Faelan kini telah selesai mandi. Ia yang awalnya masih tak tampak seperti laki-laki dewasa karena pakaian yang diberikan Elysia dulu, yang kini sudah hampir tak muat di badan bongsornya, ia lantas menggantinya dengan pakaian serba hitam yang ia temukan di pemandian air panas, membuatnya tampak menawan dan gagah. Sedikit garis emas di kerah blazzernya menambah kesan berwibawa. Sekilas ia tampak seperti anak seorang bangsawan.
Pemandian dan sekitarnya sangatlah hening. Faelan bisa memaklumi kalau pemandian itu begitu sepi. Tapi, ada sesuatu yang amat berbeda dengan desa Frostwood sesaat ketika ia sampai di sana.
“Tuan, bukankah kau bilang kalau ini adalah desa tempatmu tinggal dulu?” tanya Rikka.
“Iya” jawab Faelan singkat.
“Tapi, bukankah ini terlalu sunyi untuk disebut sebagai sebuah desa?”
Faelan juga menyadari kejanggalan itu. jalanan dan pemukiman warga tampak begitu lengang. Seperti sebuah desa tak berpenghuni. Seluruh warganya seperti lenyap entah kemana.
“Ingat, master” ucap Elysia, “ini sudah lima tahun berlalu. Sesuatu bisa saja terjadi dalam kurun waktu selama itu. Berhati-hatilah!”
Faelan terus berjalan memasuki pemukiman dengan memperhatikan sekeliling. Benar-benar sunyi dan seperti tak berpenghuni.
Lalu di depan sbuah rumah tua yang kumuh, Faelan menemukan sesosok wajah yang ia kenal. Itu adalah Tebas, salah satu dari antek-antek Roderick dulu. Ia tampak begitu lusuh dan lemah, ada begitu banyak lalat yang mengerubinginya. Matanya sayu, tubuhnya kurus kerempeng, bibirnya kering. Entah sudah berapa hari ia tak mendapatkan makanam dan minumam yang layak. Ia sedang sakit.
Faelan mendekatinya.
“Tuan, apa kau mengenalnya?” Tanya Rikka.
“Iya, aku memang tidak begitu dekat, tapi bisa dibilang di adalah teman lama.” jawab Faelan.
“Tebas” Sapa Faelan.
“Siapa anda tuan?” tanya Tebas.
“Apa kau tak mengenaliku?”
“Tak mungkin aku akan melupakan seorang bangsawan tampan seperti anda. Tapi, maaf aku benar-benar tak mengenalmu. Apa anda datang untuk memberikanku bantuan?”
“Master. Sekarang tubuh anda sudah lima tahun lebih tua darinya. Tak mungkin ia mengenali anda. terlebih lagi dengan perubahan penampilan anda” ucap Elysia dari dalam diri Faelan.
“Heal!” rapal Faelan.
Dalam seketika, tubuh lemah Tebas terlihat segar bugar. ”Tuan?! Apa yang anda lakukan? Bisa-bisa anda dieksekusi kalau menggunakan sihir secara terang-terangan begitu. Yah, tapi siapa juga yang akan melakukannya. Tidak ada yang tingaal di sini selain aku. Desa ini sudah jadi desa mati”
“Apa yang terjadi, Tebas?”
“Desa ini telah ditinggalkan semenjak kejadian di hutan lima tahun yang lalu. Seluruh keluarga pemerintahan dan sebagian besar penduduk yang kaya telah lama pergi. Dan semenjak itu pula, wabah mulai menyebar. Semua orang yang tersisa berangsur-angsur meninggalkan desa. Orang-orang dihadapkan pada pilihan antara memilih untuk pergi atau mati karena wabah misterius”
“Lalu kenapa kau tidak ikut pergi?”
“Aku juga sebenarnya ingin pergi, tuan. Tapi keluargaku meninggalkanku di sini karena aku terjangkit. Mereka sudah pergi semenjak 3 hari yang lalu. Kalau kau tidak datang, barangkali aku sudah mati”
“Kemana perginya Roderick dan ayahnya, Frederick?”
“Mereka berkumpul ke kerajaan pusat Shadowvale”
Faelan mengangguk, “Baiklah. Kau uruslah dirimu sendiri. Aku akan melanjutkan perjalanan. Ada tempat yang harus kukunjungi di sini”
“Tuan, tapi siapa nama anda? Selain mengetahui namaku, anda seperti sudah mengenal tempat ini dengan baik”
Faelan tersenyum, “Aku hanya seorang penegelana” ujar Faelan lalu ia melanjutkan perjalanannya.
Beberapa saat kemudian..
Faelan telah sampai di depan reruntuhan yang dulu menjadi panti asuhan sekaligus tempat tinggalnya bersama ayah angkatnya, Reg.
Lalu tiba-tiba Faelan merasakan hawa keberadaan yang aneh.
“Apa kau juga merasakannya Elysia?” Tanya Faelan.
“Iya. Ada energi sihir yang terasa aneh di tengah reruntuhan ini” Elysia menampakkan diri. “Arahnya dari sana! Tepat di bawah reruntuhan itu!” tunjuk Elysia.
Faelan dan kawan-kawan lalu menuju tempat yang ditunjukkan Elysia. Dulu tempat itu adalah kamar yang selalu digunakan Reg untuk berdoa, sebuah ruangan yang tak boleh dimasuki siapapun selain Reg, termasuk Faelan.
Setelah Rikka membongkar beberapa reruntuhan dan menggali lantai, Faelan akhirnya menemukan sebuah kotak kayu yang dibungkus dengan kain putih yang tampak begitu kusam. Seperti kotak itu telah tersimpan cukup lama di dalam ruang bawah tanah.
Dengan segera Faelan membuka kotak itu. Di dalamnya ia menemukan sebuah kantong yang terikat dengan tali coklat berisi sejumlah koin perak dan beberapa koin emas. Selian itu, terdapat juga dua belati yang memancarkan energi sihir yang janggal. Bahkan Elysia pun kebingungan dengan energi yang muncul dari kedua belati itu.
Kedua belati itu terlihat persis sama.
“Kedua belati ini adalah senjata sihir yang bisa menampung sihir penggunanya” papar Elysia, “Hanya saja ada sesuatu yang aneh”
“Apa itu?” Tanya Faelan.
“Satu dari belati ini sangat cocok untuk menerima aliran sihir cahaya, dan satunya” wajah Elysia kini tampak serius, “satunya lagi merupakan senjata sihir dengan afinitas sihir kegelapan”
Faelan memungutnya, “Baiklah, aku akan menamainya Twin Daggers!” ujar Faelan enteng.
“Hei, apa kau tidak mendengarku, Fae?” Elysia kini tampak kuatir, “maksudku, master. Bukankah kau terlalu cepat memutuskan sebelum tahu kebenaran salah satu belati yang memiliki afinitas sihir hitam ini?”
“Yah, kalau ayahku sudah repot-repot menyiapkan semuanya untukku. Bahkan sampai ia rela hidup miskin untuk itu, maka aku harus menerimanya dengan senang hati”
“Tuan, bukankah kau bercerita bahwa ayahmu bukanlah seorang penyihir. Tapi, bagaimana ia bisa menyimpan senjata sihir seperti ini?” tanya Rikka.
“Benar” sela Elysia, “terlebih lagi, aku belum benar-benar yakin dengan senjata sihir ini”
“Kita pikirkan itu nanti. Aku juga penasaran. Seolah twin dagger ini seperti sudah menunggu untuk aku temukan. Yang jelas kita harus cepat-cepat keluar dari benua ini” ucap Faelan.
“Hmmm” Elysia seperti merenung.
“Ada apa Elysia?” tanya Faelan.
“Tidak ada, master. Tapi twin daggers itu nama yang terlalu mainstream. Hihi”
“Diamlah, Elysia!”
“Ayay, master” Elysia memberi hormat.
“Inventory!” rapal Faelan.
Dalam sesaat sebuah lingkaran sihir berwarna biru lalu muncul di depan Faelan. Begitu ia menyodorkan twin daggers, kedua belati seperti terserap masuk ke dalam lingkaran itu.
Faelan sedang bergejolak, begitu banyak yang tidak ia ketahui. Mulai dari Argentia yang memanggilnya dengan sebutan ‘anak’ dan kini tentang misteri Reg, ayah angkatnya. Entahlah. Semenjak tragedi di panti asuhan, dunia Faelan seperti benar-benar telah berubah. Begitu banyak yang tidak ia ketahui. Misteri dunia seperti terbuka bergitu cepat, sampai-sampai ia hampir tak siap menelan semuanya bulat-bulat.
Faelan dan kawan-kawan lalu melanjutkan perjalanan mereka.
Beberapa jam telah berlalu. Sudah bberapa desa yang mereka lewati. Saat itu, matahari baru saja terbenam.
“Kita akan menginap di sini untuk malam ini. Lalu besok pagi-pagi kita berangkat ke pelabuhan” ucap Faelan sambil menunjuk sebuah gua yang terletak di pinggiran hutan.
***
Di dalam ruangan putih, alam bawah sadar Faelan. Salah satu belati tiba-tiba bergetar hebat.
Elysia segera menyadari ada keanehan dari belati itu. Ia menyimpannya di dalam rak besar yang begitu tinggi, berjarak 10 tingkat di atas core milik Baldar.
Elysia segera mendatanginya.
Lalu tiba-tiba core Baldar melesat dengan cepat ke arah belati itu. Elysia yang kini bukan penyihir tingkat lima seperti sebelumnya, semua statusnya telah ter-reset mengikuti status Faelan, ia tak bisa mengejarnya.
Core itu terserap masuk ke dalam salah satu belati, kemudian salah satu belati itu berubah warna menjadi hitam pekat.
Keadaan lantas berubah menjadi tenang kembali.
“MASTER! MASTER! Salah satu belati anda menyerap core milik Baldar” pekik Elysia.
Faelan terperanjat bangun, padaha ia sudah hampir tertidur tadi. “Apa? Jelaskan dengan lebih detail!!”
“Aku juga tak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja salah satu dari twin daggers milikmu menyerap core milik Baldar”
“Keluarkan itu sekarang!”
“Tapi, master”
“Keluarkan saja, Elysia. Aku punya firasat baik tentang itu”
Elysia lalu menyerahkan belati hitam itu.
Segera setelah Faelan menggenggamnya dengan tangan kiri, belati itu tampak mengeluarkan cahaya hitam kemerahan. Tak ada reaksi apapun saat Faelan menggenggamnya. Padahal bisasnya ia akan segera kehilangan kesadaran saat berhadapan dengan core dengan energi kegelapan.
“Bagus! Begini lebih baik. Aku mungkin tak akan menggunakannya untuk bertarung, melainkan hanya untuk menyerap core kegelapan” ucap Faelan.
Elysia yang awalnya tampak kuatir kini mulai terlihat lega, “Sepertinya core Baldar telah menemukan wadahnya. Sekarang kita tidak perlu kuatir master akan kehilangan kesadaran ketika mendapatkan core milik pasukan naga iblis. Ini memang masih dipenuhi misteri, bahkan cenderung berbahaya. Tapi setidaknya hal ini bisa menjadi alternatif”
Ayah. Siapa kau sebenarnya? Seolah-olah kau sudah tahu kalau aku akan membutuhkan kedua belati
ini. Batin Faelan.
“Tuan!” ucap Rikka tiba-tiba dengan wajah seriur, ia lalu mengendus udara, “meskipun samar. Sepertinya ada seseorang yang mengikuti kita. Energi sihirnya memang telah ia sembunyikan. Tapi ia tak bisa mengelabuhi hidung Goblinku”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments