Negeri Para Naga

Di masa lalu, negeri yang terletak di atas awan ini adalah sebuah tempat yang sungguh ajaib. Keindahan alam yang menakjubkan dan kemewahan tak terduga meliputi seluruh tanah tersebut. Bunga-bunga berwarna-warni mekar sepanjang jalanan, menghiasi pemandangan yang tak terhitung banyaknya. Pohon-pohon raksasa berdaun hijau tebal menyediakan naungan yang sejuk di bawah sinar matahari yang lembut. Serta kebun-kebun ajaib yang dipenuhi dengan tanaman dan bunga eksotis menjadikan negeri ini sebagai surga tersembunyi di atas awan.

Negeri ini juga dikenal sebagai tempat pelajar dan penyihir terhebat berkumpul untuk membagi pengetahuan, mencari kebijaksanaan, dan memelihara kekuatan mereka. Menara-menara yang menjulang tinggi, terbuat dari batu yang berkilauan dan puncaknya melambai di atas langit yang biru, adalah tempat di mana semangat ilmu pengetahuan dan seni dipersembahkan dengan sepenuh hati.

Namun, semua itu adalah cerita masa lalu. Setelah perang suku naga yang mematikan melanda negeri ini, tempat yang pernah dipenuhi keajaiban itu kini hanya menjadi kenangan. Sekarang, puing-puing reruntuhan yang berserakan terlihat di sepanjang sisa-sisa dari zaman kejayaan ribuan tahun yang lalu. Menara-menara yang megah telah roboh, dan kebun-kebun yang dahulu subur sekarang hanya menjadi rerumputan liar. Jalan-jalan yang dulu penuh dengan kehidupan, kini hanya dihiasi oleh bebatuan yang retak dan dinding-dinding yang terlupakan.

Setidaknya tanah yang indah ini masih menyisakan keajaiban alamnya, namun pesona yang dulunya mengisi udara telah sirna. Negeri di atas awan ini, yang pernah menjadi tempat pelajar dan penyihir berkumpul, kini hanya ditempati oleh angin yang sepi dan awan yang berlalu begitu saja. Meskipun terdapat tanda-tanda kehancuran yang jelas, masih ada keindahan tersisa dalam puing-puing ini, seakan membawa Elysia pada sebuah ingatan masa lalu yang kaya dengan legenda yang pernah hidup dalam sejarah yang pernah ada.

Mereka telah sampai di sebuah tempat terbuka yang besar di tengah hutan yang rimbun. Dalam kilatan yang begitu cepat, liontin Faelan mengeluarkan cahaya biru yang memenuhi altar. Menciptakan sebuah proyeksi masa lalu.

Altar naga dulunya adalah sebuah tempat dengan struktur yang luar biasa dalam segala hal, dengan kekuatan dan keanggunan yang mengagumkan. Terletak di tengah hutan yang rimbun dan dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi, altar ini adalah tempat yang sangat sakral dan dihormati oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya.

Pusat perhatian dari altar naga adalah patung-patung naga yang menjulang tinggi. Patung naga ini ditempatkan di tengah-tengah altar dan terbuat dari batu marmer putih yang mengkilap. Naga-naga itu

memiliki tubuh yang panjang dan lentur, dengan sisik halus yang terukir dengan detail yang sangat teliti. Mata naga itu dipahat dengan begitu hidup, seakan-akan siap untuk terbang ke angkasa. Dari mulut naga itu, aliran air suci mengalir ke dalam sebuah kolam marmer kecil di bawahnya, memberikan nuansa yang harmoni dan menenangkan.

Di sekitar altar, terdapat perlengkapan upacara yang indah. Lilin-lilin perunggu dengan tatahan naga berderet rapi, siap untuk dinyalakan dalam upacara keagamaan. Dupa wangi yang ditempatkan di atas meja batu alami memberikan aroma yang harum dan mistis di sekitar altar. Bunga-bunga segar yang dihias dengan lembut menghiasi tempat suci ini, menambahkan warna dan kehidupan pada suasana yang penuh dengan spiritualitas.

Altar naga ini juga dijaga oleh para pendeta dan pengikut yang berbusana dengan pakaian serba putih yang bersih dan sederhana. Mereka melakukan doa-doa khusus dan ritual-ritual untuk menghormati naga sebagai makhluk gaib yang melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan perlindungan.

Suasana di sekitar altar naga adalah campuran antara ketenangan dan kekuatan yang mendalam. Ini adalah tempat yang dianggap sebagai titik pertemuan antara dunia manusia dan dunia naga, di mana kepercayaan dan kebijaksanaan dipelajari, dan doa-doa diucapkan untuk memohon perlindungan serta berkat. Altar naga adalah tempat suci yang memancarkan aura kemuliaan dan koneksi spiritual yang mendalam dengan makhluk legendaris tersebut.

Begitu Faelan dan kawan-kawan naik ke altar, semua proyeksi itu lenyap.

Patung naga yang dulunya megah telah retak dan sebagian besar telah roboh. Perlengkapan upacara yang dulu indah dan terawat dengan baik sekarang hancur berantakan dan berserakan di sekitarnya. Suasana yang dulu tenang dan keramat telah digantikan oleh pemandangan yang penuh dengan kehancuran dan kesedihan. Altar naga kini hanya tinggal sisa-sisa dari masa lalu yang telah jauh berlalu.

“Fae, karena kau adalah pewaris sihir naga, maka tempat yang paling tepat untuk membentuk wadah sihirmu adalah di altar naga ini. Aku dulu, di hutan Darkwood Forest, menciptakan wadah sihirku hanya dalam waktu enam bulan. Dan itu adalah yang tercepat yang pernah tercatat” papar Elysia.

“Tapi bukankah aliran waktu di sini berbeda?” tanya Faelan.

“Disitulah salah satu keuntunganmu di sini, Fae. Sekarang duduklah di atas batu di dekat reruntuhan patung naga itu, dan mulailah bermeditasi untuk membentuk wadah sihirmu. Kau perlu membuatnya stabil kalau kau tak mau energi sihirmu itu meledak dan mengahncurkanmu” Elysia menunjuk sebuah lempengan batu yang dipenuhi debu.

“Apa kau ada saran sebelum aku memulainya?” tanya Faelan.

“Kau harus membebaskan dirimu dari emosi duniawi. Biasanya para calon penyihir ketika membentuk wadah sihirnya untuk pertama kali, mereka akan diuji oleh masa lalu terkelamnya. Untuk dianggap layak, kau harus merelakan dan menerima semua masa lalu pahitmu. Dan satu lagi. Saat nanti kau bertemu roh suci, jujurlah tentang dirimu sendiri!”

Faelan mengangguk dan melangkah maju.

“Aku akan mengawasi dari sini. Kalau kau sudah berhasil berkomunikasi dengan para roh, aku juga nanti akan melakukan meditasi untuk memulihkan energiku. Altar ini adalah tempat yang bagus untuk meningkatkan kapasitas sihir. Ingatlah Fae, jujurlah pada dirimu sendiri!”

Faelan mengangguk sekali lagi sebelum menaiki lempengan batu.

Faelan duduk bersila sambil meletakkan kedua tangannya di atas lutut. Dengan satu tarikan nafas yang mantap, ia memejamkan mata dan memulai meditasinya.

Beberapa saat kemudian..

Dedaunan besar di atas kepala Elysia mulai bergemrisik dengan hebat. Angin berhembus dengan sangat cepat, menciptakan nuansa yang mencekam. Awan gelap berputar-putar di atas altar. Wajah Faelan menunjukkan ekspresi meringis.

“Tidak! Apa yang terjadi?! Ini bukan sesuatu yang biasa terjadi ketika seseorang bermeditasi” Elysia tampak kuatir.

“Memang apa yang seharusnya terjadi?” Tanya Rakko.

“Memang ada beberapa kasus seorang penyihir yang gagal membentuk wadah sihirnya karena ia tak bisa berdamai dengan dendamnya. Tapi... Atmosfer ini, seperti diliputi oleh energi kegelapan yang pekat”

Dengan segera, awan hitam di atas altar itu menghasilkan puluhan petir yang menyambar di atas permukaan altar.

Elysia berusaha maju. Namun sebuah sambaran petir dahsyat menghempaskannya.

“Hati-hati, telinga runcing!!” Pekik Rakko.

“Fae!! Bangunlah!” teriak Elysia. “Kita harus menyelamatkannya, Rakko. Kalau terus begini, bisa-bisa tubuh Fae akan hancur karena dua energi yang saling bertolakan”

Rakko dan Elysia kini berusaha menggapai Faelan sekali lagi. Tapi, lagi-lagi, sambaran petir yang dahsyat menghempaskan mereka.

Lalu sebuah hantaman angin yang begitu kuat menghempaskan setiap awan hitam yang berputar di atas altar. Bersamaan dengan angin yang terasa hangat itu, cahaya yang memancar ke atas yang keluar dari tubuh Faelan memenuhi hutan. Bunga-bunga yang telah lama mati kini bermekaran kembali, lilin-lilin yang mati juga kembali menyala dengan sendirinya, dan patung-patung naga yang berserakan mulai berterbangan dan tersusun kembali ke posisinya semula, membentuk 9 patung naga yang utuh. Wajah Faelan kini terlihat tenang.

Elysia dan Rakko tampak tidak lagi kuatir.

“Selamat Fae. Segeralah tumbuh lebih kuat dan selamatkan dunia ini. Aku takut aku tak bisa menemanimu sampai akhir” Elysia meracau sambil tersenyum bangga. Tak terasa air matanya ikut mengalir.

“Hei, telinga lancip” ucap Rakko, “Bukankah kau bilang kalau altar ini adalah tempat yang bagus untuk membentuk wadah sihir?”

“Iya, emang kenapa?” Elysia mengusap air matanya.

“Hmm.. Apakah bisa... hmm... kalau..” Rakko mempertemukan dua telunjuknya seolah sedang malu-malu, “Apakah aku juga bisa membentuk wadah sihirku di sini? Habisnya setelah Tuan selesai, hanya tinggal aku sendiri yang tidak bisa menggunakan sihir”

“Tidak bisa! Hanya seseorang dengan elemen naga yang bisa membentuk wadah sihirnya di sini”

“Tapi bukankah kau bilang tadi kalau kau mau mengisi daya sihirmu di sini?”

“Sejak dulu, bangsa Elf adalah bangsa yang mempersembahkan hidupnya untuk mengabdi pada suku naga. Jadi, afinitas sihirku sangat cocok dengan sihir naga”

“Dasar telinga runcing licik. Kau curang!” Teriak Rakko, geram.

“Kalau kau ingin marah, salahkan leluhurmu yang memilih tidak ikut andil dalam perang besar, mereka justru sibuk bergumal dengan lumpur. Dasar ras primitif!”

Rakko terdiam dan merasa malu dengan leluhurnya. Bahkan seandainya ia tak bertemu dengan Faelan, tentu saja sekarang ia masih menjalani kehidupan primitif di dalam hutan.

“Tunggu sebentar!” Ucap Elysia tiba-tiba, “Sepertinya ada satu cara”

“Apa??!” raut wajah Rakko mendadak ceria. “Katakan padaku bagaimana caranya!”

“Caranya adalah....”

(Bersambung)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!