“Kamu punya masalah sama orang?” tanya Aqwa dan tentu ditujukan kepada Asih.
Detik itu juga Asih menjadi bertanya-tanya. “Masalah?” lirihnya sambil tetap menatap Aqwa. “Harusnya sih enggak,” lanjutnya setelah ia berpikir dengan sangat serius.
“Oh, maksudnya ular tadi semacam gun*a-gun*a, yah, Mas?” tebak ibu Ryuna telanjur curiga. Belum lagi, yang kemarin malam saja juga belum ia ketahui.
“Oke. Sekarang gini ... katakan ke Mamah, kemarin kalian dari mana?” sergah ibu Ryuna sesaat setelah menghela napas dalam. “Asih tolong jawab. Jangan bohong ya,” lanjutnya yang sengaja memfokuskan diri ke Asih.
Dit*odong begitu, Asih langsung deg-degan. Bukan hanya tegang, tapi memang takut. Perasaan takut yang juga sudah langsung membuatnya gelisah.
“Kami bertemu di jembatan, Mah. Dia hanyut di sungai Merah,” ucap Aqwa yang kemudian bilang, “Motor kami saja sama-sama hilang, kan?”
Gara-gara dikelabuhi Gendis, Aqwa dan Asih memang kehilangan motor mereka.
“Oh iya ... motor, helm, sandalku,” batin Asih yang baru ingat.
“Mah ... Asih diselong sama hantu dari sungai Merah yang memang ngikutin aku.” Aqwa masih meyakinkan.
“Niatnya mau nolong Mas Aqwa, tapi malah ....” Asih menunduk tidak bersemangat.
“Kemarin kamu ke mana saja?” lanjut Aqwa yang justru membuat ibu Ryuna mendelik kepadanya.
Karena yang ibu Ryuna tahu, Asih pergi bersama Aqwa. Namun kini, Aqwa malah bertanya kepada Asih seolah mereka memang tidak pergi bersama.
“Kok malah Mas yang tanya gitu. Kalian makin bikin Mamah bingung. Kemarin kalian bareng, kan?” protes ibu Ryuna.
“Asih ....”
Panggilan lirih suara seorang wanita yang begitu mengerikan, sudah langsung membuat Asih mencari-cari. Hanya saja, kali ini bukan hanya Asih saja yang bisa mendengar. Karena Aqwa yang memiliki kemampuan spesial juga.
“Fix, ini memang ada yang sengaja bikin Asih terus ketakutan. Awalnya dia ingin membuat orang-orang di sekitar Asih agar mengira Asih gil*a. Namun pada kenyataanya, tujuannya memang membuat Asih gil*a,” batin Aqwa yang kemudian menyuruh Asih untuk tinggal di kamarnya.
Kali ini, bukan hanya Asih yang terkesiap dan menatap tak percaya Aqwa. Sebab ibu Ryuna sudah langsung melakukannya.
“M-mas ...?” lirih ibu Ryuna sambil menatap tak percaya kedua mata sang putra. Ia sampai melongok wajah anak pertamanya itu.
“Gini loh, Mah. Ada yang sengaja mau bikin Asih gil*a, tapi pertama-tamanya, yang dia mau Asih dijauhi orang-orang dan dianggap gil*a,” cerita Aqwa.
“Loh ....” Ibu Ryuna kembali berkomentar, tapi di luar sana, ada suara pria yang teramat ia hafal melayangkan salam.
“Waalaikumsalam ...!” seru ibu Ryuna sudah langsung girang. “Papah sama Opa, sampai! Mamah temui mereka dulu!” sergahnya yang buru-buru pergi dari sana.
Perginya ibu Ryuna membuat Aqwa hanya berdua dengan Asih. Namun berbeda dari biasanya, kenyataan Aqwa yang terus menatapnya penuh terka, justru membuat Asih takut.
“Sudah ambil kerudungmu, terus istirahat di kamarku. Aku tungguin biar kamu enggak benar-benar gi*la,” sergah Aqwa.
Tanpa bawel apalagi berisik layaknya biasa, kali ini Asih memilih langsung mengangguk patuh kemudian buru-buru berlalu dari sana.
“Asih ....”
Panggilan lirih itu sudah langsung membuat Asih buru-buru putar balik sambil menatap sebal Aqwa yang memang melakukannya. Hanya saja, pemuda itu malah berakhir membuang wajah sambil menahan senyumnya.
Masalahnya, kejadian di luar nalar yang Asih alami telanjur membuat Asih bingung sekaligus takut. Jangankan senyum, membuka mata saja, sebenarnya Asih ragu.
Setelah meraih kerudung instan warna hitam, Asih juga merengkuh keperluan salat. Ia melangkah mendahului Aqwa yang memang memintanya secara khusus.
Setelah mereka keluar dari sana, baru juga akan ditutup pintu kamarnya dan itu oleh Aqwa, pemuda itu kembali mendengar suara wanita berbisik-bisik memanggil Asih. “Ini kamar wajib dibersihkan,” batinnya yang kemudian benar-benar menutup pintunya.
Ternyata, selain pak Kim dan kakek Helios yang datang, beberapa pemuda juga tampak di depan membawa motor Aqwa maupun motor Asih.
“Ada apa, Sih?” tanya Aqwa yang baru sampai di belakang Asih.
Asih yang sudah memakai kerudung, menatap Aqwa. “Selain papah dan opa Mas yang pulang, itu juga ada pemuda yang bawa motor kita, Mas.” Ia masih menatap Aqwa yang akhirnya ada di hadapannya. Namun, beberapa tanda cinta alias cup*ang yang menghiasi leher pemuda itu dan baru ia sadari karena sebagiannya tertutup kerah kemeja, langsung membuatnya melotot.
Bersamaan dengan itu, Aqwa yang menoleh menatap Asih, langsung bingung. “A-apa ...? Kamu kenapa gitu?”
“M—mas, itu ....”
“Itu apa?” Aqwa berusaha menatap lehernya selaku fokus tatapan Asih.
“Bekasnya banyak banget—” Asih benar-benar tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya.
“Bekas banyak banget apaan?!” lirih Aqwa mulai sebal kepada Asih.
“Memangnya Mas enggak ngaca? Coba deh ngaca, aku enggak berani sebutinnya. Tapi andai dilihat orang lain, kemungkinan besar Mas akan malu—” Asih menunduk dalam dan masih begitu meski Aqwa sudah buru-buru melangkah ke lantai atas. Ia pun berangsur menyusul karena Aqwa memintanya untuk tinggal di kamar pemuda itu. Namun di anak tangga pertama, ia mendadak melihat ular kobra yang sangat besar dan lama-lama makin tinggi, melebihi tingginya Aqwa yang terbilang tinggi.
“Bruuuuukkkk!”
Bukan Asih yang pingsan, melainkan ular tadi yang langsung remuk karena tin*ju tangan Aqwa. Ular raksasa di luar nalar tadi langsung hilang meninggalkan abu hitam, tapi Asih juga tidak menyangka, tangan Aqwa yang memanjang, dengan cepat menariknya. Dalam sekejap Asih sudah sampai tengah anak tangga, seiring kedua matanya yang sudah langsung menatap syok Aqwa.
“Kamu lebih memilih dipatok ular jadi-jadian tadi, apa gimana?” tanya Aqwa terdengar mengomel bahkan itu di telinganya sendiri. Karena Asih tak kunjung memberinya reaksi, ia sengaja membawanya lari sangat cepat.
“Bahagianya aku kalau kamu susah, Sih! Hahahaha!” ucap Aqwa ketika akhirnya mereka sampai di kamarnya, tapi Asih berakhir jatuh meringkuk di lantai.
“Rasanya lebih puyeng dari naik ayunan di wahana pasar malam,” batin Asih berkeluh kesah
Diajak lari kilat oleh Aqwa tak hanya membuat kepala Asih pusing berbarengan dengan pandangannya yang berkunang-kunang. Karena efeknya juga sampai membuat Asih sangat mual.
Aqwa yang masih bisa mendengar suara hati Asih makin tersenyum bahagia. Ia baru saja sampai di depan cermin riasnya, dan ia langsung syok. Tak ada lagi senyum di wajahnya. Yang tersisa hanya keseriusan selain Aqwa yang sudah langsung ingat penyebab lehernya dipenuhi tanda cin*ta.
“Ini rahasia, yah, Sih. Kamu masih hidup, kan?” ucap Aqwa yang kemudian menoleh, memastikan Asih. Meski tampak pusing, wanita itu berangsur menatapnya.
“Tolong cek, terus tutup pakai apa, biar yang lain enggak lihat. Semoga sih tadi mamah enggak sampai lihat. Meski yang namanya mamah selalu lebih jeli melebihi mata-mata, jika itu ke anak apalagi suaminya,” lanjut Aqwa.
Setelah sempat berdrama, Asih menaruh perlengkapan salatnya di sofa yang ada di depan tempat tidur. Namun, baru juga akan meninggalkan sofa tersebut, terdengar suara bunyi jatuh lirih sebuah logam kecil dari seperangkat salatnya.
Bunyi jatuh yang sudah langsung membuat dunia Aqwa berputar lebih lambat. Sebab bunyi tersebut sangat mirip dengan bunyi jatuh ketika emas dari air mata ratu ikan yang ia miliki, jatuh. Benar saja, ada satu bagian dan itu sudah langsung membuat Aqwa tertarik. Aqwa meraihnya karena kebetulan, posisi bagian itu ada di sebelah kaki kanannya.
“Itu,” batin Asih yang sudah langsung terkejut ketika Aqwa menyusun bagian kepingan emasnya. Ternyata Aqwa memiliki tiga bagian, dan sudah langsung menyatu menjadi bentuk hati setelah dipadukan dengan bagian yang baru dipungut dan itu memang milik Asih yang lupa disimpan dengan benar.
“Tolong, otakku enggak sampai buat memahami ini,” batin Asih yang juga sengaja menepis tatapan Aqwa ketika pria itu langsung menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Al Fatih
aq semakin penasaran,, apakah mereka akan saling terbuka....,, jujur....,, apakah mas aqwa bisa menerima kenyataan itu?
2024-06-14
0
Hj. Raihanah
aku penasaran baca nya sampai ngga bisa berhenti
2024-01-31
1
Firli Putrawan
duh bnr bnr seru ceritanya
2023-09-30
0