Dari kejauhan, siluet pasukan mengerikan muncul, terlihat seperti bayangan hitam yang siap menyerang. Mereka berkumpul di bawah komando makhluk raksasa yang mendominasi cakrawala. Makhluk itu, setinggi puncak gunung, menyemburkan api hitam yang dahsyat, menciptakan teror dan kehancuran di sekitarnya. Ketegangan memenuhi udara, dan Faelan bersama teman-temannya merasa mereka berdiri di ambang petualangan yang dipenuhi dengan atmosfer berbahaya.
“Api hitam itu adalah sihir milik Azorth the Infernal, salah satu panglima perang naga iblis. Kita harus kabur. Bahkan prajurit terendahnya berada pada MagiEssence tingkat ketiga” pekik Elysia.
Faelan mungkin saja kini telah berada pada tingakatan MagiEssence keempat, Rakko pada tingkat dua, dan bahkan Elysia kini sebentar lagi akan menyentuh tingkatan enam. Tapi, menghadapi ratusan pasukan dengan tingkatan di atas rata-rata bukanlah hal yang memungkinkan. Lebih-lebih, di sisi musuh ada Azorth yang menguasai Runalith. Mereka bisa-bisa mati konyol. Elysia benar, pilihan paling masuk akal adalah kabur.
Faelan, Rakko, dan Elysia berlari melewati padang rumput yang basah oleh embun malam, mencoba untuk menjauh dari kegelapan yang semakin mendekat. Langkah-langkah mereka terdengar lemah, dan hamparan pantai terbentang di depan mata mereka. Samudra yang terlihat gusar menghantam pantai dengan suara gemerisik yang memilukan.
Dari kejauhan, semburan api hitam tampak berkobar membakar seluruh penjuru negeri para naga. Kali ini mereka benar-benar ingin meluluh-lantahkan negeri di atas awan itu. Mereka adalah pasukan naga iblis yang semakin mendekat. Faelan dan kawan-kawan harus mencapai *Gr*otto, portal yang menghubungkan dunia para naga dengan dunia manusia, satu-satunya tempat yang bisa memberikan perlindungan.
Sesampainya di ujung tebing, mereka menyusup ke semak-semak yang lebat, berusaha menghindari pandangan pasukan naga iblis yang kini hanya berjarak beberapa meter, memeriksa sekitar. Si kerbau bersama mereka, ia tampak merengek saat diseret dengan paksa. Pasukan itu mengendus tanah dengan hati-hati. Pasukan itu adalah sekumpulan Centaur dengan perlengkapan perisai, pedang, dan panah.
Elysia memberi isyarat untuk berhenti, dan Faelan serta Rakko sontak merunduk, bersembunyi di balik bebatuan besar. Pasukan Centaur masih mengendus-endus, napas mereka mengeluarkan asap panas yang memenuhi udara.
Faelan menutup mulutnya dengan tangan, berusaha agar tidak mengeluarkan suara apa pun. Hati mereka berdebar-debar saat para Centaur yang terlihat berbadan kekar berada begitu dekat.
“Panglima Azorth memerintahkan kita untuk berjaga di depan pintu gua ini. Kita tidak tahu bagian mana yang menjadi portal menuju dunia bawah. Biarkan pasukan yang lain melakukan pemusnahan” ujar salah satu Centaur yang memiliki badan paling gempal dan besar.
Lalu boss Centaur dan 10 pasukannya mulai berjaga di depan gua. Mereka terlihat berdiri melingkar sambil mempermainkan si kerbau.
Si anak kerbau yang kini telah dewasa itu tak bisa melawan, ia hanya bisa pasrah saat para Centaur itu mendorongnya sambil tertawa jahat. Setiap kali kerbau mau menyeruduk keluar dari lingkaran itu, para prajurit akan menghantam tanduk kerbau dengan perisai besi.
“Boleh juga tenagamu. Apa kau jadi sekuat ini karena memakan rumput yang dipenuhi dengan energi sihir, hah?” ucap salah satu prajurit.
“Hei kalian! Berhentilah bermain-main!” teriak boss Centaur.
“Maaf, Boss!” teriak para prajurit. Mereka tampak membungkuk.
Salah satu prajurit juga meremas tanduk kerbau dan memaksanya untuk ikut membungkuk.
Wajah kerbau menghantam karang dengan sangat keras. Mulutnya kini dialiri darah segar.
“Sialan!” bisik Faelan.
Elysia segera menahan Faelan. Elysia menggeleng, memberi isyarat agar Faelan jangan gegabah.
“Boss, sepertinya si bocah yang diceritakan Frederick itu telah kabur. Si kerbau ini hanya sendiri di sini. Mau kita apakan kerbau ini?” kata salah satu prajurit.
“Bawa kesini!” ucap sang boss singkat.
Salah satu prajurit dengan sobekan di hidung yang sedari tadi terus-terusan membully itu lalu menarik tanduk kerbau dengan satu tangan. Tubuh kerbau yang sudah lemah itu bergesekan dengan tanah berkarang saat digeret paksa menuju boss Centaur.
Boss Centaur mengangkat moncong kerbau, “Hei, kau Minotaur lemah. Apa kau benar-benar sudah tidak bisa bicara, hah?”
Si Kerbau lugu itu tidak merespon apapun. Tatapannya tampak lemah.
“Bajingan! Rupanya kau sudah benar-benar kehilangan kekuatanmu. Lihatlah! Beginilah jadinya jika mengirimkan pasukan sihir sintetis” Boss Centaur lalu meremas moncong kerbau hingga pecah. Dengan gerakan cepat ia lalu mencabut kepala kerbau dari lehernya yang kini memuncratkan begitu banyak darah segar.
“SIALAAAAAN!” Faelan refleks berlari keluar dari persembunyian.
“IGNITE!” Faelan menghantam boss Centaur dengan semburan api yang begitu dahsyat. Api yang bisa dikeluarkan Faelan kini telah mengalami peningkatan yang drastis.
Segera setelah kobaran api itu menghilang, tampak boss Centaur itu sedang menghalaunya dengan sisa jasad kerbau. “Di sini kau rupanya, tikus!” ujarnya sambil tersenyum jahat.
Sang boss Centaur memberikan kode kepada salah satu anak buahnya untuk berlari melaporkan kepada
Azorth.
Prajurit dengan sobekan di hidung kini berlari secepat kilat. Sebelum prajurit itu cukup jauh,
tiba-tiba..
BAMMM!!
Sesosok makhluk hijau dengan pendar cahaya keemasan menghantamnya dengan sangat keras.
Tanah keras tempatnya berdiri sampai merengsek masuk menciptakan lubang sedalam 1 meter.
Di atas lekukan itu, ada Rakko yang berdiri dengan gada besar yang diambilnya dari drop item milik Minotaur.
“Waw. Seekor Goblin dengan sihir cahaya Aurum. Ini sesuatu yang baru” Boss Centaur tertawa, tampak bersemangat.
BRAKK!!
Lekukan tanah di bawah kaki Rakko yang kini tertimbun bebatuan tiba-tiba berderak keras. Sebuah tangan berbulu yang kekar lalu keluar dan mencekik leher Rakko.
Itu adalah si Centaur hidung sobek, “Kau curang, hewan liar. Tadi itu aku belum siap” ucapnya. Seluruh tubuhnya kini diselimuti hawa hitam. “Kau bukan satu-satunya makhluk buas yang bisa menggunakan sihir” sambungnya.
Si hidung sobek lalu mengangkat Rakko tinggi-tinggi dengan satu tangan. Lalu dengan sebuah hantaman keras, ia membanting tubuh King Goblin ke atas tanah.
“Keuk!” Erang Rakko.
Saat si hidung sobek sedang siap-siap menghantam Rakko dengan perisainya.
Faelan berteriak, “Rakko!” ia siap-siap melompat menuju Rakko.
Boss Centaur mencoba menghantam Faelan dengan sihir api hitam dari jarak jauh.
“Shield!” Dengan sigap Elysia menahan serangan itu.
Tepat sebelum perisai hidung sobek itu menghantam leher Rakko..
WUUUZZ!!
Faelan tiba-tiba sudah berada di bawah si hidung sobek, menghantam dagunya dengan sihir api dari jarak dekat. “Blazestrike Fury!” Teriak Faelan.
Si hidung sobek kini terpental ke udara.
Faelan sudah selesai merapal, “Agility boost! Edge Sharpener! Etherstep Levitation!”
Lalu dengan kecepatan seperti kilat, Faelan melompat menuju udara dan menebas dada si hidung sobek dengan kedua tangannya yang kini setajam pedang. Faelan melompat-lompat dan melesat di udara dan terus menebas setiap inchi tubuh Centaur itu. Setiap pijakannya di udara menghasilkan spektrum-spektrum berwarna emas yang menghempaskan angin di sekitarnya.
“AAAAAARGH” Centaur itu melolong kesakitan setiap kali tangan Faelan menyayat-nyayat tubuhnya.
Lalu entah tebasan keberapa sampai Centaur hidung sobek itu tak lagi bisa berteriak.
Tapi Faelan masih sibuk mencabik-cabiknya. Kemudian dengan satu hantaman yang kuat..
“Blazestrike Fury!” teriak Faelan.
Tubuh Centaur itu jatuh menghantam bumi bersama kobaran api yang begitu besar di sekujur jasadnya yang tak lagi bernyawa.
“AUUUUUUUUUUURGHHH!!!”
Boss Centaur melolong begitu keras. Suaranya terdengar berat dan mengerikan.
Lolongan itu bisa saja merupakan sinyal untuk memanggil Panglima Perang Pertama Naga Azorth.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments