Setelah Sofia pergi dari apartemen Okka, Gio memerintahkan Okka untuk menyiapkan semua kebutuhan konferensi pers besok. Dia tidak ingin ada hal yang kurang sedikitpun. Semuanya harus sesuai rencana dia. Okka bahkan sampai heran, seorang Gio mau melakukan hal semerepotkan ini hanya demi Sofia. Karena belum pernah Gio melakukan ini dengan mantannya terdahulu.
Setelah urusan Gio dengan Okka selesai, dia pun kembali ke rumah untuk beristirahat. Sesampainya di rumah, semua pekerja di rumahnya terkejut dan memandangi Gio dengan tatapan bingung. Mereka semua terkejut dengan penampilan baru Gio. Karena Gio belum pernah memotong cepak rambutnya.
"Kamu, Gio anak bunda kan?" tanya Desi sambil meraba wajah Gio.
"Iya. Ini Gio, Bun" jawab Gio.
"Rambut kamu ke mana? Di bawa kabur sama tukang bakso mana?" kata Desi dengan tampang tak berdosa.
"Ya ampun bunda, Gio itu cuma potong rambut. Memang aneh ya?" tukas Gio.
"Baru semalam kamu nginep di apartemen Okka, pulang-pulang rambut kamu tinggal kenangan aja" sela Feri.
"Kamu jelasin sama ayah dan bunda, kenapa model rambut kamu kayak tentara gini?" ucap Desi.
"Jadi untuk beberapa bulan ke depan Gio akan menjadi bodyguard" balas Gio.
"Hah bodyguard? Kamu udah bosen jadi CEO? Atau uang hasil kerja kamu sebagai CEO kurang?" sambar Feri tak sabaran.
Gio menghela napas lalu berkata, "Ayah tenang. Tujuan Gio melakukan ini adalah untuk melindungi seseorang yang aku sukai. Kenapa aku harus menyamar menjadi bodyguard? Karena aku ingin tahu apakah dia bisa menerima aku apa adanya," jelas Gio.
Feri dan Desi saling memandang setelah Gio menjelaskan semuanya.
"Kamu menyukai wanita? Siapa dia? Kenapa kamu nggak pernah memberitahu kami?" tanya Feri.
Gio tersenyum dan menatap ayahnya penuh arti, "Besok ayah dan bunda akan tahu orangnya. Yang terpenting Gio meminta dukungan dari ayah dan bunda," ucap Gio.
"Pasti sayang. Bunda akan selalu mendukung kamu" ucap Desi sambil mengelus kepala Gio yang pelotontos.
"Ih geli banget sih kepala kamu" jerit Desi bergidik geli saat meraba kepala Gio.
"Bunda jangan ngeledek anak kita dong. Pelontos kayak gitu juga tetep cakep" goda Feri.
"Iya suka-suka bunda aja. Gio mau ke kamar dulu" kata Gio kemudian berlalu meninggalkan kedua orang tuanya.
Desi melirik ke arah Feri sebelum berkata, "Yah, kira-kira siapa perempuan yang disukai oleh Gio?" tanya Desi.
"Ayah juga nggak tahu, Bun. Semoga ini adalah pencarian Gio yang terakhir. Ayah kasihan melihat Gio yang selalu gagal dalam urusan percintaan" balas Feri.
"Aamiin semoga ya, Yah" ucap Desi.
*****
Setelah Sofia mengantar Alin pulang ke rumahnya, dia tidak langsung pulang ke rumah. Tapi mampir ke sebuah taman yang cukup jauh dari pusat kota. Ini adalah tempat di mana Sofia akan selalu berada di sana saat dia ingin mendapat ketenangan. Tempat yang sepi, udara segar, nyaman, dan jauh dari keramaian.
Sofia duduk di salah satu bangku yang terbuat dari kayu bekas pohon yang tumbang. Banyak hal yang mengganggu pikiran Sofia saat ini. Tidak hanya gosip tentang dia dan Diego, tetapi tentang reputasi keluarganya.
Mungkin jika dilihat dari luar, Sofia adalah sosok perempuan yang angkuh, cuek, dan menyebalkan. Tapi jika dia atau keluarganya dalam masalah, maka Sofia adalah orang yang paling memikiran masalah ini hingga Sofia tertekan dibuatnya.
"Kenapa sih harus ada masalah kayak gini? Kenapa juga Diego sengaja melakukan ini? Memang di dunia ini nggak ada cewek lain yang bisa dia jadiin bahan pelampiasan apa?" gerutu Sofia.
Tiba-tiba HP Sofia berdering. Dia mengambil HP-nya dari dalam tas. Dan terlihat di layar HP nama kakak dari papahnya di Polandia menelpon Sofia.
"Halo Bi" jawab Sofia dengan nada datar.
"Sofia, bibi sudah melihat berita tentang kamu dan Diego di media sosial."
"Lalu, apa yang ingin bibi lakukan?"
"Bibi akan membantu kamu, agar gosip itu menghilang dan nama kamu bersih."
"Memang apa?" Sofia mulai curiga dengan gelagat bibinya satu ini.
"Bibi memiliki kenalan seorang pengusaha di Polandia. Dia kaya dan masih muda. Kamu bisa menikah dengan dia. Dengan begitu gosip itu akan menghilang jika kamu menikah dengan dia."
Tanpa disangka-sangka Sofia justru tertawa terbahak-bahak. Bibinya pun merasa heran dengan Sofia.
"Aku tahu tujuan bibi yang sebenarnya itu bukan ingin membantu aku, tapi ingin menjualku kepada pengusaha itu kan? Apa harta warisan papahku yang bibi rebut sudah habis? Sehingga bibi sudah tidak memiliki apapun?" sindir Sofia dengan nada tajam.
"Jaga bicara kamu, Sofia. Aku ini bibimu. Mana mungkin aku melakukan itu."
"Baiklah, jika kamu memang bibiku, mana ada seorang kakak ipar yang tega menjual adik iparnya kepada laki-laki lain disaat suami adik iparnya sedang pergi ke luar negeri?" Sofia kembali mengingat perlakuan buruk bibinya terhadap mamahnya dulu saat masih tinggal di Polandia.
"Bibi tidak pernah melakukan itu."
"Bibi, aku memang masih kecil pada saat itu. Tapi aku tidak sebodoh yang bibi pikirkan. Sudah cukup harta papah yang bibi ambil, karena aku tidak akan memberi bibi uang sepeserpun. Bibi punya anak kan? Suruh anak-anak bibi bekerja" tegas Sofia.
"Kurang ajar kamu Sofia."
Sofia langsung mematikan telepon setelah bibinya mengatakan itu dan sebelum wanita tua itu mengatakan hal-hal yang lain lagi. Yang bisa membuat telinga Sofia memanas.
"Dasar keluarga licik. Paling nggak bisa anteng kalau ada saudaranya yang punya banyak duit. Kakak macam apa sih bibi itu? Kakek aja setuju papah nikah sama mamah. Kenapa dia justru mau jual mamah? Dikira mamah itu bawang apa?" omal Sofia sampai bibirnya bisa dikucir.
Setelah beberapa lama berada di taman, karena hari sudah sore, Sofia pun beranjak meninggalkan taman dan pulang ke rumah. Sudah tiga hari, masih ada beberapa wartawan yang berdiri di depan rumahnya. Justru wartawan semakin rajin berdiri di depan rumahnya setelah pernyataan dari Diego yang mengatakan bahwa hubungannya dengan Diego benar adanya.
Sofia sudah memarkirkan mobil di dalam garasi. Kemudian bergegas masuk ke dalam rumah.
"Sofia, kamu dari mana aja sih? Mamah itu khawatir sama kamu tahu" cecar Astrid saat melihat Sofia masuk ke dalam rumah.
Sofia menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa dan memilih duduk di tengah keduanya.
"Kamu itu kalau ditelepon orang tua diangkat dong" sambung Bastian.
"Maaf, Pah, Mah. Tadi Sofia kan lagi nyetir. Mana bisa ngangkat telepon" jawab Sofia.
"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Astrid sambil meraba tubuh Sofia.
"Aku baik-baik aja. Memang aku kenapa?" kata Sofia.
"Sudah beberapa hari ini wartawan terus saja berada di depan rumah kita, papah khawatir kamu kenapa-napa" balas Bastian.
"Sofia nggak akan kenapa-napa. Soalnya mulai sekarang sampai seterusnya selama Sofia menjadi brand ambassador Herm's Group, perusahaan itu menyiapkan seorang bodyguard untuk menjaga Sofia" jelas Sofia.
"Oh ya bagus dong. Kalau begitu mamah bisa tenang" seru Astrid merasa tenang.
"Lalu bagaimana perkembangan gosip kamu dengan Diego? Apa kamu tidak akan bertindak?" tanya Bastian.
"Besok aku akan mengadakan konferensi pers dengan Herm's Group. Sofia minta doanya ya, semoga acara besok lancar. Dan nama baik Sofia kembali bersih" ujar Sofia.
"Pasti sayang" jawab Bastian dan Astrid bersamaan lalu memeluk Sofia dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Wati_esha
Lancar jaya nih, Sofia. Bibinya buang ke laut saja...
2020-10-08
5
Della Encha Kewilaa Manuputty
👍👍❤️❤️❤️
2020-08-04
3
Penikmat Sunyi
Lanjut Thor makin greget 😉
2020-07-22
0