, Tirto" Sahutku.
Rara mendelik ke arahku. Sepertinya Dia terkejut, karena ternyata Aku dan Tirto saling kenal.
Rangga duduk di sebelah Tirto. Di susul dua temannya.
Kini, aku duduk berhadapan dengan mereka semua. Aku duduk sendiri, sementara di depanku, Rara, Tirto, Rangga, dan dua teman lainnya duduk berjejeran.
"Nuri, mana ??" Tanya Tirto lagi.
"Nuri, sepertinya sudah pulang duluan" Sahutku sambil meyedot pipet minumanku.
Rangga menatapku tajam, beberapa detik. Aku membalas tatapannya dengan tatapan tajam pula. Sebal. Toh ini sudah di luar kegiatan OSPEK.
Rangga beralih menatap Tirto. Kemudian Dia manggut-manggut, lalu menepuk pundak Tirto.
"Ternyata kalian saling kenal ?" Rangga menatapku dan Tirto bergantian.
"AISYAH HURIYYA ATMAJA" Rangga menyebut namaku dengan lengkap, sambil tersenyum manis.
Kemudian Ia mengulurkan tangan ke arahku.
"Kenalin, Aku Rangga. Maaf atas kejadian tadi pagi" Ucapnya.
"Aku,... Sudah tahu kan namaku? jadi tidak perlu ku sebutkan"
"Ayo Ra,.." Aku berdiri, lalu menarik lengan Rara.
"Tirto, Aku duluan ya,.." Ucapku pada Tirto.
"Oke, Aisyah" Sahut Tirto.
Aku lalu berjalan cepat meninggalkan lapak minuman Bang Toyyib.
Rangga menatap tangannya yang menggantung di udara. Lalu menariknya dan menggunakannya untuk menggaruk-garuk kepala.
"Aku suka gayanya. Sangat MAHAL" Ucap Rangga.
"Ha ha ha ha"
Teman-temannya tertawa serempak melihat kejadian itu.
"Dia gak bakalan mau jabat tangan sama cowok. Aku pernah mengalami hal yang sama denganmu" Ucap Tirto.
"Bro,... Ternyata kamu sudah kenal sama Aisyah ?"
Tirto menganggukkan kepala, lalu meminum es jeruknya langsung tanpa menggunakan pipet.
"Glek glek glek" Tirto meminum es jeruknya hingga hampir habis setengahnya. Lalu Ia meletakkan gelasnya kembali ke atas meja.
"Dia,... Bukan pacarmu kan ??" Tanya Rangga menyelidik.
"Ha ha ha,... Pacar ??" Tirto tertawa mendengar pertanyaan Rangga.
"Aku juga baru kenal sama Aisyah. Dia dari Jogja juga. Aku ketemu Dia di Stasiun kereta. Sama-sama mau ke Jakarta. Sama-sama mau ke UIN. Jadi ya,.. kami kenalan, karena sama-sama di perjalanan"
"Alhamdulillah,..." Rangga mengusap-usap dadanya. "Berarti aku punya kesempatan dekatin Dia. Ha ha ha" Lanjut Rangga.
"Dasar loe Ga. Playboy cap tikus. Baru sehari ngospek sudah dapat sasaran anak baru" Ucap teman Rangga yang duduk di sebelahnya.
"Aku serius,.. Naksir gadis itu. Awas kalian, jangan ada yang coba-coba nikung" Rangga memberikan ancaman pada teman-temannya.
"Ya,.... Siapa juga yang mau nikung Ga,..?? Dia bukan type ku. Di ajak salaman aja gak mau, gimana mau nyolek nya coba? Ha ha ha" Teman Rangga yang satu lagi ikut berseloroh, lalu tertawa.
"Justru itu. Dia,.. Terlihat sangat MAHAL. Aku menjadi semakin penasaran. Sepertinya,.. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Oh,.. Aisyah Huriyya Atmaja" Rangga semakin menggila dengan ucapannya.
"Woi,.. Bangun woi,... Masih sore ini. Belum tidur sudah mimpi aja kamu Bro" Ucap Tirto sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya yang satu itu.
"Tirto,.. Bantuin aku kawan. Bantu aku mengerjanya. Kamu kan sudah kenal sama dia. Bantu aku dekati Dia. Oke"
"Kejar saja sendiri. Aku kuliah buat ngejar skripsi, bukan ngejar pacar. Apalagi bantuin teman ngejar pacar. Bisa kacau study ku"
"Dasar kau Tirto ! Makan tuh buku di perpustakaan." Rangga mengumpat sambil berpura-pura mau meninju Tirto.
***
Aku berjalan tergesa.
Rara mempercepat langkahnya agar bisa menjejeri langkahku.
"Aisyah,.. Jangan cepet-cepet dong jalannya" Ucap Rara.
"Huffftt" Aku menghela nafas, lalu memperlambat langkahku.
"Ra,... Tau ngga ? Itu, cowok tadi yang namanya Rangga, yang ngajak Aku jabat tangan, Dia yang udah bikin Aku nangis tadi pagi di lapangan. Sebel tahu ngga, lihat Dia"
"Oh,.. Dia ternyata, pantesan kamu sebel. He he he"
"Makanya,.. Aku cepet pengen cabut tadi"
"Tapi Aishy,... Itu,..." Rara tak melanjutkan ucapannya.
"Itu apa ?"
"Itu,.. Si presiden kampus yang ganteng itu,.. Kog kamu bisa kenal sih ? "
"Maksudmu,.. Tirto ?"
"Iya, si presiden kampus. Oh, namanya Tirto ya,.."
"Iya, namanya Tirto"
"Kog kamu udah kenal sama Dia ?? kan kita sama-sama baru masuk kampus hari ini. Jangan-jangan,...." Rara mengerlingkan matanya ke arahku.
"Jangan-jangan apa ?"
"Jangan-jangan kamu pacarnya Tirto. Trus, kamu kuliah di sini, karena Tirto juga kuliah di sini"
"Ha ha ha,... Astaghfirullah Ra,... Kamu tuh curigaan banget sih. Kamu salah besaaaar"
"Trus,... Kog bisa udah kenal sama Dia ? sama presiden kampus kita ?"
"Presiden mahasiswa Ra. Presiden BEM. Bukan presiden kampus"
"Ah,. Pokoknya Dia presiden kampus ini"
"Ya,... Terserahlah,.. Suka-suka kamu aja Ra,.."
"Jadi,... ??" Ucap Rara.
"Jadi,..??" Aku tak mengerti maksud Rara.
"Jadi,.. Gimana kamu bisa kenal sama Dia ? Sama Tirto ?"
"Oh,.. itu. Aku juga baru kenal kog Ra. Tirto itu dari Jogjakarta, sama kayak Aku."
"Oh,...."
"Waktu berangkat ke Jakarta kemarin, Aku gak sengaja ketemu sama Tirto di Stasiun kereta. Jadi,.. Aku, Tirto, dan temanku Nuri, kami satu kereta. Teman seperjalanan dari Jogjakarta-Jakarta. Tirto juga yang bantuin aku cari rumah kost. Begitulah ceritanya,..." Aku menjelaskan panjang lebar kepada Rara tentang perkenalanku dengan Tirto.
"Oh,..." Lagi-lagi Rara hanya mengeluarkan kata Oh, sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku juga baru tahu hari ini, kalau ternyata Tirto adalah Presiden BEM UIN"
"Aisyah,... Kamu naksir gak sama Tirto ?"
"Apa ? Naksir ?? Baruuu juga kenal. Kamu ini ada-ada aja sih Ra,.."
"Syukurlah,... Kalo ternyata kamu gak naksir sama Dia. Karena Dia itu, type cowok aku bangeeet. Ganteng, Cool, Smart"
"Haaah !!??? Cepet banget kamu naksir cowok Ra. Baruuu juga sekali lihat, eh udah naksir aja"
"Beneran Aisyah,.. Sepertinya Aku jatuh cinta pada pandangan pertama"
"Ra,.. ini masih sore Rara. Belum tidur kamu udah mimpi aja. Ha ha ha"
"Serius Aisyah,... Bantuin Aku ya,.. Pliiiis,.. Kenalin Aku sama Tirto"
"He he he,.. Oke deh,.. Nanti Aku kenalin sama Tirto. Ayoo sekarang kita pulang. Aku lelah banget"
_____________Bersambung____________
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah.
Ini adalah karya pertama saya,.
Baruu belajar nulis
Beri dukungannya dengan cara
LIKE dan VOTE ya,..
Tinggalkan salam juga di kolom komentar.
❤️Rohana Kadirman❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Puan Harahap
salam karya, semangat
2020-09-30
0
Katlyin Ilona
Setor sepuluh jempol untuk mendukungmu Thor. Semangat dan sehat selalu.
Salam Cinta Sang Juita 🙏
2020-09-23
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
lanjut dati sini kk🙂
2020-09-23
1