Hamzah bergegas keluar rumah, di teras depan, terlihat Mirza tengah duduk di kursi menunggunya.
"Assalamualaikum,... Hai Sodaraku !" Ucap Hamzah seraya mengembangkan kedua tangannya.
"Walaikumsalam,.!" jawab Mirza seraya berdiri.
Hamzah dan Mirza saling berpelukan dan berjabat tangan erat.
"Masya Allah,... Akhirnya pulang juga kamu Ham."
"Pulang lah Mir, kan ini rumahku."
"Ya,... Ta pikir kamu mau jadi warga negara Mesir Ham."
"Gak Lah,... Jiwaku tetap Cinta Indonesia." Ucap Hamzah seraya menepuk dadanya dengan kepalan tangan kanannya.
"Ha ha ha,..." Mirza tergelak.
"Jauh-jauh ke Mesir, tinggal di sana puluhan tahun, mosok pulang sendirian Ham,..? Harusnya kamu pulang bawa gadis Egypt "
"Waduuh,... Aku ke Mesir nyari ilmu Mir, bukan nyari istri."
"Yoo,... Sekalian. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Ha ha ha." Ucap Mirza sambil tergelak tawa sekali lagi.
"Halaah, lha kamu sendiri gimana? Wong kamu juga masih sendiri gitu loh."
"Aku mau jagain adek perempuanku dulu lah, Kalau Aisyah sudah nikah, baru aku cari istri."
"Kalau gitu aku juga mau jagain adekku dulu. Biarlah Laila dan Hindun yang nikah duluan."
"Ha Ha Ha."
Tawa Hamzah dan Mirza berbarengan.
Ya,... Baik Hamzah maupun Mirza, mereka sama-sama mempunyai adik perempuan. Mirza mempunyai seorang adik, yaitu Aisyah. Sedangkan Hamzah memiliki dua orang adik kembar, namanya Laila dan Hindun.
Dua orang sahabat yang baru saja berjumpa setelah sekian tahun lamanya itu, Asyik bercengkerama saling berbagi kisah hingga hampir larut malam.
"Ham, aku pulang dulu lah, nanti lain kali kita bertemu. Jalan-jalan ke bengkelku, aku buka usaha bengkel mobil di dekat pengkolan." Ucap Mirza pamit.
"Oh, iyo, tunggu dulu sebentar."
Hamzah masuk ke dalam rumah, sesaat kemudian dia keluar sambil membawa sebuah kantung plastik berwarna putih di tangannya.
"Ini oleh-oleh Mesir. Salam untuk keluargamu." Ucap Hamzah sembari menyerahkan kantong plastik itu kepada Mirza.
"Oh. Masih kebagian oleh-oleh ternyata. Terimaksih.Yo wes, aku pulang dulu. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
***
Hari ini Pondok Pesantren Al Fallah terlihat sangat ramai, seperti tengah ada perhelatan akbar. Di depan halaman masjid, berdiri tenda-tenda besar berwarna biru. Di dalam tenda, berjejer kursi-kursi plastik, yang sebagian besar sudah terisi.
Rupanya, hari ini ada Pengajian Akbar, yang sekaligus di rangkaikan dengan acara penamatan sekolah.
Ya,... Hari ini adalah hari penerimaan ijazah sekolahku. Aku telah lulus dari Madrasah Aliyah, dan siap untuk menyongsong babak baru di jenjang pendidikan yang berikutnya. Jenjang perkuliahan.
Aku menatap Ayah dan Ibu yang juga sudah hadir, duduk di barisan terdepan. Ayah memakai baju batik bercorak burung merak warna merah bata, sedangkan ibu memakai gamis dan kerudung dengan warna yang yang senada. Sesekali mereka terlihat bercengkerama dengan beberapa orang tua murid lainnya.
Meski dari kejauhan, aku bisa melihat wajah mereka berdua, terlihat sangat antusias dan penuh semangat. Rona kebahagiaan dan rasa syukur atas kelulusanku, terpancar jelas di wajah mereka berdua.
Ah,.. Ayah, ibu. Aku sangat mencintai kalian berdua.
Tiba-tiba sebersit rasa haru menghampiriku.
"Aishy, setelah lulus, kamu mau lanjut kuliah di mana ?" Mila yang duduk sebelah kiriku bertanya.
"Insya Allah, aku mau kuliah ke Jakarta Mil, sama Nuri."
"Hey,... Apa ?"
Nuri yang duduk di sebalah kananku menoleh, karena merasa di sebut namanya.
"Gak,... Ini loh, Mila tanya. Setelah lulus kita mau lanjut kemana ?" Ucapku menjelaskan.
"Oh, kirain manggil aku." Nuri tersenyum meringis.
"Kalian berdua itu ya, pokoknya gak terpisahkan. Dimana ada Aisyah disitu ada Nuri. Untung kalian bukan cowok-cewek. Kalau cowok-cewek, kalian mungkin berjodoh nanti." Ucap Mila Bercanda.
"Kalau kamu Mil? Mau lanjut kemana ?" Aku balik bertanya kepada Mila.
"Ah, aku lanjut disini aja Aishy. Tembakanku sih di UGM. Kalau lolos sih."
"Semoga nanti lolos Mil." Ucapku memberi support kepada Mila.
"Kamu kenapa gak kuliah di Jogja aja sih Aishy? Coba test ke UGM juga. Wong universitas terbaik di Indonesia itu adanya di Jogja, kog malah kamu mau ke Jakarta."
"Aku pengen merantau Mil. Pengen merasakan hidup di luar Jogja. Dari lahir sampe tamat sekolah, aku sudah di Jogja, sama-sama orang tua terus. Jadi saat kuliah, aku pengen belajar mandiri. Itu pun aku hampir gak di izinkan sama ayahku Mil,. Untung Nuri juga sama kayak aku, pengen kuliah ke Jakarta juga. Jadi deh, aku dapat restu, karena ada temanku. Dan untungnya ibuku juga mendukungku."
"Oh,..." Ucap Mila sembari mengangguk-anggukkan kepala.
Tak lama kemudian, acara pun di mulai. Ustadz Bilal, selaku pembawa acara, naik ke atas podium.
"Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarokatuh...!"
Ustadz Bilal membuka Salam.
"Walaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh"
Hadirin menjawab salam dengan serempak.
"Terimakasih kami haturkan kepada Bapak Ibu hadirin sekalian, para tamu undangan, serta anak-anak murid kami yang tercinta. Saya selaku pembawa acara, akan menyampaikan susunan acara."
Ustadz Bilal berhenti sejenak, kemudian matanya beralih menatap kertas yang sedari tadi di pegangnya.
"Susunan acara pada hari ini adalah sebagai berikut :
1.Pembukaan
2.Tilawah Al-Quran
3.Sambutan Ketua Panitia
4.Tausyiah
5.Penamatan
6.Penutup/ Doa
Baiklah, untuk mempersingkat waktu, marilah kita buka acara hari ini dengan sama-sama membaca Basmalah."
"BISMILLAHIRROHMAANIRROMIH."
Serempak suara hadirin bergema.
"Acara selanjutnya, adalah Tilawah Al-Qur'an, yang akan di bacakan oleh Ananda Uztadz. Hamzah Al-Ghazali. Kepada ananda ustadz, kami persilahkan dengan hormat."
Ustadz Bilal berjalan meninggalkan podium, lalu duduk di kursi dekat sound system.
Mendengar nama Mas Hamzah di sebut, entah mengapa perasaanku berdebar-debar.
Ah kenapa aku ini ?
Buru-buru ku tepis perasaanku.
"Aishy, Aisyah.... Itu pangeranmu, lihat. Masya Allah guantengnya.... Itu manusia opo malaikat ?"
Nuri berbisik pelan di dekat telingaku. Jelas dia sedang menggodaku.
Aku menyikut lengan Nuri. Dan berpura-pura mengabaikan ucapannya barusan.
"He he he Bercanda." Nuri cekikikan.
Tapi, seperti ada magnet kuat yang menarik diriku. Aku melirik sebentar ke arah Mas Hamzah yang tengah berjalan ke atas mimbar. Begitu ia berbalik menghadap ke depan,...
"Blaaaar !!"
Sesuatu meletup di hatiku. Seorang pria gagah, memakai baju kurta warna abu-abu, dan sorban putih yang di lilit di kepalanya dengan cara yang sangat rapi sedemikian rupa. Hidung arabnya yang mancung aduhai, jenggot pendek rapi, serta gurat cambang tipis di sepanjang pelipis.
Benar saja, dia manusia atau malaikat ??
Astaghfirullah.
Aku buru-buru menundukkan pandangan.
Apa yang terjadi denganku ya Robb ?
Aku sebisa mungkin berusaha meredam debaran di dalam dadaku. Tapi kenyataannya, ketika Mas Hamzah mulai membaca tilawah surah Ar-Rahman dengan suara yang sangat merdu,. aku semakin jauh terjatuh.
"Fabiayyi Alaa Irobbikumaa Tukadzibaan,..."
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan ???"
________________Bersambung_______________
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah.
Ini adalah karya pertama saya,.
Baruu belajar nulis
Beri dukungannya dengan cara
LIKE dan VOTE ya,..
Tinggalkan salam juga di kolom komentar.
❤️Rohana Kadirman❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Fufa Reys
🌸
2021-03-15
0
Dhina ♑
Religius banget nih karya 👍👍
2021-01-08
0
Zia Azizah
KYT hdir lagi mbak ee
2020-10-31
0