AYAT CINTA AISYAH

AYAT CINTA AISYAH

Pertemuan...

*Ilustrasi Visual

Aisyah Huriyya Atmaja. Gadis cantik keturunan ningrat dari Jogjakarta yang memutuskan untuk kuliah di Jakarta. Memiliki kisah cinta masa kecil dengan seorang putra kyai pemilik pondok pesantren yang terus terbawa hingga ia dewasa. Mempunyai impian untuk bisa mengunjungi Tajmahal di India.

Hamzah Alghazali. Seorang pemuda gagah penuh kharisma, yang baru saja lulus dari Al-Ahzar, Mesir. Dia adalah putra sulung seorang Kyai pemilik sebuah pondok pesantren yang terkemuka di Jogjakarta.

Dengan demikian, dia lah penerus ayahanda nya kelak.

William Stevan Ballard. Pria Indo-Jerman yang baru saja menyelesaikan sekolah bisnis nya di Canada, dan kembali ke Indonesia untuk menjadi Presdir muda di sebuah perusahaan executive di Jakarta milik Ayahnya.

mempunyai motto hidup :

One Life - One Wife.

***

Pertemuan...

Adzan subuh baru saja selesai berkumandang. Membangunkan insan-insan yang terlelap dalam buaian mimpi, untuk segera tegak dan berdiri menjalankan perintah Robbnya.

Aku segera menutup buku di hadapanku, dan baru saja hendak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, ketika tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.

"Tok tok tok,. Aishy,.. sudah bangun nduk?" suara ibu terdengar dari luar.

Segera ku buka pintu.

"Sudah bu,. Aishy bangun dari tadi jam setengah empat, sholat tahajjud, terus lanjut belajar."

Aku memang terbangun sejak tadi. Selesai sholat tahajjud, biasanya aku tidur lagi. Tapi karena hari ini adalah hari terakhir ujian sekolahku, dan terkhusus ujian praktek Bahasa Arab, yang menurutku memang cukup sulit, aku sengaja tidak tidur lagi untuk belajar.

"Oh,. yo wes,. ibu kira kamu belum bangun nduk ."

Aku kembali menutup pintu kamar, lalu bergegas mengambil air wudhu, kemudian sholat subuh.

Selesai sholat aku merapikan buku-buku yang masih berhamburan di atas meja belajar, merapikan tempat tidur, lalu membuka jendela kamarku. Seketika dinginnya udara Jogja bercampur aroma melati menyeruak masuk kedalam kamarku.

Ya,.. di halaman rumahku memang di penuhi tanaman bunga melati. Ibuku sangat menyukai bunga melati. Tak hanya untuk memanjakan mata di luar rumah, ibu juga seringkali memanen bunga melati, untuk di keringkan, lalu di jadikan campuran teh, jadilah teh melati.

Ibuku bukan asli Jogja. Ibu berasal dari kota Surabaya, kemudian setelah menikah dengan ayah, barulah ibu menetap di Jogja.

Aku mengedarkan pandangan, hamparan warna putih bunga melati yang tertimpa sedikit cahaya temaram dari lampu teras rumah, menjadikannya seperti butiran-butiran salju.

Kemudian mataku tertuju pada serumpun bunga mawar merah di sudut halaman. Bunga mawar itu aku yang menanamnya, karena aku memang menyukai bunga mawar merah.

Tidak seperti ibu yang begitu fanatik dengan bunga melatinya, aku justru menjadikan bunga mawar seperti sesuatu yang kultus. Exotic. Tak tersentuh. Cukup menatapnya untuk menyerap energi keindahannya.

"Krenteeng,..!"

Bunyi pintu pagar depan rumah mengejutkanku. Terlihat ayah dan mas Mirza, kakakku, baru saja pulang dari masjid seusai sholat subuh.

 

Aku melirik jam weker kecil di atas meja.

"Astahgfirullah,.! "

Hampir setengah enam. Aku menyambar handuk lalu bergegas mandi. Keasyikan mematung di depan jendela kamar, hampir saja membuatku terlambat berangkat ke sekolah.

***

Aku memasuki ruang kelas dengan sedikit tergesa. Lalu duduk di bangkuku dan meletakkan tas selempangku yang berisi papan pengalas lembar ujian, peralatan tulis, dan satu buku paket bahasa arab. Ku keluarkan bukunya, lalu mulai lagi membuka-buka halamannya.

Beberapa temanku yang sudah datang lebih dulu juga terlihat melakukan hal yang sama denganku. Sebagian juga ada memilih di luar kelas, karena memang belum waktunya jam ujian. Ku lirik laci meja di sebelahku, ada tas biru di dalamnya.

Hmm,.. berarti Nuri sudah datang. Kemana dia?

Nuri Maulida, adalah teman sebangkuku. Kami bersahabat sejak kecil. Kami juga selalu sekolah di sekolah yang sama, dari semenjak di Madrasah Ibtidaiyah, hingga sekarang di Madrasah Aliyah. Dan kami juga mempunyai impian yang sama, untuk kuliah di Jakarta setelah lulus sekolah nanti.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Tadi sewaktu di perjalanan menuju sekolah, rasanya wudhu ku batal. Entah sejak kapan aku memulai terbiasa dengan menjaga wudhu, yang jelas sejak kecil Ayah selalu mengajariku untuk menjaga wudhu.

"Jaga wudhu, maka malaikat akan selalu menjagamu." Ucap ayah waktu itu.

Aku beranjak dari bangku, keluar kelas, dan menuju masjid untuk mengambil air wudhu.

Sekolahku memang berada di lingkungan pesantren. Pondok Pesantren Al-Fallah. Pemilik pondok, KH. Bukhori Alghazali. Beliau adalah ulama besar dan cukup di segani di Jogja. Pondok Pesantren Al-Fallah ini, juga merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di pulau Jawa. Pendiri Pondok Pesantren Al-Fallah dulu adalah Syeh Hannan Al-Fallah, Syeh dari Arab yang merupakan kakek dari Kyai Bukhori.

Di Pondok Pesantren Al-Fallah ini, pendidikannya terbagi menjadi dua, yakni sekolah umum dan khusus pesantren. Aku termasuk yang sekolah umum, artinya tidak ikut mondok di pesantren, tapi sekolah di madrasah milik pesantren. Tapi setiap sore aku tetap ikut mengaji di pesantren, dan di akhir pekan, aku nginap di pesantren. Banyak teman-temanku juga melakukan hal yang sama, dan memang di sediakan asrama khusus di pesantren untuk murid model seperti kami ini. Jadi kami nyantrinya hanya di sore hari, dan nginep di pesantrennya sepekan sekali. Kami biasa di juluki santri kalong, he he he,..entahlah kenapa di sebut demikian, padahal kalong itu artinya kelelawar.

Aku selesai berwudhu dan berjalan kembali menuju kelas sambil sibuk memperbaiki lengan bajuku yang tadi kusingsingkan ke atas saat berwudhu.

"Bruuuk,.!!! "

Aku menabrak punggung seseorang dari belakang, hampir saja aku terpelanting jatuh, tapi secara reflek orang itu menolah dan tangan kekarnya mencengkeram lenganku untuk menahan tubuhku agar tidak jatuh terjerembab.

Sesosok wajah putih bersih, beralis tebal, berhidung arab, mengerenyitkan dahi, menatap tajam ke arahku.

Mengetahui siapa orang yang baru saja ku tabrak, jantungku seakan melompat dan berdegup kencang. Buru-buru kutarik lenganku untuk melepaskan diri dari cengkeraman tangannya. Aku beringsut dua langkah ke belakang.

"Afwan, saya tidak sengaja." Ucapku lirih.

Aku kikuk dan tertunduk sambil pura-pura membenarkan jilbabku yang tidak miring. Rasa malu menyergap diriku. Gara-gara jalan sambil menunduk aku sampai menabrak seseorang. Terlebih lagi, seseorang itu adalah....

"Aisyah,.? Kamu Aisyah kan?"

Aku menganggukkan kepala tanpa berani mengangkat wajah. Aku tahu, dia pasti sedang mengamatiku dengan mata elangnya.

"Kamu sudah besar ee sekarang. Salamku yoo sama Masmu. Bilang sama Mirza kalo aku sudah datang. Suruh dia main ke pondok"

Aku menganggukkan kepala, tetap tanpa berani mengangkat wajah.

"Ya sudah sana,. masuk kelas." Perintahnya.

Aku bergegas melangkah tanpa berani menoleh.

"Hey, Aishy...! Kalau jalan itu jangan sambil nunduk. Nanti nabrak lagi. Masih mending kalau nabrak orang, kalau nabrak kambing gimana? ha ha ha...."

Ternyata dia masih memperhatikanku.

Aku semakin mempercepat langkah, tanpa mempedulikan ucapanya barusan.

Ya Robb,.. rasanya ingin tiba-tiba punya ilmu melenyapkan diri seketika. Maluuuuu....

Sampai di dalam kelas, aku buru-buru duduk.

"Hhuuuffh...!!"

Jantungku rasanya belum berhenti deg-deg an.

Astaghfirullah....

"Aishy,. kamu dari mana? dari tadi aku cariin kamu gak ada?" Nuri bertanya sambil menoleh kearahku. Rupanya saat aku ke masjid tadi, dia mencariku.

"Dari masjid, wudhu."

"Eh, Aishy, wajahmu kenapa? kog merah gitu? " Nuri memiringkan kepalanya sambil menyorot tajam kearahku.

" Apaan sih Nur...?!" Aku mendorong bahu Nuri agar menjauh.

Aku pura-pura menyibukkan diri dengan membuka buka bahasa arab di depanku.

Ya Robb,..benarkah wajahku memerah ??

" Eh,.. Aishy,. kamu sudah tahu belum?"

"Tahu apa?"

"Mas Hamzah, putrane Kyai yang kuliah di Mesir itu, sudah datang loh. Tadi pas aku lewat perpustakaan, gak sengaja liat Mas Hamzah disana. Biyuuh, tambah guanteeeeng loh Mas Hamzah. Pokoknya wes koyo orang Arab." Nuri nyerocos panjang lebar.

" Eh,. bukan koyo ding ya...? Kan memang orang arab, keturunan arab. Duuuh...."

Nuri bergumam sendiri sembari menepok jidatnya sendiri.

"Hhhhh...." Aku menghela nafas.

"Aku sudah tau, tadi aku ketemu dia"

"Hahh...? Kamu tadi wes ketemuan sama Mas Hamzah?"

"Ketemu Nuri Maulida. Bukan ketemuan. Itupun juga gak sengaja."

"Cie cie,... Pantesan tadi wajahmu bersemu merah." Nuri menggodaku.

" Apaan sih Nur,..! Diam ah, aku lagi menghafal nahwu sorof ini."

Aku berpura-pura serius membaca buku bahasa arab di depanku. Padahal sebenarnya mata dan hatiku tidak sinkron saat ini. Mataku ke arah buku, dan hatiku ke arah lain.

"Gimana tadi pas ketemuan? Dia masih ingat gak sama kamu? Hi hi hi,... dulu kan kamu sebut dia itu pangeranmu."

Nuri terus saja berceloteh tanpa mempedulikan ke kekianku. Aku semakin merasa jengkel.

" Nuri,...! Kamu jangan sembarangan bicaranya. Kalau ada yang dengar gimana?" Aku mencubit pinggang Nuri.

" Auuw! Aduh! Ha ha ha,..." Nuri mengaduh kesakitan tapi tetap tertawa.

"Kalau gak mau diem aku cubit lagi nih yang keras" Aku pura-pura marah dan mengancam.

" Baik, sendiko dawuh, Kanjeng Raden Ayu Aisyah Huriyya Atmaja "

Aku melotot kearah Nuri karena dia memanggilku seperti itu. Ya memang tidak salah sih sebenarnya, karena itu memang nama gelar kebangsawananku, tapi rasanya jengah saja jika ada yang memanggilku seperti itu.

"TOK. TOK. TOK !" Pintu kelas diketuk.

" ASSALAMUALAIKUM !"

"WALAIKUMSALAAM,..!" Kami satu kelas serempak menjawab salam.

Aku terkesiap melihat siapa yang masuk kelasku. Ternyata dia! Mas Hamzah. Seketika dadaku kembali berdegup kencang.

Ternyata yang menjadi guru penguji di ujian akhir praktek Bahasa Arab, adalah Mas Hamzah.

Ya Robb,. kenapa harus dia ??

 

_________________Bersambung_______________

 

Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah.

Ini adalah karya pertama saya,.

Baruu belajar nulis

Beri dukungannya dengan cara

LIKE dan VOTE ya,..

Tinggalkan salam juga di kolom komentar.

 

❤️Rohana Kadirman❤️

 

 

Terpopuler

Comments

Wardatus Syifak

Wardatus Syifak

langsung favorit

2022-03-15

1

Arum_13

Arum_13

assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh kak, aku mampir😊

2021-07-03

0

Fufa Reys

Fufa Reys

suka visualnya...friendly

2021-03-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 68 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!