Yatim Piatu Bernama Faelan

Frostwood dulunya adalah sebuah desa tenang yang terletak di pinggiran hutan yang mempesona bernama Darkwood Forest. Desa itu adalah salah satu dari sekian banyak desa yang terdapat di benua yang memukau nan warna-warni serta dipenuhi keajaiban mistis, di mana makhluk-makhluk agung berkeliaran dengan bebas, dan rahasia kuno bergema melalui dedaunan yang berdesir. Keindahan alam terlihat di setiap sudut, mulai dari cahaya yang berkilauan dari flora ajaib hingga air jernih yang mengalir melalui desa. Namun, semua itu berubah semenjak kekacauan yang terjadi akibat invasi aliansi Kerajaan Shadowvale.

Kerajaan Shadowvale telah membawa terror ke seluruh penjuru benua yang mengakibatkan berbagai ketegangan antar ras dan suku, bahkan antar manusia dan berbagai makhluk mitologi. Bahkan hutan Darkwood Forest yang dulu damai kini berubah menjadi mencekam dan berbahaya. Makhluk-makhluk mistis yang sebelumnya hidup berdampingan dengan manusia kini seolah memusuhi penduduk setempat. Sepeninggal Cedric Blake sebagai Kepala Desa Frostwood, jabatannya diteruskan oleh anaknya bernama Frederick Blake yang congkak. Ia memilih untuk masuk ke dalam aliansi Kerajaan Shadowvale yang hanya memberikan kemudahan bagi penguasa desa, namun tidak bagi penduduknya. Penduduk yang hidup dalam kemelaratan dipaksa untuk membayar pajak yang tinggi. Jika tidak, mereka akan dijual di pasar budak yang dikelola oleh Kerajaan pusat. Di tengah semua kekacauan itu, muncullah seorang anak bernama Faelan. Dia memiliki rambut cokelat kusam yang selalu terlihat kusut dan mata cokelat yang penuh dengan kecemasan. Setiap hari, Faelan mengenakan pakaian lusuh yang selalu terlihat tampak kecil di tubuhnya yang kurus.

Sejak masih bayi, Faelan ditemukan terlantar di depan pintu panti asuhan lokal. Bukan sebuah katedral yang menyambutnya, tetapi rumah sederhana ayah angkatnya bernama Reg, pemilik panti asuhan yang sangat penyayang. Di bawah sinar bulan perak yang menerangi Frostwood, Faelan yang masih bayi ditemukan sedang menangis sambil memeluk liontin serta secarik kertas yang bertuliskan 'Nama anak ini adalah Faelan'. Reg menyambut bayi bermata coklat itu dengan senang hati.

Setiap hari, Faelan dan ayah angkatnya, menjalani kehidupan sederhana mereka dengan tekun. Dalam kekurangan, mereka belajar untuk hidup dengan apa yang mereka miliki. Pagi-pagi buta, Faelan bersama Reg pergi ke pinggiran Darkwood Forest untuk mencari kayu bakar yang akan mereka gunakan untuk memanaskan rumah mereka. Mereka berjalan bersama melalui hutan yang penuh misteri, di bawah dedaunan yang tebal dan melewati sumber-sumber air yang mengalir dengan tenang. Meskipun mereka hidup dalam keterbatasan, Faelan adalah seorang anak yang berbakti dan selalu setia membantu ayah angkatnya dalam segala hal.

Di tengah desa yang sederhana ini, Faelan belajar banyak tentang nilai-nilai kehidupan, kerendahan hati, dan rasa syukur. Meskipun tidak pernah memiliki banyak harta, dia memiliki kekayaan dalam bentuk kebaikan hati dan tekad untuk menjadi pribadi yang baik. Mereka adalah dua jiwa yang saling mendukung, hidup dengan sederhana, tetapi penuh dengan cinta dan kebahagiaan.

Waktu terus berlalu di Frostwood, dan dengan usia yang semakin bertambah, Reg semakin lemah dan sering kali sakit-sakitan. Faelan yang semakin dewasa menyaksikan perubahan itu dengan hati yang berat. Ia tahu bahwa ia harus mulai belajar mandiri, termasuk pergi mencari kayu bakar sendirian. Meskipun khawatir akan ayah angkatnya, Faelan melanjutkan tugasnya dengan tekad yang kuat.

Namun, di saat-saat seperti inilah bully terhadap Faelan dimulai. Beberapa pemuda dari desa yang kurang berhati baik melihat kesempatan untuk menjatuhkannya. Mereka mengolok-oloknya karena harus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak menjadi beban seorang anak seumurannya. Terkadang, mereka bahkan berani menyergap Faelan ketika ia sedang sendirian di dalam hutan yang gelap, menelanjangi dan menghanyutkan kayu-kayunya ke sungai yang deras. Faelan kecil hanya bisa menangis. Ketua dari sekumpulan pembully itu bernama Roderick, anak dari Kepala Desa.

Roderick selalu menyombongkan diri dengan cerita bahwa ia adalah keturunan baron yang menguasai seni sihir pedang di keluarganya. Namun, kenyataannya, Roderick tidak memiliki kemampuan itu. Hanya dengan pedang sihir yang diberikan oleh ayahnya, Frederick, ia selalu berpura-pura sebagai seorang penyihir. Faelan, sayangnya, selalu menjadi sasaran Roderick. Faelan akan ditelanjangi dan dipegangi oleh anak buah Roderick. Setiap kali Roderick gagal, ia akan marah, menyalahkan Faelan, lalu menamparnya. Faelan terus menerus menerima penyiksaan fisik dan emosional seperti itu setiap hari di sela-sela mengumpulkan kayu bakar.

"Awas saja kalau kau melaporkan ini pada Reg tua yang sudah sekarat itu. Kalau kau berani melakukannya, akan kuiris wajah kumalmu itu" ujar Roderick.

Meskipun hati Faelan penuh dengan ketabahan, rasa sakit dari perkataan dan perlakuan kasar mereka tidak pernah begitu mudah untuk dihadapinya. Faelan pernah sekali mencoba melaporkan perilaku kejam Roderick pada ayah angkatnya. Dia berharap agar Reg bisa memberikan nasihat atau perlindungan. Namun, Reg hanya memohon agar Faelan bersabar dan tidak mempermasalahkannya lebih lanjut. Ia berbicara tentang pentingnya menjaga kedamaian di desa mereka dan berusaha menenangkan Faelan.

Lalu pada suatu sore. Saat itu sudah hampir petang. Di hutan gelap yang dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi, Roderick dan gengnya mengepung Faelan. 3 Bulan abadi sudah mulai muncul menerangi suasana, menciptakan bayangan-bayangan menakutkan di antara pohon-pohon yang misterius. Roderick memegang pedang sihirnya dengan bangga, Ia berpura-pura sedang menahan sihir yang memancarkan cahaya biru samar.

"Sekarang saatnya untuk ujianmu lagi, Faelan," kata Roderick dengan nada merendahkan. "Kau pikir kau bisa menjadi penyihir sejati dengan kemampuanmu yang payah itu, hah?"

Roderick memberikan sebatang ranting kecil kepada Faelan.

Faelan, dengan mata penuh ketakutan, berdiri di antara Roderick dan temannya yang bersiap dengan ekspresi kejam. "Tolong, Roderick, aku tidak ingin melawanmu. Aku hanya ingin hidup dengan damai."

Roderick tertawa dengan nada penuh cemoohan. "Damai? Akulah yang seorang penyihir. Kamu bukan penyihir, Faelan. Kamu hanyalah sampah. Sekarang cepat lawan aku!"

Faelan tak mau melawan.

Roderick kesal. "Atau kau mau kalau aku bertarung dengan Si Tua Reg saja. Besok adalah ujian sihirku. Kalau aku tidak bisa mengeluarkan sihir, maka aku hanya perlu membuatnya seperti seolah aku mengeluarkan kekuatan sihirku"

Komplotan Roderick tertawa.

Faelan kini sadar, ternyata mereka membawa pemantik dan minyak Napalm yang sangat mudah terbakar. Faelan menatapnya dengan gemetar.

"Oh ayolah jangan cengeng begitu" ucap Roderick, "Kita ini teman, kan? Teman harus saling membantu. Aku juga tak akan membakarmu. Aku hanya perlu membakar sedikit rambut dan baju lusuhmu yang sudah kekecilan itu" sambungnya.

Faelan masih gemetar ketakutan.

Roderick dan kawanannya saling tatap dan mengangguk satu sama lain.

"Apakah sebaiknya aku minta tolong pada Si Reg Tua itu saja, ya?" ujar Roderick.

"JANGAN!" pekik Faelan, "Biar aku saja" sambungnya.

Mata Faelan bergetar. Seluruh tubuhnya berguncang. Sampai-sampai ia tidak menyadari liontin di dadanya kini mulai bereaksi.

Dalam keadaan panik, Faelan mengayunkan pedang sihirnya dengan canggung, mencoba menghalau serangan Roderick. Namun, Roderick dengan mudah menghindarinya, sambil mengejek, "Lihat, dia bahkan tidak bisa mengendalikan pedangnya sendiri. Hahaha"

Sekarang Roderick mulai menjalankan rencananya. Ia melumasi pedangnya dengan minyak Napalm dan membakarnya.

Kawanan Roderick lalu melumuri pakaian dan rambut Faelan dengan minyak yang sama.

"Nah! Sekarang mari kita mulai acara utamanya. Bersiaplah Faelan! Penyihir api yang agung akan memberikanmu kematian yang terhormat" ujar Roderick penuh bangga.

Faelan semakin takut.

Liontin di dada Faelan bergetar hebat.

Roderick mengayunkan pedang apinya.

Dengan putus asa Faelan mencoba menghalaunya dengan ranting kering di tangan kurusnya.

Lalu, seketika ranting kayu itu mengeluarkan api biru yang dahsyat.

Roderick terpental. Pedang yang ia pegang terbakar hebat dan patah.

Roderick berusaha mematikan api biru yang membakar sekujur tubuhnya.

Kemudian, tiba-tiba liontin milik Faelan mengeluarkan gelombang cahaya biru yang mementalkan minyak

Napalm yang ada di tubuh Faelan.

Gelombang itu juga ikut memadamkan api di pedang dan tubuh Roderick.

Roderick dan kawanannya lantas lari terbirit-birit, meninggalkan Faelan yang masih syok dan kebingungan dengan apa yang terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!