Anjasmoro

Aku dan Nuri sama-sama terkejut.

Speechless rasanya.

Ini pertama kalinya kami bepergian naik kereta sendiri, dan harus mengalami banyak kendala.

Kereta Argo Wilis yang sedianya akan mengantarkan kami sampai di Jakarta, ternyata mengalami kerusakan, dan sampai saat ini masih dalam perbaikan. Bahkan setelah jadwal delay selama 2 jam, Kereta Argo Wilis masih tetap tidak bisa berangkat.

Jadwal kereta jadi kacau.

Ada tiga opsi yang di tawarkan pihak manajemen Kereta Argo Wilis kepada para passanger. Yaitu membatalkan tiket dan mengajukan return, mengatur ulang jadwal keberangkatan atau rescedule, dan opsi terakhir adalah tetap berangkat dengan menggunakan kereta lain atau pindah kereta.

Kami bertiga, aku, Nuri dan Tirto memilih opsi ketiga yang di tawarkan, yakni pindah kereta.

Setelah lelah menunggu dan sibuk mengurus segala administatif perpindahan kereta, akhirnya kami bisa bernafas lega.

Kami akhirnya berangkat juga, dengan menaiki Kereta Anjasmoro.

Peluit panjang berbunyi, menandakan kereta akan segera berangkat.

Lokomotif mulai bergerak.

Gerbong-gerbong kereta pun merayap mengikuti di belakangnya.

Aku menatap keluar melalui jendela kereta. Perlahan... kereta meninggalkan kota Jogjakarta.

Kereta Anjasmoro yang aku naiki ini termasuk maskapai baru. Kabinnya cukup luas dan bersih. Setiap baris berisi empat kursi yang di pisahkan koridor. Dua di sisi kanan, dan dua di sisi kiri.

Aku duduk di sisi kanan, dekat jendela, dan Nuri di sebelahku, di sisi koridor. Sementara Tirto, duduk di kursi dua baris di belakangku.

Aku menyandarkan kepala di sandaran kursi. Ah,... rasanya penat sekali.

"Aishy, aku mau ke toilet dulu ya."

"Oh,. Ok!"

Nuri berdiri dari kursinya, lalu berjalan di koridor menuju ke arah toilet yang berada tepat di belakang kabin.

Aku menoleh ke arah kursi di baris sebelahku. Hanya terisi satu kursi di dekat jendela. Kursi satunya terlihat kosong.

Penumpang yang duduk di kursi itu, membawa sebuah kamera dan terlihat asyik membidikkan kameranya ke arah luar jendela.

Sepertinya itu pria bule yang tadi makan di meja sebelahku ??

Oh,. Iya. Benar. Dia memakai kaus oblong warna putih. Dua orang temannya yang berambut pirang, duduk di baris kursi depannya.

Pria bule itu tiba-tiba menoleh ke kanan. Tepat ke arahku.

Aku buru-buru membuang muka ka arah jendela.

Hampir saja!

Tak lama kemudian, Nuri kembali dari toilet, lalu kembali duduk.

Aku menurunkan sandaran kursi sedikit lebih rendah. Aku merebahkan punggung.

"Ah,... begini terasa lebih nyaman."

Aku benar-benar merasa lelah, dan mulai mengantuk.

Dan aku pun tertidur.

***

Aku terbangun, dan mengerjapkan mata beberapa kali. Aku menoleh ke arah jendela. Di luar terlihat sudah mulai gelap.

Aku melirik jam tanganku. Jarum jam menunjuk angka 05.50

Ternyata aku tertidur hampir dua jam.

Dan sekarang hampir masuk waktu Sholat Maghrib.

Aku menoleh ke kursi Nuri. Dia juga ternyata tertidur.

Tiba-tiba aku merasa kebelet buang air kecil.

"Nur,..Nuri,.. Bangun."

Aku menepuk - nepuk perlahan bahu Nuri. Membangunkannya.

"Eh,.. apa?"

Nuri terbangun, sambil mengucek-ucek matanya.

"Aku mau toilet. Kebelet pipis nih."

"Sudah hampir masuk waktu Magrib juga."

Nuri berdiri dari kursi dan menyingkir sedikit ke koridor, agar aku bisa lewat.

Aku bergegas menuju toilet. Kandung kemihku terasa penuh. Rasanya bener-bener kebelet pipis.

Tiba di depan toilet, ternyata sudah ada 3 orang berdiri mengantre.

Seorang pria separuh baya, kemudian seorang ibu hamil, dan,... pria bule itu. Pria bule berkaos oblong putih yang duduk di kursi sebaris denganku.

Aku berdiri di sampingnya, dengan mengambil sedikit jarak. Mau kembali duduk ke kursi juga rasanya nanggung.

Fiuuuuhh,... sepertinya aku harus bersabar dan menahan rasa kebelet pipis sebisa mungkin.

Tak lama pintu toilet terbuka, dan bergiliran orang keluar masuk sesuai antrean. Pria separuh baya, kemudian si ibu hamil.

Sekarang tinggal kami berdua. Aku dan pria bule itu.

Pria bule itu menatap ke arahku, lalu tersenyum dan menganggukkan kepala.

Aku membalas senyumnya lalu buru-buru membuang muka ke arah lain.

Pintu toilet terbuka, ibu hamil tadi keluar, dan berjalan melintasi kami berdua.

"Hei,... Silahkan masuk duluan." Ucap pria bule itu sambil mengayunkan telapak tangannya ke arah pintu toilet.

Dia mempersilahkanku untuk menggunakan toilet lebih dulu.

"Oh, tidak. Anda yang lebih dulu mengantre."

Aku merasa tidak enak untuk menduluinya, karena memang dia yang lebih dulu mengantre.

"No. Its Ok. Ladys first."

"Lagian saya tidak begitu urgent." Ucap pria bule itu meyakinkan.

"Baiklah, terimakasih."

Hmm,.. ternyata pria bule itu bisa berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Luar biasa.

Aku bergegas masuk ke toilet. Begitu sampai di dalam, aku segera mengunci pintu. Membuka jilbab, membuka jam tangan, kemudian menyelesaikan hajad yang sedari tadi ku tahan.

Aku mencuci wajah, dan juga berwudhu.

Setelah selesai, aku segera keluar.

Pria bule tadi masih berdiri di tempatnya.

Aku mengangguk ke arahnya dan segera berlalu meninggalkannya.

Aku tiba di kursiku. Dan ternyata Nuri tadi kembali tertidur.

"Nuri !"

Aku menggoyang-goyangkan bahu Nuri.

Nuri membuka matanya.

"Oh. Astaghfirullah, aku tertidur lagi."

Nuri berdiri dari kursinya agar aku bisa masuk dan duduk di kursiku.

"Udah maghrib Nuri, jangan tidur."

"Iya." Nuri tersenyum nyengir.

"Lama banget kamu ke toilet ?"

"Antre tadi."

"Oh. Masih antre sekarang ?"

"Kalau tadi udah gak sih, tinggal satu orang. Tapi gak tau sekarang"

"Hmmm,..."

Nuri berdiri dan melepas jakatnya. Lalu dia berjalan ke arah toilet.

Pria bule tadi terlihat jalan di koridor, mau kembali ke tempat duduknya.

Aku merapikan jilbabku. Lalu melaksanakan sholat maghrib dengan posisi duduk.

Aku bersalam, dan mengusap wajah dengan kedua telapak tangan.

Aku melihat kursi Nuri masih kosong. Dia belum kembali dari toilet rupanya.

"Hai,..."

Seseorang berdiri di dekat kursi Nuri menyapaku.

Aku mendongak untuk melihat wajahnya.

Ternyata si pria bule tadi.

"Sudah selesai berdoa ?" Dia bertanya.

Aku menganggukkan kepala. Setengah merasa heran, kenapa pria bule itu menghampiriku.

"Ini milikmu ??"

Pria bule itu memperlihatkan sebuah jam tangan wanita di genggaman tangannya.

Jam tangan itu mirip seperti punyaku. Jam tangan kecil dengan tali strap kulit berwarna merah.

Aku segera memeriksa pergelangan tangan kiriku. Benar saja, jam tanganku tidak ada. Aku baru ingat, tadi sewaktu di toilet aku melepasnya, dan menaruhnya di meja washtafel.

"Ya itu jam tanganku." Jawabku sembari tersenyum meringis.

"Kamu tadi meninggalkannya di toilet." Ucap pria bule itu sambil memberikan jam tanganku kepadaku.

"Terima kasih."

"Yeahh,.. you are wellcome."

Pria bule itu kembali duduk ke kursinya.

Nuri juga sudah kembali dari toilet.

"Ngapain tuh cowok bule tadi ?"

Nuri rupanya tadi sempat melihat saat pria bule itu berbicara padaku.

"Dia balikin jam tanganku."

"Kog bisa ada sama dia?"

"Tadi ketinggalan di toilet."

"Tuh cowok bule tadi masuk ke toilet setelah aku."

"Oh,...."

"Untung kamu ngerti Bahasa Inggris Aishy,.." Ucap Nuri.

Memang sih,... dulu di kelasku, jika yang paling jago Bahasa Arab adalah Nuri, maka untuk Bahasa Inggris, akulah bintangnya di kelas.

"Ssst,..!" Aku meletakkan jari telunjukku di depan bibir. Mengisyaratkan pada Nuri agar ia memelankan suaranya.

"Cowok bule itu tadi ngomong denganku pake bahasa Indonesia. Dia jago bahasa Indonesia"

"Oh, kereeen."

Nuri terlihat sedikit terkejut. Kemudian merapikan jilbabnya. Lalu dia melaksanakan sholat maghrib.

*Di dalam kereta Anjasmoro (ilustrasi visual)

Aku menatap keluar jendela. Gelap. Pekat.

"Anjasmoro." Aku membaca tulisan kecil di pinggir jendela kereta.

Anjasmoro adalah sebuah Legenda Jawa tentang kisah kasih yang tak sampai.

***

Alkisah,....

Dewi Anjasmoro dan Ksatria Damar Wulan adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.

Suatu ketika terjadi peperangan, dan Ksatria Damar Wulan di utus oleh Sang Ratu yang berkuasa saat itu, yaitu Ratu Kencono Wungu, untuk memimpin pasukan.

Demi melaksanakan titah Sang Ratu, Ksatria Damar Wulan pun terpaksa meninggalkan kekasihnya, Dewi Anjasmoro. Mereka berdua berpisah di sebuah telaga. Tapi, Ksatria Damar Wulan berjanji akan kembali untuk kekasihnya itu.

Peperangan terjadi selama bertahun-tahun, dan akhirnya di menangkan oleh pasukan yang di pimpin oleh Ksatria Damar Wulan.

Ratu Kencono Wungu sangat senang, dan sebagai balas jasa kepada Ksatria Damar Wulan, ia memberi anugerah tertinggi kepadanya, yakni dengan meminta Ksatria Damar Wulan untuk menikah dengannya.

Ratu Kencono Wungu adalah ratu yang sangat cantik, begitu banyak raja-raja dan kesatria yang melamarnya, namun semua di tolaknya.

Ksatria Damar Wulan sebenarnya tidak menyukai Ratu Kencono Wungu, karena cintanya hanya untuk kekasihnya, yaitu Dewi Anjasmoro.

Akan tetapi, Ksatria Damar Wulan tak mampu menolak titah Sang Ratu. Akhirnya dia pun menikahi Ratu Kencono Wungu.

Sementara itu, Dewi Anjasmoro yang mendengar berita tentang pernikahan kekasihnya dengan Sang Ratu, menjadi sangat terluka. Ia pergi ke telaga, tempat perpisahannya dengan kekasihnya. Tempat terakhir ia bertemu dengan kekasihnya, Ksatria Damar Wulan. Di telaga itu, ia menangisi nasibnya. Menangisi cintanya.

Telaga itu sampai sekarang masih ada, tepatnya berada di Jember, Jawa Timur. Dan telaga itu pun, di namai

Telaga Anjasmoro.

Adapun Ksatria Damar Wulan, dia pun sama terlukanya. Dia memikirkan nasib Dewi Anjasmoro, kekasih yang di tinggalkannya. Ksatria Damar Wulan pun menciptakan sebuah syair atau kidung untuk kekasihnya itu.

Kidung itu di namai Kidung Asmorondo, yang artinya adalah Kidung Cinta. Kidung Asmorondono di abadikan sampai saat ini. Kita bisa menemukannya dalam buku-buku Sastra Jawa.

***

"Gredek. Gredek. Gredek."

Bunyi box makanan yang di dorong oleh pelayan.

Sudah tiba waktunya makan malam.

Oh iya,.. Sebenarnya tiket kereta yang aku pesan, di dalamnya tidak termasuk dengan makan malam di kereta.

Akan tetapi, karena aku pindah kereta, dari Kereta Argo Wilis ke Kereta Anjasmoro, ternyata tiketku di upgrade dengan plus makan malam di kereta.

Alhamdulillah,..

_____________Bersambung____________

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah.

Ini adalah karya pertama saya,.

Baruu belajar nulis

Beri dukungannya dengan cara

LIKE dan VOTE

Tinggalkan salam juga di kolom komentar.

 

❤️Rohana Kadirman❤️

Terpopuler

Comments

Fufa Reys

Fufa Reys

😊

2021-03-16

0

Habibi Isma

Habibi Isma

10 like dl banyal x iklan

2020-10-05

0

🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐

🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐

kk Anjasmoro...ehh..KK Hana aku dtng🤭

2020-10-02

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 68 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!