Taj Mahal

Malam hari di pondok pesantren Al-Fallah.

Selepas sholat isya' di Masjid dan memberi kajian singkat kepada para santri, Hamzah kembali ke rumah dan masuk ke kamarnya. Kamar yang baru saja tiga hari dia huni kembali, setelah sekian lama di tinggalkannya.

Hamzah merebahkan diri di tempat tidur, dan menatap langit-langit kamarnya. Ia memejamkan matanya sejanak. Sesaat. Kemudian ia bangkit dan duduk di tepi tempat tidur.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang kamarnya. Lemari jati dengan ukiran kaligrafi di atasnya, meja dan kursi belajar yang tepat berada di depan jendela kamarnya, dan sebuah rak buku besar berdiri kokoh di sampingnya. Di dinding, terpajang dua buah lukisan kaligrafi yang sudah di bingkai dengan pigura kaca. Itu adalah hasil lukisan Hamzah sendiri.

Barang-barang di kamar itu tak ada yang berubah letaknya, semua masih seperti sedia kala, seperti saat dia tinggalkan. Kecuali, keset kaki di depan pintu kamar mandi yang terlihat baru.

Mungkin Ummi yang menggantinya.

Hamzah beranjak dari duduknya, lalu berjalan ke arah rak buku.

Rak buku itu hampir penuh isinya dengan jejeran buku-buku berjilid tebal. Sebagian besar, adalah buku dengan sampul berbahasa Arab.

Hamzah mengambil beberapa buku yang sampulnya terlihat sedikit berdebu, menepuk-nepuknya dengan tangan, lalu mengembalikannya lagi ke tempatnya.

Dulu, rak buku itu hanya terisi tidak lebih dari sepertiganya saja, tapi kemudian, setiap kali Hamzah pulang dari Mesir, ia selalu membawa buku-buku dari sana, sehingga, sekarang rak buku itu hampir penuh di setiap barisnya.

Tiba-tiba Hamzah tertegun. Tatapannya tertuju pada sebuah buku bersampul coklat di sudut rak bagian bawah. Buku itu terlihat lebih kecil ukurannya di bandingkan buku lainnya. Buku itu hampir saja tidak kelihatan karena terhimpit di antara buku-buku besar.

Hamzah meraih buku itu, lalu menatapnya beberapa saat sambil membolak-balikan di tangannya. Sampul buku itu terlihat sudah usang.

Hamzah membawa buku itu, lalu duduk di depan meja, dan mulai membuka halamannya.

Halaman pertama berisi tulisan kaligrafi dengan lafadz Bismillah. Hamzah mengingat-ingat, sepertinya itu adalah kali pertama dia belajar menulis kaligrafi.

Halaman berikutnya, adalah tulisan kaligrafi nama dirinya sendiri. Ternyata buku itu adalah buku miliknya saat kecil dulu. Dari kecil, ia memang gemar menulis kaligrafi, dan juga menggambar.

Ia ingat, saat kecil dulu, setiap kali pergi bermain, ia selalu membawa sebuah ransel kecil di punggungnya, yang di dalamnya berisi pensil, penghapus, dan buku bersampul coklat itu.

Hamzah terus membuka halaman demi halaman. Ada gambar pohon, gambar rumah, gambar kaligrafi lagi, gambar pemandangan gunung dan sawah, gambar mobil, gambar masjid, gambar Kabah,,.. dan robek. Satu lembar halaman ada yang robek! Atau sengaja di sobek?

Ada sebuah anyaman daun nangka yang sudah kering, berbentuk kipas kecil, terselip di sela-sela lembar halaman itu, seolah-olah kipas daun itu, menggantikan posisi satu lembar halaman yang robek itu.

Hamzah menatap takjub kipas daun itu. Seulas senyum tiba-tiba mengembang di bibirnya.

"Aisyah,..." Gumamnya lirih.

 

***

 

Di bawah pohon nangka yang rindang, tak jauh dari halaman masjid pesantren Al-Fallah, seorang anak lelaki kecil berusia sekitar tujuh tahun, duduk bersandar dengan menekuk lututnya ke atas. Di sampingnya, tergeletak sebuah ransel kecil terbuat dari kain perca berwarna hitam. Ia terlihat sedang sibuk menggambar sesuatu.

Tak lama berselang, seorang gadis kecil terlihat berlari-lari menghampiri. Gadis kecil itu berusia sekitar empat tahun. Matanya bulat, Indah. Rambutnya sebahu, di biarkan tergerai tanpa di ikat.

"Mas Hamzah,..!" Pekiknya dengan mata berbinar.

Anak laki-laki kecil yang tengah asik menggambar itu sontak terkejut, karena tidak menyadari kehadiran gadis kecil itu.

"Eh,. Aisyah,. Ngagetin aja !"

"Ha ha ha,... Horee,... Mas Hamzah kaget !"

"Kamu ngapain main sendiri? Mana Mas mu?"

"Tadi sama-sama Mas Mirza, tapi Mas Mirza pergi lihat kambing di kandangnya Mang Udin. Aishy takut kambing, jadi Aishy pergi kesini saja."

"Aisyah, tau gak? Dulu Rosululloh sewaktu kecil kerjanya menggembala kambing loh. Kambingnya banyaaak. Kambing itu hewan ternak yang jinak, jadi Aishy gak usah takut. Kan kambingnya gak gigit."

"Gak mau. Pokoknya Aishy takut sama kambing !"

"Tapi nanti kamu di cari sama Mas mu loh Aishy."

"Gak kog. Mas Mirza tahu kalo aku kesini, nanti kalo mau pulang kerumah, Mas Mirza akan lewat sini."

"Ya sudah kalo gitu." Hamzah kembali menyibukkan diri dengan pensil dan bukunya.

Sementara Aisyah, ia terlihat asyik memunguti daun-daun yang berjatuhan dibawah pohon nangka. Kemudian ia mulai menjalin daun itu satu persatu menggunakan sebatang lidi dengan cara menusuk daunnya.

Jadilah sebuah kipas kecil di tangan Aisyah. Ia menggunakan kipas itu dengan cara mengibas-ngibaskannya di depan wajahnya.

"Mas Hamzah lagi gambar apa sih ?"

Aisyah nampak penasaran. Ia lalu mendekat, dan duduk bersimpuh di depan Hamzah yang tengah asyik menggambar dengan pensil dan bukunya.

"Oh,... Gambar Masjid ya ?"

Aisyah menatap gambar yang tengah di lukis oleh Hamzah, lalu Ia menoleh ke arah Masjid Al-Fallah. Kemudian ia mengerenyitkan dahi, merasa heran dengan sesuatu.

"Tapi kog gambar masjidnya ada kolam dan air mancur di depannya? Kan di masjid gak ada?" Ucap Aisyah melanjutkan pertanyaanya.

"Hhhh,... Alhamdulillah selesai." Ucap Hamzah dengan penuh rasa puas, kemudian ia memasukkan pensilnya kedalam tas ranselnya.

"Bagus gak Aishy ?" Ucap Hamzah sambil mengangkat hasil lukisannya.

"Baguuus. Tapi itu bukan masjid ini kan??" Ucap Aisyah sembari tangannya menunjuk ke arah Masjid Al-Fallah.

"Memang bukan. Ini adalah Taj Mahal."

"Taj Mahal? Dimana itu? Apakah itu Masjid yang sangat mahal?? Kenapa namanya mahal ?"

Aisyah memberondong Hamzah dengan pertanyaan. Mata indahnya terlihat membelalak bulat karena rasa penasaran.

Hamzah tersenyum geli melihat expresi wajah Aisyah yang terlihat sangat lucu dan menggemaskan itu.

"Aisyah mau dengar kisah tentang Taj Mahal ?"

"IYA, MAU !!" Jawab Aisyah cepat dengan penuh antusias.

Aisyah kemudian bergeser dari tempatnya duduk, lalu ikut bersandar di pohon nangka, disebelah tempat duduk Hamzah. Kakinya ia selonjorkan. Matanya tertuju pada gambar Taj Mahal yang baru saja selesai di lukis Hamzah.

"Pada zaman dahulu,... " Mirza memulai ceritanya.

"Di negeri India, ada sebuah wilayah bernama Mughal, yang di pimpin oleh seorang Kaisar bernama Shah Jahan. Kaisar Shah Jahan memiliki seorang istri bernama Mumtajz Mahal. Kaisar sangat mencintai istrinya. Ia merasa sangat bahagia. Sampai suatu ketika, istri kaisar, Mumtajz Mahal meninggal dunia sewaktu ia melahirkan."

Aisyah terlihat manggut-manggut seolah mengerti, dan terus mendengarkan cerita Hamzah dengan mimik wajah serius.

" Kepergian Mumtajz Mahal, membuat kaisar Shah Jahan sangat sedih, dan merasa sangat kehilangan. Lalu ia pun membangun sebuah bangunan menyerupai Istana yang besar dan sangat megah. Bagian dalam istana itu juga sangat indah. Di Lapisi 28 jenis batuan kristal yang berkilauan, dan juga ukiran kaligrafi Arab berlapis emas. Nah, di dalam Istana itulah, istrinya, Mumtajz Mahal, di semayamkan. Sehingga, Bangunan itupun di namakan Taj Mahal. Seperti nama mendiang istri kaisar."

"Begitu kisahnya." Ucap Hamzah mengakhiri ceritanya.

"Mas Hamzah sudah pernah kesana? ke Taj Mahal ?" Tanya Aisyah dengan penuh kepolosan.

"Belum lah Aishy. Taj Mahal itu di India. Tempatnya jauuuuuh banget dari sini."

"Tapi kog mas Hamzah bisa gambar Taj Mahal dan bisa ceritakan kisah Taj Mahal ?"

"Hmm,... Kan ada di buku Aishy. Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, kita bisa mengetahui dunia di luar sana."

"Nanti kalau Aishy sudah sekolah,... Aishy harus rajin baca buku juga ya,..."

Aisyah mengangguk, mengiyakan nasehat Hamzah.

"Mas, aku kalau sudah besar nanti mau pergi ke Taj Mahal "

"Oh, ya...??"

"Iya. Mas Hamzah harus antar aku ke sana. Melihat Taj Mahal !"

"Mas Hamzah, mau kan antarkan Aisyah kesana ?"

"Hmm...." Hamzah merasa bimbang. Berusaha memilih jawaban yang tepat.

"Pokoknya Mas Hamzah harus antarkan Aisyah !" Ucap Aisyah setengah menjerit. Matanya terlihat berkaca-kaca. Air matanya mengambang di sudut mata.

Hamzah merasa iba, dan tak tega melihat gadis kecil berusia empat tahun itu merasa sedih dan kecewa.

"Iya, iya.... Nanti kalau sudah besar, Mas Hamzah antarkan Aishy ke sana."

"Janji ??"

"Iya janji"

"Kalo gitu sekarang tulis di sini !"

Aisyah meletakkan jari telunjuknya di atas lukisan Taj Mahal milik Hamzah.

"Tulis apa ??" Hamzah merasa tak faham dengan maksud Aisyah.

"Tulis namaku dan nama mas Hamzah.

AISYAH & HAMZAH !" Ucap Aisyah.

"Oh, oke. Oke. Mas Hamzah tulis disini ya.... "

Hamzah menuruti permintaan Aisyah. Lalu ia menuliskan nama HAMZAH & AISYAH di sudut bawah gambar Taj Mahal miliknya.

"Nah, ini sudah." Hamzah menunjukkan tulisannya kepada Aisyah.

"Itu benar kan? Nama Mas Hamzah dan Aisyah ?" Aisyah bertanya menyelidik.

"Iya, ini nama kita berdua. Ini huruf H-A-M-Z-A-H, bacanya HAMZAH. Dan yang ini huruf A-I-S-Y-A-H, bacanya AISYAH." Hamzah menerangkan kepada Aisyah.

Aisyah tersenyum senang.

"Kalau gitu, sekarang gambarnya di robek, begini !" Ucap Aisyah sembari mempraktekkan dengan tangannya.

"Loh, kog harus di robek ??"

"Iya,... Gambar Taj Mahal ini sekarang punya Aisyah. Aku akan menyimpannya sampai besar nanti. Kalau Mas Hamzah sampai ingkar janji, Aisyah akan marah dan menunjukkan gambar ini !" Ucap Aisyah berapi-api.

"Ha ha ha" Hamzah tertawa geli mendengar ucapan Aisyah.

Namun ia tetap melakukan apa yang di inginkan Aisyah. Dengan hati-hati, ia merobek lembaran bukunya, lalu menyerahkannya kepada Aisyah.

"Nih, sekarang gambar Taj Mahal ini punya Aisyah."

"Horeee !" Aisyah sangat girang. Ia lantas berlari-lari kecil sambil mendekap kertas bergambar Taj Mahal itu dengan kedua tangan mungilnya.

Hamzah tersenyum melihat tingkah lucu Aisyah. Sepertinya, saking senangnya, Aisyah sampai-sampai melupakan kipas daun miliknya yang dibuatnya tadi.

Hamzah memungut kipas daun itu, lalu menyelipkannya di dalam buku. Ia berniat mengembalikannya kepada Aisyah.

"BRUUUK !!!"

Tiba-tiba terdengar suara gaduh terjatuh.

"MBEEEEKK !!!"

Di susul suara kambing mengembik.

Rupanya, Aisyah terjatuh karena menabrak seekor kambing kecil yang tiba-tiba saja muncul di dekatnya.

Dari kejauhan, terlihat Mirza berlari-lari manghampiri, lalu di susul Mang Udin.

Begitu sudah dekat, Mang Udin langsung menangkap kambing kecil itu.

Hamzah berdiri, dan berjalan menghampiri, untuk melihat apa yg terjadi.

Aisyah menangis dan tampak sangat ketakutan. Mirza berusaha menenangkan adiknya dengan cara memeluknya.

"Weee,... Jan tenan bocah ini ! Sudah di kasih tahu kalau lihat kambing dari luar kandang saja. Malah masuk dan pintu kandangnya di biarkan terbuka. Untung cuma satu kambing yang keluar, kalau kambingnya keluar semua bagaimana ?" Mang Udin memarahi Mirza.

"Maaf Mang,... Aku tadi mau kasih makan kambingnya, jadi aku masuk." Mirza menunduk dan terlihat menyesali perbuatannya.

"Yo wes sana pulang mandi, sudah sore. Itu badanmu juga sudah sama baunya dengan kambing." Mang Udin berbalik pulang dan berjalan sambil menggiring kambingnya.

 

***

 

"TOK TOK TOK !"

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Hamzah.

"Astaghfirullah...." Gumam Hamzah pelan.

"Gus. Ada Mirza mencarimu." Seru Ummi Salamah dari luar.

Ummi salamah memanggil Putranya dengan sebutan Gus, yang artinya bagus, baik, atau gagah.

Hamzah bergegas membuka pintu.

"Itu, ada Mirza mencarimu di luar. Tadi ummi sudah suruh masuk, tapi gak mau. Katanya nunggu kamu di teras saja."

"Oh, iya ummi." Hamzah menutup pintu kamar dan berjalan keluar.

_________________Bersambung______________

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah.

Ini adalah karya pertama saya,.

Baruu belajar nulis

Beri dukungannya dengan cara

LIKE dan VOTE ya,..

Tinggalkan salam juga di kolom komentar.

 

❤️Rohana Kadirman❤️

Terpopuler

Comments

Musayaroh

Musayaroh

lanjut.bagus sekali kisahnya,makin penasaran.

2021-08-04

0

Zia Azizah

Zia Azizah

like dri KYT mbak ee 🥰🥰

2020-10-31

2

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Hadirr Thorr.
Semangat.
Mantan Terindah minta dikunjungi. feedback ya

2020-10-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 68 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!