“Kemari,” titah Aqwa yang sudah langsung menatap marah Asih.
Asih yang sadar bahwa kini pemuda di hadapannya sudah langsung marah, jadi deg-degan. Iya, Asih takut apalagi ketika Aqwa dengan sengaja menggandengnya kemudian membuat mereka berdiri di depan cermin rias dan awalnya sudah ada di hadapan Aqwa.
Tak diduga, di cermin tersebut, wujud asli Asih terpampang dengan sempurna. Di cermin tersebut, Asih menjelma selayaknya ratu ikan yang teramat cantik, tapi dengan cepat Aqwa menjauhinya.
“Kamu menipuku?” marah Aqwa. Saking marahnya, suara yang ia hasilkan benar-benar lirih.
Jantung Asih jadi berdetak makin tak karuan. Wanita itu refleks menggeleng, menepis anggapan Aqwa meski pada kenyataannya, tak semua anggapan Aqwa salah. “Aku beneran enggak tahu apa-apa, Mas!” Karena pada kenyataannya, Asih juga tidak tahu apa-apa mengenai jati dirinya, meski Asih tak menampik bahwa tadi merupakan wujud barunya jika ia di dalam sungai. Karena saat ia mandi dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan air, keadaannya tetap baik-baik saja. Tak ada sisik, apalagi kedua kakinya yang sampai menjadi sirip ekor layaknya drama putri duyung yang pernah Asih tonton.
Hanya saja, jika melihat tanggapan Aqwa, pemuda itu terlihat sangat marah bahkan kecewa. Aqwa tampak tidak bisa memaafkan Asih.
“Sumpah, Mas. Aku sendiri bingung, kok—”
***
Sinar matahari sudah tak lagi terik seperti sebelumnya. Malahan di ufuk timur dan selatan, langit tampak gelap, mendung. Aqwa yang baru selesai salat ashar du masjid, terpaksa menghentikan langkah kakinya ketika suara sang opa menyerukan namanya.
“Kamu kenapa?” seru opa Helios masih berseru.
Aqwa menoleh ke belakang, membuatnya mendapati kakek dan juga orang tuanya. Di belakang sang kakek, pak Kim masih digandeng mesra oleh ibu Ryuna. Pemandangan yang sudah menjadi hal sangat biasa untuk Aqwa. Sebav meski orang tua Aqwa tak lagi muda, keduanya memang selalu mesra.
“Dari tadi Opa perhatikan, kamu emosi banget. Kenapa? Terus, ... Asih masih di kamar kamu?” ucap opa Helios yang akhirnya sampai di hadapan Aqwa. Karena meski Aqwa sampai tak menanggapi dan itu menjadi hal yang sangat langka. Opa Helios jadi curiga, ada hal fatal yang telah membuat cucunya sangat marah. Terbukti, ketika akhirnya tangan kanannya meraih sekaligus mengelus bahu kiri Aqwa, pemuda itu langsung menunduk loyo.
“Hah? Gimana ceritanya?” opa Helios benar-benar terkejut ketika di obrolan empat matanya dengan Aqwa dan itu di kamar Aqwa, sang cucu mengaku sudah melakukan pernikahan dengan ratu ikan.
“Terus sekarang, Asih di mana?” lanjut opa Helios yang mengawasi situasi sekitar. Terlebih menurut informasi yang ia dapatkan dari sang menantu, Asih diminta Aqwa untuk tinggal di kamar Aqwa setelah sederet teror sekaligus kiriman gun*a-gun*a yang Asih dapatkan. Hanya saja, di sana tidak ada tanda-tanda kehidupan lain selain mereka.
Kamar Aqwa teramat sepi. Termasuk kamar mandi yang ada di sebelah lemari pakaian Aqwa. Opa Helios sengaja mengetuknya, berharap ia menemukan Asih di sana.
“Aku sudah mengusirnya. Dia sudah pergi dari awal Opa sampai sini.” Aqwa masih belum bersemangat. Ia terlalu kecewa kepada Asih dan baginya telah dengan sengaja menipunya. Baginya, Asih tak beda dengan makhluk tak kasat mata lainnya yang terobsesi kepadanya. Hanya saja, cara Asih memperd*ayanya, dengan gaya yang halus. Asih main cantik. Alasan tersebut juga yang membuatnya tidak bisa memaafkan Asih hingga Aqwa memilih mengusir jelmaa*n dari si*luman itu.
“Hah ...?” opa Helios benar-benar terkejut. Ia bahkan merasa tak kalah kecewa dari Aqwa. Saking kecewanya, ia sampai tak bisa berkata-kata. Hanya saja, alasan kecewanya bukan karena yang Aqwa rasa. Melainkan karena keputusan Aqwa yang dengan gegabah mengusir Asih tanpa terlebih dulu mengabarkannya kepadanya, atau setidaknya orang rumah lainnya.
Melihat tanggapan sang opa, Aqwa jadi menepi dari kekecewaannya. Apalagi, sang opa malah terlihat sangat kecewa kepadanya. “Opa ...?” Ia menatap penuh tanya sang opa yang tak langsung menanggapinya.
Opa Helios mendadak sempoyongan dan memilih duduk di sofa depan tempat tidur Aqwa. Yang mana, tanggapan pak Helios itu membuat Aqwa menarik kesimpulan, dirinya telah melakukan kesalahan fatal. Karenanya, ia sengaja menyusul sang kakek yang selama ini menjadi guru spiritualnya.
“Opa ...?” panggil Aqwa yang sengaja jongkok di depan sang opa. Kedua tangannya bertumpu ke kedua lutut opa Helios. Bisa ia dengar napas sang opa yang terengah-engah. “Aku salah, ya?”
Mendengar pertanyaan lirih tersebut, opa Helios berangsur menatap sang cucu. Ia marah, bahkan sangat marah, tapi ia tak kuasa meluapkannya.
“Opa ... Opa tahu kalau sebenarnya, Asih itu?” lirih Aqwa.
“Butuh banyak waktu hanya untuk menghadirkannya, Mas. Dia satu-satunya cara agar kamu baik-baik saja. Dia jawaban dari setiap kekhawatiran orang tuamu. Dia pelindung yang bisa mematahkan kekhawatiran kami karena kamu memang akan selalu tenggelam di setiap kamu berurusan dengan tempat berair, bahkan sekadar bak mandi!” Lagi, saking bingung karena terlalu syok, opa Helios kembali tidak bisa berkata-kata. Ia menunduk dalam dan kedua tangannya berangsur memegangi pelipis.
“Opa mendapatkannya dari sungai itu. Orang tuanya memberikannya kepada Opa. Mereka menunggu di pinggir jembatan karena mereka tahu, Opa akan lewat. Mereka sudah tahu bahwa Opa memiliki kamu yang membutuhkan Asih. Karena kebetulan, saat itu situasi di dunia mereka sedang tidak baik-baik saja, hingga mereka membuat Asih menjadi manusia. Meski jika Asih kembali ke sungai, laut, apalagi sungai itu, Asih akan kembali ke wujud aslinya dan segala teror akan menimpanya,” cerita opa Helios.
“Opa memberikan asih kepada pak Seno dan ibu Minarsih yang sudah mengabdi di sini, dari rumah ini berdiri. Opa meminta keduanya untuk merawatnya. Pak Seno dan ibu Minarsih yang sudah sangat lama mendambakan kehadiran momongan, sudah langsung sangat bahagia. Mereka merawat Asih penuh cinta, memberinya nama Welas Asih, dengan harapan, Asih akan tumbuh menjadi pribadi yang sangat baik, bahkan meski pada akhirnya, Asih terancam kembali ke dunia asalnya.” Opa Helios menyeka kedua ujung matanya yang basah.
“Tanpa diminta pun, ibaratnya karena sudah terikat benang merah, apa pun pasti akan dia lakukan karena dia sudah terikat denganmu, Mas.” Hati opa Helios benar-benar terluka. Seiring tatapannya yang tertuju kepada Aqwa, ia berkata, “Opa marah ... Opa kecewa ke kamu. Kenapa kamu bisa mengambil keputusan besar tanpa mempertimbangkannya kepada Opa! Sekarang, kalau sudah begini, siapa yang bisa melindungimu apalagi Asih? Nyawanya benar-benar terancam andai dia dibiarkan berkeliaran di luar!”
“A—Asih,” batin Aqwa yang menjadi merasa sangat bingung sekaligus merasa sangat bersalah. Hanya saja, Aqwa juga tetap tidak bisa menerima kenyataan, jika dirinya malah sudah menikahi bangsa ikan. Meski pada kenyataannya, Asih tidak bersalah. Asih bahkan korban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Al Fatih
jadi begitu ceritanya 🤔,, opa heli mah ga cerita sebelumnya
2024-06-14
0
Nengnong4 ²²¹º
kaannn.. kunci nya emang ada di Opa Helios😏
2024-02-21
0
Firli Putrawan
duh aku jg kl jd aqwa bingung
2023-09-30
0