Faelan kini telah sampai di depan Baldar. Dengan sigap, ia naik le atas dada Baldar.
Tepat di depan wajah Baldar, Faelan menyatukan kedua tangannya. Ini adalah serangan yang sebenarnya! Pekik Faelan dalam hati.
*“Break the limit! When we beseech the radiant light of Luxuary, O Great Argentia, may the shadows bow before us and the light shine forth:LUXNOVA!”*
Sebuah serangan laser terfokus menghantam dada Baldar dengan sangat keras.
Faelan sengaja memokuskan luxnova-nya pada satu titik untuk memaksimalkan daya penghancurnya. Ditambah dengan sihir pembuka batasan, meskipun akan sangat melukai Faelan, tapi ia merasa hal itu pantas dilakukan mengingat Baldar yang begitu tangguh.
Pantas saja Baldar disebut penyihir dengan tingkatan MagiEssence keenam. Bahkan dengan dikeroyok oleh Faelan dan kawanannya itu, Baldar masih tetap bisa membuat mereka berjuang mati-matian.
Wajah Baldar kini tampak pucat. Matanya terbelalak dengan tatapan kosong, dan mulutnya menganga. Seakan ia sedang menatapi kematian di depan wajahnya.
Lalu dari bolongan di dadanya, terlihat Magic Core serta sel-sel hitam yang menggeliat berusaha menutupi lubang untuk melindunginya.
Dengan sigap Faelan merebutnya. Ia menariknya sekuat tenaga dengan kedua tangan.
Elysia sudah paham, tanpa perlu aba-aba ia memotongnya dengan pedang putih yang dialiri energi cahaya.
Kini Faelan terpental ke belakang dan menghempas tanah. Ia segera berdiri. Di tangannya ada core milik Baldar.
Tiba-tiba..
DEGG!!
Jantung Faelan seperti berdetak dengan sangat keras. Ia sampai keringat dingin.
Ini adalah sensasi yang dirasakan ketika Faelan menghadapi Minotaur di dalam gua.
Sementara itu, disisi lain, Azorth yang tengah sibuk membakari setiap jengkal tanah negeri para naga, ia kini seolah tersadar akan hawa keberadaan yang sangat ia kenal. “Tuan Zarok? Kaukah itu?”
Lalu dengan tubuh bergetar, Azorth terbang dengan sayap hitamnya menuju hawa keberadaan yang disangkanya sebagai Sang Raja Naga Iblis itu.
***
Faelan seperti mendengar seseorang sedang berbicara di dalam kepalanya. Suara itu terasa asing dan menyeramkan.
Tubuh Faelan bergetar hebat.
Faelan mulai kehilangan kesadaran.
Semuanya tampak gelap dan berputar.
Seperti tubuhnya akan diambil alih oleh sesuatu yang tak dipahami Faelan.
Faelan merasakan otot-otot mulut dan wajahnya sedang menyeringai. Ia juga merasakan matanya tengah menatap tajam seakan mata yang haus darah.
Tapi, Faelan tak bisa mengendalikan tubuhnya. Kendali dari setiap otot dan selnya seperti tengah diambil alih oleh kekuatan yang tak bisa ia lawan.
Dari mulutnya yang menyeringai, liur Felan menetes dengan deras. Giginya seperti bergerak memanjang dan berubah menjadi begitu tajam.
Faelan mulai menganga, sementara di depan mulutnya ada batu hitam yang berasal dari core milik Baldar.
“TUAN! SADARLAH!” Rakko berusaha merebut batu core dari tangan Faelan.
Tapi Faelan seperti tak mau melepaskannya. Faelan mencekik Rakko dengan satu tangan. “DASAR BUDAK TAK TAHU DIUNTUNG! KAU MAU MATI, HAH?”
Energi hitam lalu menggerayangi sekujur tubuh Rakko.
Rakko berteriak kesakitan.
“FAE! KITA HARUS SEGERA KABUR! AZORTH SEDANG MENUJU KESINI!” teriak Elysia sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Faelan pada leher Rakko.
Tapi, Faelan menghempaskan tubuh Elysia dengan mudah, seakan high elf dengan tingkatan MagiEssence 5+ itu hanyalah seorang anak kecil.
Elysia kini terpental dan punggungnya menghantam tanah.
“KAU DIAM DULU! AKU ADA URUSAN DENGAN BUDAK TAK TAHU DIRI INI. SETELAHNYA AKU AKAN MENGURUSMU, DASAR BUDAK ELF RENDAHAN!”
Rakko terlihat begitu kesakitan. Dari mulut dan sela-sela taring panjangnya tampak busa merembes. Matanya hampir keseluruhannya akan berubah menjadi putih. Sebentar lagi ia akan pingsan.
Mau tidak mau aku harus mencobanya sekarang! Kita sudah kehabisan waktu. Maafkan aku Fae! Batin Elysia.
Lalu Elysia mengangkat pedang putihnya tinggi-tinggi. Ia kini mulai merapalkan sihir pemurnian.
"O Great Argentia.. By the cleansing light of purity's grace, I free thee from the grip of dark embrace...."
(Artinya: Wahai Argentia yang Agung.. Dengan cahaya suci penuh kemurnian, aku membebaskanmu dari genggaman kegelapan...)
“Purifika!”
Cahaya putih yang menenangkan memancar melalui pedang Elysia, merambat melalui udara malam yang pengap, lalu memenuhi sekujur tubuh Faelan.
Faelan mengerang kesakitan, “AAAAARRGH! SIALAN KAU ELF RENDAHAN!” pekiknya.
“Maafkan aku Fae. Aku melakukannya karena kita harus segera kabur dari sini” sesal Elysia.
Rakko lalu terlepas dari cengkraman tuannya yang sedang kerasukan.
Sihir pemurnian itu juga membuat cahaya hitam di sekujur tubuh Rakko lenyap.
Tubuh besar Rakko berdebam menghantam tanah. Rakko memegangi lehernya dengan kedua tangan. Ia sudah sadar.
“Cepatlah Rakko” ujar Elysia, “sihir pemurnian ini tidak bisa menahan Fae dalam waktu lama”
Rakko lalu bergegas bangkit dan berusaha merebut core dari tangan Faelan.
Elysia juga ikut membantu dengan menarik tubuh Faelan dari arah yang berlawanan.
Rakko berhasil merebut batu core. Dengan sigap Rakko lalu menggendong tuannya yang tengah kerasukan.
Faelan berontak dengan sangat keras sampai-sampai ia mencakar dan menggigiti bahu Rakko.
Sambil berlari, Rakko merasakan rasa sakit yang amat pedih. Meskipun kekuatan Faelan kini menurun drastis untuk sementara karena pengaruh sihir pemurnian, tapi tentu saja gigitan dan cakaran tuannya berada pada level yang berbeda.
Elysia dan Rakko kini berlari menuju mulut gua kecil yang disebut Grotto. Mereka berdua lalu memaksa Faelan meletakkan telapak tangannya pada lekukan dengan pola tangan di pinggiran gua kecil itu.
Portal sebentar lagi akan terbuka.
Tapi...
Tiba-tiba...
Azorth telah sampai di depan Grotto.
Seluruh pasukannya ia tinggalkan di belakang. Ia harus segera menghadap tuannya yang sangat ia hormati. “Tuan, kenapa kau harus repot-repot datang sejauh ini hanya un...”
Azorth menghentikan kalimatnya. Perlu beberapa detik sampai ia menyadari ada sesuatu yang aneh.
“BOCAH SINTING! Bagaimana kau bisa memiliki aura yang sama dengan Tuan Zarok, HAH?!” Suara naga itu menghasilkan gemuruh yang menggelegar hingga siapapun yang mendengarnya akan bergetar ketakutan. “Tidak! Sekilas itu memang terasa mirip. Tapi, kau bukanlah Tuanku! Kau hanya peniru! Mampus kau di sini!”
Azroth bersiap menghembuskan nafas api hitam penghancurnya. Ia tak perlu merapal sihir. Naga tak pernah merapal.
“RAKKO CEPATLAH!!” pekik Elysia.
Rakko yang menggendong Faelan sebentar lagi akan memasuki portal.
“MUSNAHLAH!”
Teriakan Azroth membuat seluruh tanah negeri para naga yang tengah terbakar itu bergetar hebat. Bersamaan dengan teriakannya, api hitam yang luar biasa besar dan panas menyembur dari mulutnya. Mengarah ke tubuh-tubuh kecil Elysia dan kawanannya.
Sambil menahan tubuhnya yang bergetar ketakutan, Elysia berusaha menghalau api hitam itu dengan pedangnya. Ia tahu itu hanya sia-sia. Tapi, setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan untuk melindungi satu-satunya harapan dunia. Faelan sang pahlawan masa depan dengan segala anomalinya.
Elysia menahannya dengan pedang dan sihir perisai tingkat tinggi.
Tapi serangan Sang Naga Azorth mengenainya dengan telak.
Menembus deretan perisai sihir, seakan perisai Elysia bukan apa-apa di depan terrornya yang dahsyat.
Tubuh Elysia tertelan dalam kobaran api hitam yang mengerikan.
***~~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments