Pernikahan Ningrat

Hari ini, rumah kediaman Kanjeng Raden Mas Surya Atmaja terlihat sangat ramai dan meriah. Hilir mudik berlalu-lalang orang-orang dengan berbagai macam kesibukan.

Para wanita terlihat anggun memakai busana kebaya serta bersanggul di kepala. Sementara para lelaki terlihat memakai baju batik beraneka corak dan warna, beberapa terlihat mengenakan blangkon, yaitu penutup kepala sejenis topi kupluk khas Jogjakarta.

Rupanya, hari ini adalah hari pernikahan putri bungsu Raden Surya, yang bernama Kanjeng Raden Ayu Windanarti Atmaja.

Sebenarnya, hiruk pikuk kesibukan di kediaman Raden Surya, sudah berlangsung sejak tujuh hari yang lalu. Dimana berbagai prosesi adat istiadat pernikahan khas Jogja di laksanakan.

Prosesi adat sebelum pernikahan, di awali dengan pemasangan Tarub dan Tuwuhan. Tarub adalah rumah-rumahan yang beratapkan daun kelapa berhiasakan anyaman yang juga berasal dari daun kelapa.

Sedangkan Tuwuhan, adalah tumbuh-tumbuhan yang di pasang di sisi kanan-kiri gerbang. Tuwuhan terdiri dari pohon pisang raja yang berbuah, batang tebu, kelapa muda, daun randu, serta janur kuning.

Pemasangan Tarub dan Tuwuhan, merupakan penanda bahwa si empunya rumah akan melaksanakan hajatan mantu atau pernikahan.

Prosesi adat berikutnya adalah Siraman. Yaitu prosesi memandikan calon pengantin dengan air bunga tujuh rupa.

Prosesi Siraman ini mengandung makna membersihkan diri atau mensucikan diri. Calon pengantin di mandikan oleh kedua orang tuanya, dan juga para pinisepuh yang di anggap berhasil dalam pernikahan mereka.

Setelah Siraman, di lanjutkan dengan prosesi Ngerik, yaitu menghilangkan rambut-rambut halus di sekitar dahi. Prosesi Ngerik ini mengandung makna membuang segala hal buruk dari si calon mempelai wanita.

Malam harinya, di lanjutkan dengan prosesi Midodareni. Midodareni berasal dari kata Widodari atau Bidadari. Pada prosesi Midodareni ini, calon pengantin wanita di dandani layaknya bidadari, dan di pingit di dalam kamar, tanpa boleh keluar sekalipun.

Saat prosesi Midodareni, di langsungkan juga sekaligus dengan prosesi adat Tantingan, dimana ayah calon mempelai wanita menanyakan kemantapan hati putrinya untuk berumah tangga.

Dan,. hari inilah acara puncaknya, yaitu prosesi Pernikahan.

Aku yang juga sudah hadir sejak dua hari lalu di sini, juga tak mau kalah antusias ikut menyambut moment hari bahagia Winda, sepupuku.

Hari ini aku juga memakai baju kebaya, seragam khusus yang telah di persiapkan untuk para anggota keluarga. Bedanya,. aku tak memakai sanggul di kepala. Tentu saja,. mahkotaku harus tetap terjaga dalam balutan hijabku.

Selesai berpakaian, aku masuk ke kamar Winda. Terlihat Winda duduk di depan cermin, ia baru saja selesai di rias.

Perias pengantin terlihat mengemas dan merapikan segala peralatannya, lalu memasukkannya ke dalam box khusus.

*Windanarti Atmaja (ilustrasi visual)

Winda terlihat sangat cantik dan anggun dalam balutan pakaian pengantin Paes Ageng berwarna hijau tua. Sanggul indah dengan hiasan cunduk mentul berkilauan serta untaian bunga melati yang menjuntai hingga ke dadanya, terlihat sangat cocok dengan wajah cantik Winda. Winda benar-benar terlihat seperti seorang putri raja.

" Winda,... Masya Allah,.. kamu cantik bangeeet " Ucapku memuji Winda.

" Eh,. kiraian siapa " Ia tersenyum begitu melihatku datang.

" Harus cantik dong,.. kan hari ini aku yang jadi ratunya " ucap Winda sembari tertawa renyah.

" Kamu nanti juga cepetan nyusul " Winda melanjutkan.

" Aduh,. Win,.. Gak mau aku. Baruu aja aku tamat sekolah Win. Belum cukup seminggu aku terima IJAZAH, masak harus IJAB SAH ? " Aku menanggapi ucapan Winda dengan bercanda.

" Aku mau kuliah dulu Win,... Gak mau aku cepet-cepet nikah " Ucapku sembari merapikan ujung bagian belakang kebaya Winda.

" Mau lanjut kuliah kemana Aishy ? "

" Aku mau ke Jakarta Win,. "

" Sebenarnya aku juga masih ingin fokus kuliah, pengennya gak buru-buru nikah. Tapi malah di suruh nikah sama bapakku. Bapak memgambil contoh Mbak Syila dan Mbak Reni, yang juga menikah saat masih kuliah, dan bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik " Ucap Winda.

Mbak Syila dan Mbak Reni adalah kakak Winda. Sesaat terlihat ada mendung melintas di wajah Winda.

Aku tau, Winda menikah karena di jodohkan, sama seperti kedua kakaknya dulu.

" Iya,... Pakde Surya ada benernya kog Win, kan setelah nikah masih bisa lanjut kuliah lagi. Aku juga,. seandainya pas kuliah nanti, trus tiba-tiba datang jodohku, ya udah gak apa-apa, nikah aja. Kan syarat nikah gak harus lulus kuliah dulu. ya kan,..he he he "

Aku berusaha menghibur Winda.

" Kreeek,...! "

Tiba-tiba pintu kamar di buka dari luar. Budhe Sunarti, ibu Winda, masuk ke dalam kamar melihat kesiapan putrinya.

" Ndok,.. Cah Ayu,.. siap-siap. Mempelai pria sudah datang " Ucap Budhe Sunarti sembari mengelus punggung Winda.

" Oh,.. ada Aisyah juga toh,."

" Inggeh Budhe,. "

Sahutku sembari tersenyum dan membungkuk ke arah Budhe Sunarti.

" Iyo ndok,. Harus deket-deket Winda,. biar cepet ketularan "

" He he he,. "

Aku hanya tertawa kecil, bingung harus menjawab perkataan Budhe Sunarti.

 

***

 

Akhirnya prosesi pernikahan Winda dan Dimas selesai di laksanakan.

Prosesi ijab-kabul pun tadi berjalan cukup lancar. Dimas hanya perlu melafalkan satu kali kalimat ijab-kabul, lalu kemudian SAH !

Mereka berdua kini tengah duduk bersanding di pelaminan.

Dimas adalah anak dari Raden Sayekti, yang merupakan keturunan bangsawan dari jalur Raden Kertapati. Sedangkan Raden Kertapati sendiri, adalah saudara dari Raden Atmaja. Dan Raden Atmaja, adalah kakek buyut ayah juga Pakde Surya. Artinya,. Winda dan Dimas masih dalam satu jalur silsilah keluarga.

Jika di lihat sekilas,. antara Dimas dan Winda memang terlihat cukup serasi. Tapi sebenarnya,. perbedaan usia keduanya cukup jauh. Dimas usianya 13 tahun lebih tua di bandingkan Winda.

Ya,.. demikianlah kalau jodoh. Tak bisa di pinta, ataupun di tolak.

" Haloo,.. Jeng Wijaya,.. Duh,. lamanya baru berjumpa "

Seorang wanita menyapa dan menyalami ibu. Aku yang duduk di samping ibu, ikut tersenyum dan menyalaminya.

" Iya Jeng Arta,. sama-sama sibuk ya Jeng,.. Gimana kabarnya Jeng ? " ucap ibu.

" Alhamdulillah,.. sehat. Ini aku lagi menjalani diet loh jeng,.. sudah setahun aku jadi vegetarian. Lihat nih,. aku lebih langsing kan sekarang ? "

Jeng Arta memiringkan sedikit badannya, memamerkan pinggangnya kepada Ibu dengan penuh rasa bangga.

" Wah,.. kalo Jeng Arta mah sudah cantik dari dulu Jeng. Gak diet juga sudah langsing kog jeng,.." Ucap ibu sembari tersenyum simpul.

" Ah,.. Jeng Wijaya bisa aja memujinya "

Jeng Arta tersenyum sumringah.

" Ngomong - ngomong,. kapan mantu Jeng,..? duh,.. Aisyah sudah gadis sekarang. Dak lama nyusul Winda " Ucap Jeng Arta sambil melirik ke arahku.

Jeng Arta adalah saudara sepupu Ayah dari Semarang. Jadi masih Budhe ku juga.

" Aisyah katanya mau kuliah dulu kog jeng,. gak pengen buru-buru nikah. Mirza juga masih santai hidup membujang. Jadi kalo di tanya kapan mantu,. sepertinya masih lama jeng,. "

" Jangan lama-lama jeng. Mumpung Aisyah masih seger-segernya,. Tuh,.. Tinggal milih.. Raden-raden bagus berjejer di sana "

Jeng Arta mengangkat jempolnya ke arah sekumpulan pria muda yang tengah asyik ngobrol. Di antara mereka, terlihat mas Mirza, sepupuku Hendra dan Toni, Malik, Febri, dan sebagian lagi aku tak mengenalnya. Yang jelas,. mereka semua adalah para pemilik gelar Raden dari orang tuanya.

" Kalo saya sih terserah anak saja Jeng,.. gak pengen memaksakan. Terserah jodohnya nanti,. mau yang raden atau pun bukan,. jodoh kan sudah ketentuan Allah jeng,.. "

" Eiiits,.. jangan begitu Jeng. Terlebih kalo untuk anak perempuan. Kita sebagai orang tua harus tebang pilih. Lihat Bibit, Bobot, dan Bebet nya. Kalo sampai Aisyah nikah sama laki-laki biasa,. maka hilanglah nanti gelar bangsawannya. Anak keturunannya sudah gak punya darah ningrat lagi "

" Gelar bangsawan tidak mutlak jadi rujukan kog Jeng,.. Yang penting Agama dan Akhlak nya bagus. Bagi saya itu sudah cukup "

" Waduuuuh Jeng,.. keturunan ningrat itu berbeda orang biasa. Darah ningrat itu harus di jaga. Kalo semua keturunan ningrat sama pola pikirnya seperti itu jeng,.. bisa-bisa habis keturunan bangsawan. tidak ada lagi raden-raden bagus maupun raden ayu "

Nada bicara Jeng Arta mulai terlihat sinis.

Aku yang ikut mendengarnya merasa sangat sebal. Bisa-bisanya dia bicara seperti itu kepada ibu. Padahal seharusnya dia tahu, bahwa ibu juga bukan keturunan ningrat.

" Bagi saya kebahagiaan anak itu yang utama Jeng,.. Mas Wijaya juga gak ingin menjodoh-jodohkan anaknya"

" Di jodohkan itu kan hanya awalnya saja yang tidak suka. Witeng Tresno, jalaran soko kulino. Cinta itu datang karena kebiasaan. Kalo sudah hidup bersama-sama, maka cinta pasti tumbuh juga"

" Kalo jeng Arta mau menjodoh-jodohkan anak jeng Arta,. ya Monggo, silahkan saja. Itu terserah Jeng Arta,."

Ibu terlihat mencoba tetap berbicara sopan.

" Bagi keluarga Inti mempelai wanita,.kakek-nenek, Paman-bibi, dan sepupu-sepupunya,. di persilahkan untuk naik ke atas pelaminan, untuk di ambil foto bersama kedua mempelai "

Pembawa acara pernikahan memberikan pengumuman melalui speaker.

" Bu,. Ayo kesana,. sudah waktunya berfoto keluarga. keluarga inti di panggil untuk perfoto di pelaminan bersama kedua mempelai "

Aku buru-buru mengajak Ibu, senang rasanya menemukan alasan tepat untuk segera menghindar dari Budhe Arta yang super nyinyir bicaranya.

" Kalo gitu monggo Jeng Arta,. saya naik ke pelaminan dulu untuk berfoto keluarga " Ibu pamit kepada Jeng Arta.

Prosesi adat pernikahan Winda di langsungkan hingga sore hari.

Mulai dari prosesi Ijab kabul tadi, kemudian di lanjutkan dengan prosesi Panggih, Penyerahan Sanggan, Balangan Gantal, Wijikan, Pondongan, Tampa Kaya, Dahar Klimah, Ngunjuk Rujak Degan, Mapag Besan, dan terakhir adalah prosesi Sungkeman. Yaitu dimana kedua mempelai melakukan ritual sungkem/sujud meminta restu dan permohonan maaf kepada kedua orang tua.

Winda terlihat menangis saat proses sungkeman tadi.

Selanjutnya,. malam nanti, akan di adakan malam resepsi pernikahan.

Apakah sudah selesai sampai disitu ?

Ternyata tidak, keesokan harinya,. Winda akan di boyong ke rumah mempelai pria. Disana, di rumah mempelai pria, serangkaian upacara adat istiadat yang harus di laksanakan sudah berjejer menantinya.

Fiuuuh,.. Aku yang hanya membayangkannya saja sudah merasa kelelahan.

Luar biasa ya prosesi pernikahan keturunan ningrat ini.

Rasanya,. kalo aku nikah nanti, tak ingin aku melakukan seluruh ritual adat sebanyak ini.

Uppss !! Nikah?? Kog aku tiba-tiba kepikiran juga soal nikah?? Kuliah Aisyah,.. Kuliah,. !

______________Bersambung______________

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah

Ini adalah karya pertama saya,.

Baruu belajar nulis

Beri dukungannya dengan cara

LIKE dan VOTE ya,..

Tinggalkan salam juga di kolom komentar.

 

❤️Rohana Kadirman❤️

Terpopuler

Comments

siti rukmini

siti rukmini

waaah.... keren thro ceritanya😊semangat terus dan sukses selalu 😊😘😘😘

2020-11-02

0

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

semangat, aku boom like dulu 5 bab ya..
ditunggu feedback ny kak

2020-10-20

0

Nuriani Nur

Nuriani Nur

Lanjut umm

2020-09-22

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 68 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!