Mirza

Pagi-pagi sekali Mirza memanaskan mobilnya. Dia akan mengantarkan adiknya ke Stasiun Tugu.

Aisyah, adik perempuannya satu-satunya itu, akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikananya disana. Kuliah di Jakarta.

Selain mengantar adiknya, Nuri tetangganya juga ikut. Nuri adalah tetangga sekaligus teman adiknya. Mereka akan bersama-sama kuliah di Jakarta.

Selesai menaikkan barang bawaan Adiknya, dan juga barang bawaan Nuri, ke dalam bagasi mobil, mereka pun berpamitan.

"Hati-hati di jalan yo nduk, segera kabari ibu kalau kamu sudah tiba di Jakarta."

Bu Wijaya memeluk putrinya, Aisyah, dengan penuh rasa haru. Ini memang kali pertama Ia akan berpisah dengan putri tercintanya itu.

"Kamu anak perempuan ayah satu-satunya, jaga diri baik-baik di Jakarta. Ingat selalu pesan ayah."

Pak Wijaya mengelus kepala putrinya dengan penuh rasa kasih sayang. Jika di suruh jujur, rasanya ia belum mampu untuk melepas putrinya itu. Di matanya, Aisyah masihlah seorang putri kecil baginya.

Nuri juga ikut menyalami Pak Wijaya dan Bu Wijaya.

"Yo wes,.. Pak, Bu, kami berangkat sekarang. Takut ketinggalan kereta. Assalamualaikum." Ucap Mirza.

"Walaikumsalam." Sahut Pak Wijaya dan Bu Wijaya bersamaan.

Mirza pun menyalakan mobilnya. Dan perlahan, mobilnya melaju meninggalkan halaman rumahnya.

Di sepanjang jalan, Mirza, Aisyah dan Nuri, mereka bertiga lebih banyak diam.

Melalui kaca spion tengah, Mirza melirik adiknya. Aisyah terlihat sedang menangis. Sesekali ia terlihat mengusap air matanya.

"Ah...dasar gadis kecil manja ini...bagaimana nanti dia kalau di Jakarta? Untung saja ada Nuri." Mirza membatin.

Dia sangat tahu sifatnya adik perempuannya itu yang sangat manja.

Setelah perjalanan sekitar 1 jam, akhirnya mereka tiba di Stasiun Tugu.

Mirza menurunkan barang bawaan dari bagasi mobil, lalu membawanya sampai ke depan pintu masuk stasiun.

"Mas cuma bisa antar sampai disini."

"Nanti setelah masuk, kalian check in di loket. Cari counternya Kereta Argo Wilis. Kalau bingung, tanya sama petugas di dalam. Ada juga sebenarnya mesin check in mandiri, lebih cepat, tidak perlu antre."

Mirza memberi arahan kepada Aisyah dan Nuri.

"Baik Mas." Aisyah lantas bersalaman dan mencium tangan kakaknya. Kemudian ia dan Nuri masuk ke dalam Stasiun.

Begitu adiknya sudah masuk, Mirza segera memacu kembali mobilnya ke arah Tegalrejo, pulang.

Di sepanjang jalan, hujan turun dengan deras. Memang sekarang sudah masuk musim penghujan. Dan Jogja, termasuk salah satu daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Setibanya di Tegalrejo, Mirza tidak kembali ke rumah, melainkan terus ke bengkelnya. Siang ini, ia janjian bertemu dengan Hamzah di bengkel.

*Mirza (Ilustrasi Visual)

Sedari kecil, Mirza memang mempunyai ketertarikan dengan dunia perbengkelan. Seringkali dulu, ia dengan sengaja mengambil kotak perkakas milik ayahnya, lalu pura-pura memperbaiki sepeda.

Pernah juga, ia sampai dimarahi, gara-gara melepas ban sepeda milik ayahnya, dan membongkar rantai sepedanya hingga putus.

Saat SMA, Mirza sekolah di SMK Tegalrejo, dan memilih kelas Otomotif. Dan saat kuliah, Mirza mengambil jurusan fakultas Teknik Mesin di UGM.

Setelah lulus kuliah, di saat teman-temannya yang lain memilih untuk memulai karir dengan bekerja di kantoran, atau mengundi nasib dengan mendaftar sebagai CPNS, Mirza justru sama sekali tidak tertarik.

Ayahnya sempat protes, karena Mirza sama sekali tidak mau menggunakan ijazah sarjana nya.

"Mirza, tahun ini sudah terbuka pendaftaran CPNS, coba-coba lah ikut mendaftar Mirza, nasib orang tidak ada yang tahu, siapa tau beruntung, bisa lolos tes." Ucap Ayahnya.

"Saya gak tertarik jadi ASN ayah,.. apa enaknya jadi ASN?"

"Loh,.. lah itu kamu sekolah juga dari gajinya ayah, gajinya seorang ASN."

"Justru itu, saya lihat hidupnya ayah tidak enak dalam pandangan saya. Tiap hari ngantor, bahkan saat di rumahpun kadang ayah masih bawa kerjaan dari kantor."

"Tapi kalo jadi ASN, kan ada tunjangan hari tua. Biar sudah pensiun, atau misalkan ayah nanti sudah meninggal, gaji ayah masih bisa kalian nikmati."

"Kalau masalah rezeki Yah, gak harus jadi ASN juga pasti ada jalan rezeki sendiri."

"Tapi mosok kuliah lama-lama, Ijazahmu di anggurkan lee,... Opo gak eman-eman Lee ?"

"Saya kuliah untuk dapat ilmunya Yah, kalau ijazahnya kan hanya formalitas saja, hanya penanda, sebagai kenang-kenangan bahwa saya pernah kuliah."

Setelah diskusi itu, ayahnya tak pernah lagi menyinggung masalah mendaftar CPNS.

Mirza memulai usahanya, dengan membuka bengkel kecil-kecilan di pengkolan jalan.

Seringkali ada yang menertawakan dan meremehkan dirinya.

"Wes jaaan Mirza. Sarjana, anake Raden, kog malah jadi tukang tambal ban." Begitu kelakar sebagian orang yang mampir ke bengkelnya.

Namun berkat kegigihannya, akhirnya waktu bisa membuktikan. Bengkel tambal ban itu sekarang sudah berubah menjadi ruko dua tingkat, yang ia miliki sekarang.

Mirza membelokkan setir mobilnya, memasuki pelataran bengkel miliknya, lalu memarkir mobilnya

Di lihatnya, di dalam toko Parto sedang sibuk melayani customer, sedangkan Paijo dan beberapa montir lainnya sibuk dengan mesin mobil. Ada juga dua karyawan yang sedang mencuci mobil.

"Siang Boss,..!" Ucap mereka saat melihat Mirza turun dari mobil.

Mirza masuk ke dalam.

"Parto,. tadi sudah ada Hamzah datang kesini belum?"

"Belum Mas,. belum ada datang."

"Oh,. yo wes,.. kalau datang Hamzah, suruh naik ke atas yo."

"Baik Mas."

Mirza naik ke lantai atas, menuju ruang kerjanya.

Sesampainya disana, Mirza langsung menelpon ibunya di rumah. Mengabari ibunya bahwa Aisyah sudah sampai di stasiun, dan ia sudah pulang tapi langsung terus ke bengkel.

Tak lama kemudian, di depan terlihat sebuah mobil rush berwarna abu-abu metalik memasuki halaman. Hamzah keluar dari mobil dan langsung menuju tempat kerja montir.

"Monggo Mas." Paijo yang sedang di sibuk di depan kap mesin sebuah mobil melihat Hamzah datang, kemudian mempersilahkannya.

"Itu mobilku Jo, ganti ban depan belakang. Carikan ban yang gigi kasar, musim hujan iki soalnya."

"Baik Mas." Jawab Paijo.

"Habis ganti ban, cucikan sekalian mobilnya."

"Inggeh Mas, SIAP !"

"Ini kuncinya." Hamzah menyerahkan kunci mobilnya kepada Paijo. Kemudian ia masuk ke dalam toko.

"Monggo Mas,..." Parto yang melihat Hamzah masuk langsung menyapanya.

"Boss mu sudah datang To?" Mirza bertanya kepada Parto. Yang dia maksud Boss adalah Mirza.

"Sudah Mas. Langsung saja naik ke atas. Mas Mirza juga baru saja datang." Ucap Parto.

Hamzah naik ke lantai atas dan mengetuk pintu ruangan Mirza.

"Tok Tok Tok."

"Masuk!" Seru Mirza dari dalam.

Hamzah membuka pintu, lalu masuk dan mengucapkan salam.

" Assalamualaikum Boss,..."

"Walaikumsalam. Ha ha ha."

Mirza tergelak begitu melihat ternyata Hamzah yang masuk ke ruangannya, dan memanggilnya dengan sebutan boss.

" Bass Boss Bass Boss,. Bosok tah ?? Ha ha ha."

" Lha iyo...kan memang sudah jadi Boss sekarang kamu Mir." Ucap Hamzah sembari menyalami Mirza.

Mirza beranjak dari kursi kerjanya dan mengajak Hamzah duduk di sofa panjang.

Mirza kemudian meraih gagang telpon di dekatnya.

"Parto, suruh Tini bawakan kopi dua."

"Baik Mas." Sahut Parto di seberang telpon.

Mirza menutup gagang telponnya kembali.

"Piye kabare Ham? mobilmu kenapa?"

"Alhamdulillah baik Mir. Gak kenapa-kenapa, cuma aku suruh saja Paijo ganti bannya. Musim hujan ee sekarang, licin aspal."

"Iyo, aku tadi juga kehujanan pas pulang dari Gedongtengen."

"Oh,. dari Gedongtengen toh? Habis belanja barang poh?"

"Enggak, aku abis ngantar Aisyah dan Nuri ke Stasiun Tugu."

"Mau kemana Aisyah?"

"Berangkat ke Jakarta."

"Mau kuliah di Jakarta?"

"Iyo ee."

"Kenapa gak kuliah di UGM saja? dekat."

"Mau jagain MONAS katanya, takut di colong sama Londo. Ha ha ha." Ucap Mirza berkelakar.

Sementara itu, Hamzah termenung sesaat. Ada sesuatu yang tiba-tiba terasa mengganjal hatinya.

Aisyah ke Jakarta??

_____________Bersambung____________

.

.

.

.

.

.

.

.

Terimakasih sudah mampir membaca Novel Ayat Cinta Aisyah

Ini adalah karya pertama saya,.

Baruu belajar nulis

Beri dukungannya dengan cara

LIKE dan VOTE ya,..

Tinggalkan salam juga di kolom komentar.

 

❤️Rohana Kadirman❤️

Terpopuler

Comments

Zia Azizah

Zia Azizah

Aisyah dijakarta aku disidoarjo aja mbk ee 🤭🤭

2020-11-01

0

Hanifah

Hanifah

ceritanya bagus 👍👍👍

2020-09-25

0

Puan Harahap

Puan Harahap

sukses selalu

2020-09-25

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 68 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!