Dalam sekejap, jemari tangan berkuku panjang runcing dari tangan kanan Gendis, terulur dan menceki*k Asih dengan keji. Jantung Asih nyaris copot karenanya. Asih terlalu terkejut dan perlahan takut ketika tubuhnya dengan cepat terangkat seiring tangan kanan Gendis yang memanjang.
Asih merasa sangat tak karuan karena ulah Gendis membuatnya tidak bisa bernapas. Namun beberapa detik kemudian ada yang lebih membuat Asih makin tak karuan. Yaitu ketika tangan kanan Gendis mendadak lepas, dan lebih tepatnya patah, tak lama setelah sebuah ti*nju menghan*tamnya.
Tubuh Asih melayang di udara dengan tangan Gendis yang tetap menceki*knya, meski tangan kanan itu telah lepas dari tubuh. Bak embusan tornado yang sangat cepat, sosok berpakaian serba panjang warna putih datang dan itu Aqwa. Aqwa segera menarik sebelah lengan tangan Asih. Tangan kanan Aqwa yang meraih Asih turut memanjang layaknya tangan kanan Gendis. Kenyataan tersebut tak hanya membuat Asih bingung. Karena Aqwa sendiri tak kalah bingung menyaksikan keadaan tangan kanannya, sebelum akhirnya mereka justru bertatapan.
Aqwa dan Asih terjebak dalam tatapan inten*s yang berlangsung lama. Tak ubahnya ketika menatap Asih yang tengah menjadi ratu ikan, kali ini di mata Aqwa, sosok Asih juga mengingatkannya kepada ratu ikan yang begitu cantik.
“Kenapa mereka sangat mirip?” pikir Asih yang kemudian terusik oleh ekspresi panik dari Asih.
Aqwa pikir, yang Asih keluhkan itu tangan kanan Gendis yang masih men*cekik lehernya. Namun nyatanya, hantu bebal itu mendadak erusaha menyeran*g Aqwa dari belakang. Tubuh Gendis terbang tak begitu tinggi tapi melesat sangat cepat. Wajah Gendis nyaris menghant*am wajah Aqwa, andai Aqwa tak segera menghindarinya. Meski karena menghindarnya itu, baik tubuhnya maupun tubuh Asih yang ia dekap, refleks menghantam pegangan di tepi jembatan.
Setelah lagi-lagi Aqwa dan Asih bertatapan intens, yang lebih dulu Aqwa lakukan tentu melepas tangan kanan Gendis dari leher Asih. Darah segar membasahi kerudung bagian leher cokelat muda milik Asih karena kuku-kuku Gendis sudah telanjur menu*suk sekaligus melukai di sana. Kenyataan tersebut pula yang membuat Aqwa menatap marah Gendis.
“Katakan selamat tinggal kepada tangan kananmu!” marah Aqwa yang segera menggunakan kedua tangannya untuk mencengkeram sekaligus menghancu*rkan tangan Gendis. Tangan kanan itu tak semata hancur, tapi juga terbakar dan perlahan menjadi debu hitam yang terbang sekaligus menghilang.
Asih yang sudah setengah sekarat, hanya melongo menyaksikan semua itu. Hanya saja, Asih merasa jauh lebih nyaman dalam dekapan Aqwa yang sigap langsung menangkap tubuhnya, setelah tubuh Asih sempat terjatuh bersama hancu*rnya tangan kanan Gendis.
Dalam sekejap, mereka meninggalkan Gendis yang Aqwa tatap penuh kebencian. Aqwa yang membopong Asih sudah membuat mereka ada di depan teras rumah orang tua Aqwa yang ada di sebelah pesantren.
“Ini tadi masih di jembatan, tapi sekarang sudah di depan rumah dan itu dalam hitungan detik?” batin Asih yang sudah langsung linglung. Dibawa kabur oleh Aqwa membuatnya mengarungi perjalanan melebihi kecepatan kereta ekspres. Namun, ia sengaja menghindari tatapan Aqwa. Pemuda itu menatapnya dengan tatapan cenderung curiga.
“Kenapa mata Asih mendadak nyan*du banget? Dan tumben, Asih enggak ngomel tapi malah menghindar? Asih seperti sengaja menghindariku,” pikir Aqwa diam-diam merasa aneh dengan hubungan sekaligus interaksinya dengan Asih.
Ketika pintu akhirnya terbuka dari dalam dan itu oleh ibu Ryuna yang sudah memakai mukena, Aqwa berangsur menurunkan Asih.
“Kalian ... astaghfirullah kalian dari mana sih? Dari kemarin semua orang nyariin kalian. Sampai disiarkan di grup WA desa bahkan kabupaten. Ini papah sama opa juga mau pada pulang, Mas!” ujar ibu Ryuna antara sedih, kesal, tapi juga bahagia karena yang dicari-cari akhirnya pulang. Namun, ia yang menghampiri keduanya juga mendadak terkejut. Tak semata karena keduanya dalam keadaan kuyup, melainkan karena setelah diturunkan oleh Aqwa, Asih yang sempoyongan malah berakhir ambruk, terjerembab di lantai teras hadapannya.
“Ya Allah Mas Aqwa jahat banget. Sesakit ini loh, Mas,” batin Asih sengaja tidak mau mengungkit hubungan mereka bahkan sekadar di hati maupun pikirannya. Sebab sejauh ini, jika di daratan, Aqwa akan serba bisa termasuk mendengar suara hati sekaligus membaca pikiran seseorang, tanpa terkecuali.
“Ya ampun Mas ... diangkat lagi. Diangkat lagi Asihnya. Itu kasihan itu pasti sakit banget,” sergah ibu Ryuna masih berisik karena terlalu khawatir.
“Dibawa masuk, bawa masuk. Kalian mandi dulu, habis itu subuhan, terus habis itu kalian wajib cerita ke Mamah! Ini kalian kehujanan atau tenggelam di sungai? Kok bisa kuyup begini?” ucap ibu Ryuna yang mengikuti Aqwa dan Asih dari belakang. Selain mengeluhkan keadaan keduanya yang kuyup, ibu Ryuna juga sampai menyinggung aroma anyir dari tubuh keduanya yang mirip aroma ikan.
Disamakan dengan ikan bahkan walau itu hanya karena aroma tubuh mereka, baik Asih maupun Aqwa langsung celingukan gelisah. Tentu karena Asih menyadari bahwa dirinya merupakan manusia jelmaan ikan. Sementara Aqwa, kini pemuda itu jadi merasa terbebani jika disinggung perihal ikan, setelah apa yang ia alami, bahkan ia sampai menikah dengan ratu ikan.
“Rasanya tadi enggak nyaman banget,” batin Asih ketika diantar sampai kamar mandi oleh Aqwa.
Berbeda dari sebelumnya, kini Aqwa menatap Asih dengan tatapan khas jika pemuda itu sedang marah. “Tadi, ... bukan tadi, tapi kemarin. Sudah dibilangin, jangan lupa doa. Doa, dan doa. Eh bener kejadian kan, kamu diselong sama hantu ngeyel itu!” omelnya.
“Nah itu, ... ah gimana yah, Mas. Sekarang cuma jadi nyesel saja. Apalagi tuh demit beneran mirip banget sama Mas.” Mengatakan itu, Asih buru-buru mengoreksi ucapannya. “Mirip penyamarannya, jangan marah dulu!” yakinnya karena dari ekspresinya, Aqwa memang tampak akan kembali memarahinya.
Aqwa langsung mendengkus sebal. “Ya Allah, matanya kenapa sih!” kesalnya dan lagi-lagi hanya berani meluapkan dalam hatinya.
“M-mas ... m-maaf banyak-banyak, ya!” lirih Asih sembari melirik takut Aqwa. Pemuda itu tampak sangat marah kepadanya. Namun karena permintaan maafnya itu, Aqwa kembali fokus menatap kedua matanya. Tatapan yang jujur saja terasa sangat aneh sekaligus menakutkan untuknya.
“Lihat Mas ... gara-gara dibiarkan jatuh tadi sama Mas, bibirku jadi jontor sementara hidungku jadi enggak lebih mancung dari polisi tidur!” ucap Asih sambil menutupi bibir maupun hidungnya yang terluka akibat jatuh di teras, menggunakan kedua tangannya. Namun, efek kedua tangannya yang bau sangat anyir, ia malah berakhir muntah-muntah.
“Ya sudah,” ucap Aqwa masih menatap lurus kedua mata Asih meski kedua mata lebar itu jadi sibuk menghindari tatapannya.
“I-iya, Mas,” jawab Asih sambil menunduk takut. Kedua tangannya refleks mendekap dadanya.
“Besok aku beliin kamu kacamata kuda, biar aku enggak lihat mata kamu lagi!” lirih Aqwa telanjur jengkel kenapa ia merasa sangat terganggu kepada kedua mata Asih. Kedua mata itu tak hanya mendadak menjadi cand*u untuknya yang mana ia tak mau berhenti menatapnya. Karena setiap melihat kedua mata Asih, ia juga jadi ingat si ratu ikan yang telah ia nikahi.
“Maksud mas Aqwa gimana? Dia marah banget dan sampai benci ke mataku apa gimana? Karena gara-gara aku, dia jadi tenggelam dan mengalami keadaan sangat sulit?” pikir Asih tak lama setelah Aqwa meninggalkannya.
Di dalam kamar Asih, Aqwa yang nyaris pergi dan bisa mendengar suara hati Asih, refleks menghentikan langkahnya. “Dia tahu jika gara-gara menyusulnya, aku sampai menikah dengan ratu ikan?” pikirnya yang perlahan menoleh hingga membuatnya kembali memergoki kedua mata Asih. Sebab Asih yang akan menutup pintu kamar mandi, juga terpaku menatap kedua matanya, hingga mereka terikat dalam tatapan dalam sekaligus sangat inten*s, yang juga berlangsung sangat lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Rumini Parto Sentono
judulnya ganti ya kak author....?
2023-09-28
0
Firli Putrawan
s asih blm cerita aqwa jg sm mama ryuna gmn kl mereka cerita udah nikah
2023-09-25
0
Sarti Patimuan
Syukurlah akhirnya Aqwa dan asih bisa keluar dari sungai merah
2023-09-25
0