“Fae, tunggu!” Elysia berusaha menggapai Faelan dengan tubuh remuk yang berlumuran darah.
Elysia gagal menahannya.
Liontin Faelan mulai bergetar.
Lalu...
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Faelan melesat, hanya menyisakan kumpulan debu dan jejak kaki yang membentuk lekukan di lantai gua.
Faelan dipenuhi cahaya biru keemasan yang berasal dari relik naga di liontinnya.
Faelan menyerang Minotaur yang kini tak lagi terlihat sama seperti sebelumnya.
Tentu saja, bukan hanya Faelan yang mengalami peningkatan.
Minotaur seperti terbakar api hitam yang berkobar dengan dahsyat.
Setiap tumbukan senjata mereka menghasilkan benturan dua energi, cahaya biru dan kegelapan merah, yang menggetarkan seisi gua.
Faelan berkal-kali terpental ke belakang, namun secepat kilat ia langsung menerjang dengan pedang yang kini dipenuhi cahaya biru keemasan.
Minotaur menghujamkan gadanya.
Faelan menahannya dengan pedang yang seolah tampak jauh lebih kecil dari gada milik Minotaur.
Kaki faelan merengsek masuk ke dalam tanah.
Kepulan debu yang diikuti getaran hebat kini memenuhi gua.
“Keuuk!” erang Faelan.
Faelan memiringkan pedangnya.
Gada Minotaur terperosok menghantam tanah.
Dengan segera Faelan melakukan gerakan slash ke atas, ke arah dada dan moncong lawan.
Sang prajurit Minotaur mengerang saat pedang Faelan mengiris dada sampai wajahnya.
Minotaur menendang rusuk Faelan dengan sangat keras.
KRAKK!!
Tiga tulang rusuk Faelan patah.
Faelan terpental hingga ke dinding gua.
Lalu sebuah energi hitam lagi-lagi meregenerasi luka Minotaur. “Seorang pahlawan yang amatir, tetaplah hanya petarung seumur jagung. Kau terlalu lemah bahkan untuk melawan prajurit terendah Sang Agung Zarok!” teriaknya.
Minotaur lalu merengsek mendesak Faelan di dinding gua.
Lalu..
DUARR!
Satu pukulan keras telak mengenai rusuk Faelan yang patah.
“AAAAARRRGH!!” Faelan benar-benar kesakitan.
DUARR!
DUARR!
DUARR!
Entah berapa hantaman lagi yang mengenai rusuk Faelan.
Faelan berusaha mati-matian menangkis hantaman Minotaur.
Tapi, pukulan Minotaur terlalu dahsyat. Setiap tangkisan Faelan hanya menambah rasa sakit yang ia derita. Buff yang ia terima dari Elysia seperti tidak ada apa-apanya.
Relik naga? Kemana kekuatanmu yang kemarin? Pekik Faelan di dalam hati sementara kesadarannya pelan-pelan mulai lenyap.
Sejenak, liontin Faelan terlihat meredup.
Jadi, beginikah akhirnya?
“Hahahaha. Anak dalam ramalan apanya? Si bajingan Frederick pasti terlalu melebih-lebihkan” Minotaur semakin menyerang secara membabi buta.
Faelan benar-benar hampir pingsan.
TIDAK! Aku tak boleh berakhir begini.
Sementara itu, Elysia yang masih tergeletak karena energi sihirnya yang tiba-tiba mencapai batasnya, mulai bergumam “Sudah kubilang dia adalah sesuatu yang tak bisa kau tangani dengan kemampuanmu yang sekarang, Fae. Bahkan walau dengan ledakan energi sihir nagamu. Minotaur ini berbeda dengan para prajurit yang kau lawan di hutan. Kenapa kau tak lari saat aku memintamu. Dasar Fae keras kepala!”
Elysia memperhatikan bahwa cahaya keemasan dari Buff Aurum di tubuh Faelan mulai melemah.
“Tidak! Buff Aurum sebentar lagi akan habis. Kalau terus begini, Fae tidak lagi memiliki pertahanan. Ketahanannya hanya akan setara manusia biasa. Sekali hantaman saja, Fae akan tamat”
Apa tidak ada cara lain?
Setidaknya Faelan harus selamat. Nasib dunia ada di pundknya.
Tunggu!
Masih ada cara itu!
Ya! Aku harus menggunakan mantra itu!
Dengan sisa-sisa energi sihirnya, Elysia berusaha merapal lagi. Sambil merapal, ia terus-terusan berbicara dalam hati.
*"By the sacred wellspring of life, I beseech thee, O great guardian spirits, grant me this sacrificial boon.***..”(Demi mata air kehidupan yang suci, aku mohon padamu, wahai roh penjaga yang agung, berikanlah aku anugerah persembahan ini...)
Ini adalah cara satu-satunya.
“Let my essence be the shield that wards off harm, my existence the fortress that preserves...” (Biarkan esensiku menjadi perisai yang mengusir bahaya, keberadaanku menjadi benteng yang memelihara...)
Mulai sekarang, kau harus berusaha sendiri, Fae.
“In the name of this solemn offering, I invoke your protective embrace,...” (Dalam nama persembahan ini, aku memanggil dekapan perlindunganmu,...)
Aku yakin kau akan menemukan mentor yang lebih baik.
“and with my very soul,...” (dan dengan nyawaku sendiri,...)
Maafkan aku karena tak sempat mengucapkan perpisahan.
“I pledge my eternal vigilance...” (aku bersumpah untuk menjaga dalam keabadian...)
Selamat tingggal satu-satunya murid..
“By my life, I shield, by my death, I guard!!” (Dengan hidupku, aku melindungi, dengan kematiaku, aku menjaga!!)
Sekaligus temanku, Fae...
Elysia tersenyum sambil meneteskan air mata saat ia mengucapkan rapalan terakhir dari sihir CEssence of Self-Preservation. Sebuah mantra perlindungan yang mengorbankan nyawa penggunanya.
Kilauan cahaya putih keemasan tiba-tiba keluar dari tubuh Elysia yang kini mulai menjadi dingin.
Kilauan itu seperti sedang mengumpulkan percikan lainnya, berputar-putar di atas tubuh Elysia.
Faelan masih terkapar tak berdaya di bawah hantaman gada besar Sang prajurit Minotaur yang tangguh.
Buff Aurum Faelan telah benar-benar habis.
“HAHAHAHA! TAMATLAH RIWAYATMU WAHAI ANAK YANG DIBERKAHI! Teriak sang Minotaur. Teriakannya bahkan lebih terdengar seperti sebuah lolongan yang menyeramkan.
Elysia. Aku anak yang ceroboh. Tidak ada perubahan apapun bahkan setelah aku bergaya sok keren di hadapanmu. Maafkan aku Elysia.. batin Faelan sambil menatap ke arah Elysia dengan tatapan kesakitan dan penuh penyesalan.
Cahaya apa yang keluar dari tubuh Elysia itu?
Kenapa Elysia tidak bergerak?
Tidak! Tidak! Tidak!
“ELYSIAAAA!!!” Pekik Faelan. “ADA APA DENGANMU?! BANGUNLAH!!”
Dengan sekuat tenaga Faelan berusaha menggapai Elysia yang berada puluhan meter darinya.
Lalu, tiba-tiba..
DUARR!
Hantaman dahsyat gada kini menghantam punggung Faelan.
“AAAAARAAAAAAAARGGGGH!!!” kali ini Faelan benar-benar kesakitan. Itu bahkan lebih sakit dari pada tebasan pedang Frederick waktu di hutan.
“HAHAHAHA!” Minotaur kembali tertawa dengan sangat keras, “Renyah sekali eranganmu, pahlawan. Aku yakin Argentia akan malu mengakuimu sebagai penerusnya”
Faelan kembali bangkit. Lagi-lagi ia berusaha menggapai Elysia.
DUARR!
Kini Minotaur menginjak punggung Faelan dengan sangat keras.
“Tti.dak! Kau **.tak bbo.leh mat.ti Elysia!” ucap Faelan dengan wajah menempel di tanah. Darah segar bercampur debu memenuhi wajahnya.
“HAHAHAHAHA!” tawa Minotaur terdengar jahat, “Ternyata benar ya, manusia akan mulai bertingkah aneh dan meracau saat di ambang kematian. Hahahaha. Lucu sekali. Lucu! Aku tak tahan melihatnya”
Lalu Minotaur itu menginjak-injak punggung Faelan berkali-kali sampai Faelan tak punya lagi tenaga walau hanya untuk membuka mata.
“Namamu Faelan, kan? Apakah Relugus Zephyr, si tua bangka itu memberikanmu nama keluarganya? Kau kan hanya anak pungut. Hahahaha” Minotaur itu terus-terus saja menyiksa sambil menghina Faelan. “Apakah kau di sana saat si tua bau tanah itu mampus? Hei hei hei Tuan Pahlawan, Faelan yang agung. Ceritakan padaku bagaimana kematiannya? Apakah dia bertingkah aneh dan meracau sepertimu? HAHAHAHAHA”
Cahaya putih keemasan yang berputar di atas tubuh Elysia kini terlihat begitu terang. Menyilaukan dan memenuhi gua. Bahkan kemilaunya sampai keluar dari mulut gua.
Cahaya itu berisi nyawa Elysia yang telah terkristalisasi dengan sihir Essence of Self-Preservation.
Cahaya itu sedang siap-siap melesat menuju ke arah Faelan, dan meninggalkan jasad Elysia.
Sang Minotaur kini sadar akan cahaya terang yang berada di belakangnya. Sihir milik Elf ini berbeda dari sebelumnya. Ini berbahaya! Batinnya, lalu Ia langsung berada pada posisi siaga.
Tiba-tiba sebuah kegelapan yang begitu pekat merambat dari atas tanah, tempat Minotaur dan Faelan
sedang bergumal..
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nino Ndut
lemah bener yak plus kebanyakan gaya tp wajarlah..namanya bocah..yg g wajar tuh setelah melewatin masa suram dari kecil tp masih bisa gegayaan padahal aslinya masih sangat lemah
2023-11-16
1