Setelah peristiwa di pesta pesta ulang tahun Cetrine, Topaz melarangku untuk keluar griya tawang selangkah pun. Semua yang menghubungiku harus melalui dirinya terlebih dahulu. Topaz memutus aksesku, Soka di perintahkan untuk menemaniku atau lebih tepatnya mengawasiku.
"Apa yang sebenarnya terjadi?, kenapa aku harus terus di sini?, kenapa kau menemaniku bukan suamiku?, kemana dia?, kenapa aku tidak boleh keluar?, hanya untuk bertemu Esmerald saja membutuhkan ijin. Apakah aku seorang tawanan?," aku mencecar Soka dengan pertanyaan yang tidak akan dia jawab.
Aku memandangnya dari bangku di beranda dekat kolam renang, Soka hanya berdiri mematung memperhatikan buku yang kupegang.
"Kau tahu ini sangat membosankan. Dikurung di sini tanpa orang yang kau sayangi," keluhku yang di acuhkan Soka.
"Biarkan aku keluar" pintaku. "Hanya untuk menemui suamiku, ya" imbuhku.
Soka mengacuhkan aku, tak bergeming sesuai perintah atasannya. Aku seperti bemonolog sendiri. Hariku semakin membosankan tak ada kegiatan yang bisa di lakukan.
"Soka, mintakan ijin untuk menemui mama," perintahku.
Soka melirikku, "Baiklah, saya telepon tuan." Segera Soka menelepon dan mengangguk dengan jawaban bergumam tak jelas.
"Nyonya tidak boleh kemana pun." Soka menyampaikan pesan dari Topaz.
Hah. Kuhembuskan napas panjang dan kembali menekuni buku yang kubaca. Tiba-tiba terlintas ide dipikiranku.
Soka hanya melirik sekilas. "Ini jam makan siang, biarkan aku sebagai isteri mengiriminya makanan, please," rengekku.
"Nyonya, anda.. "
Aku memotong ucapannya, "aku menemui suamiku, bersamamu. Titik!," tandasku.
Aku menuju dapur menyiapkan makan siang untuk Topaz. Soka membuntutiku dan memperhatikan kegiatan memasakku tanpa berkomentar.
...****************...
Sementara itu kedatangan Cetrine dikantor Topaz menambah keruwetan pikirannya.
"Kenapa kau menyambutku seperti itu," sapa Cetrine menjingjing plastik besar yang kini di letakkan di meja kerjanya.
"Pulanglah, kerjaanku banyak," balasnya lelah. Senyuman Cetrine tergambar di wajah cantiknya.
"Aku tahu honey. Aku hanya membawakanmu makan siang," Balasnya lembut sambil menunjuk ke bungkusan yang dibawanya.
Topaz melirik sekilas, "aku sudah makan."
"Oh come on honey, kau akan lupa makan karena bekerja." Cetrine membuka bungkusan yang dibawanya, "lihatlah makanan favoritemu," pasta dan chicken katsu mengintip dari bungkusan, mengeluarkan aroma wangi yang menggoda perut lapar.
Cetrine menggulung pasta dengan garpu dan menyodorkan ke mulut Topaz,
"aaa.. " ucapnya namun tak di responnya. Cetrine kembali meletakkan makanannya dengan wajah cemberut
"Pulanglah" suruhnya. Namun perintahnya malah membuat Cetrine berinisiatif mendekatinya.
"Honey, kau kenapa?," Cetrine memutari meja, mendekatinya, tangannya dengan lincah memijat pundaknya.
Topas mengelak namun malah memberikan ruang untuk Cetrine bertindak lebih gila yaitu menempatkan diri duduk dipangkuannya.
Dikalungkanlah kedua lengannya pada lehernya, "ceritakanlah apa yang membuatmu pusing?," tanya Cetrine manja yang menatapnya penuh rindu.
Topaz menatap mata Cetrine yang menggunaka kontak lens berbentuk bunga. "Kau! masalahku adalah kau," tandasnya.
Cetrine hanya tersenyum manis akan perkataannya, "aku bukanlah masalah. yakinlah!" balasnya manja.
"Kalau begitu pulanglah," perintahnya untuk ke dua kalinya.
Senyuman semakin melebar di wajah cantiknya, ditambah jemarinya yang kini mulai menyusuri wajah tampannya, menggoda dan merayu.
"Tidak, aku baru datang. Aku kangen. Si mungil itu melarangmu kan?!," tuduhnya.
Topaz mencoba menjauhkan lengannya, "tak ada yang melarangku. Pergilah," perintahnya untuk ketiga kali yang tetap tak di hiraukan oleh Cetrine.
"Kau tidak merindukanku?," ucapan Cetrine makin menggoda, dengan menaikkan satu kakinya yang mengenakan rok mini. Memperlihatkan paha putih mulus.
Topaz mengalihkan pandangan dari paha mulus yang kencang itu. Tak ada yang bisa di lakukannya ketika tubuh Cetrine mendekat. Senyuman nakal di layangkan Cetrine mengetahui Topaz telah terdesak.
"Malam ini mainlah ke klub ada pesta besar di sana. Kau tahu salah seorang teman kita akan melepas masa lajangmya. Mereka mengadakan pesta private di club. Datanglah!," ujar Cetrine.
"Tidak," balasnya cepat.
"Kenapa?," sahut Cetrine sedih.
"Karena aku tak perlu datang."
"Honey, masih marah atas kejadian itu?," tanya Cetrine yang di acuhkannya. Ekspresi Topaz mengeras, matanya memicing tajam menatap Cetrine.
"Kau tahu kan bagaimana Aquamarine. Gosip gampang tersebar. Aku tak tahu bagaimana bisa ada rekaman itu," jelas Cetrine.
Sehari setelah pesta ulang tahun Cetrine, sebuah video beredar, rekaman sang istri Topaz yang terlihat mesra menggandeng pria. Topaz tak bisa membendung berita yang mengatakan isterinya selingkuh terang-terangan.
Dan setelahnya berita dan gosip saling bercampur hingga tak bisa di bedakan dan di hapus begitu saja. Harga sahamnya sempat turun atas berita ini. Yang berakhir dengan keputusannya mengurung sang isteri.
Topaz memandang wanita yang kini bermanja di pangkuannya. "siapa pria itu?," tanyanya dengan galak.
Cetrine berpikir sejenak, "entahlah, mungkin seseorang membawanya."
Topaz mendecakkan mulutnya tak mempercayai jawabannya, "pestamu private, Cet. Tanpa undangan tak bisa masuk."
Cetrine hanya mengangkat bahu tidak tahu. "Katakan rencana busuk apa yang kau gunakan untuk menjelekkan istriku?," tanyanya geram.
Cetrine tidak menyukai tuduhan yang dilayangkannya, begitu pula nada suaranya ketika bertanya hingga emosinya mulai meluap.
"Tidak ada" jerit Cetrine, "aku tidak tahu kalau rekaman itu menyebar setelah pesta. Begitu pun dengan gosip diluaran sana yang menganggap isterimu sebagai penggoda. Tidak ada hubungannya denganku, honey!," papar Cetrine penuh percaya diri.
Topaz tak menjawabnya.
"Tapi coba pikirkan. Harusnya si mungil bersamamu, bukannya sendirian di tengah cahaya remang bersama pria, kan!" sambungnya dengan sindiran yang menyebabkan Topaz marah.
"Cukup Cet," bentaknya. Cetrine mencoba membujuk Topaz.
"Honey, kau belum mengenal si mungil lama kan, bisa saja itu memang sifatnya. Menggoda pria tampan dan kaya," bisikan Cetrine bagaikan palu yang menyadarkan Topaz.
"Hentikan Cet, sebelum kemarahanku melukaimu," ancamnya tanpa menyembunyikan kemarahan.
Cetrine kembali memijat tengkuknya, membelai wajahnya berharap yang dilakukan bisa meredakan amarahnya.
"Honey, aku ke sini bukan untuk menyulut emosimu. Aku kesini untuk mengudangmu itu saja," jawabnya lemah lembut. Badan Cetrine semakin menyandar ke tubuhnya.
"Aku tidak akan datang. Kau tak usah repot lain kali," tegasnya.
"Honey! ayolah, jangan kecewakan aku."
Topaz memijat keningnya, "Cet, berhenti memaksakan kehendakmu."
"Honey, please," ucapnya lembut, "akan ku bantu mencari tahu siapa penyebar gosip si mungil," tawar Cetrine.
"Tidak usah, aku sudah menyuruh seseorang menyelidikinya," tolaknya.
"Wow! Suami teladan," puji Cetrine ada nada kekesalan tersirat. "Jadi dimana si mungil sekarang?" sambung Cetrine dengan pertanyaan.
"Bukan urusanmu," balasnya singkat
"Terserah, bukan urusanku juga," sahut Cetrine tidak peduli.
Sekali lagi Cetrine coba membuat tawaran menarik agar Topaz bersedia datang.
"Ayolah, datanglah kepesta, maka aku akan berusaha meredam gosip si mungil," bujuk Cetrine. "kau tahu kan sekalinya aku bicara maka semua urusan beres. Sebagai gantinya datanglah ke pesta malam ini. Ayolah honey," pintanya.
Topaz mempertimbangkan tawarannya. Cetrine seorang Sosialita dan nama Peridot termasuk yang berpengaruh di Aquamarine.
Mungkin tak ada salahnya menerima tawarannya. PikirTopaz.
"Akan kupikirkan soal pestanya," jawabnya setelah berpikir sejenak.
"Thank's Honey," ucap Cetrine kegirangan dengan mengecup pipinya. Topaz tak bisa menghindarinya.
"Oh yah, mana Soka?" tanya Cetriene tiba-tiba.
"Menemani isteriku di rumah," jawabnya.
Cetrine tersenyum nakal, "kau tak takut si mungil akan merayu Soka," ucapnya usil menilai reaksi Topaz.
"Jangan memulai pertengkaran," ucapnya, "stop omong kosongmu itu."
"Hanya mengungkapkan pikiran saja tak ada maksud lain," ujar Cetrine.
"Honey, berjanjilah kau akan datang malam ini," bujuknya.
"Kenapa?. Sudah ku bilang akan kupikirkan."
"Karena aku ingin kau datang selagi kau menghukum si mungil. Bersenang-senanglah denganku," tawar Cetrine manja yang mengedipkan sebelah matanya. Topaz hanya berdeham menjawabnya.
"Honey, bagaimana seandainya si mungil selingkuh? kau akan segera menceraikannya kah?" tanya Cetrine penasaran, "seandainya.. " Cetrine mempertegas ucapannya.
Jeda sejenak sebelum Topaz menjawab, "Entah, tak kupikirkan."
"Oh! maksudmu membiarkannya begitu saja," nada ketidaksukaan dan cemooh bercampur ketika Cetrine mengatakannya.
"Sudah kubilang dia bukan orang seperti itu," belanya. Amarah Cetrine semakin terlihat dari ekspresi wajahnya yang menatap sinis.
"Kau membelanya karena dia isterimu, gimana kalau dia mempunyai mantan yang banyak di kampung. Kau baru mengenalnya sebentar kan," jelas Certine mencoba mempengaruhinya.
Topaz menggelengkan kepalanya, "dia bukan orang seperti itu," pembelaan keduanya.
Karena akulah orang pertama baginya. Sahut Topaz dalam hati.
Cetrine kesal Topaz selalu membelanya tanpa ada keraguan, padahal video isterinya mesra dengan pria lain beredar.
"Kau membela si mungil bukan orang seperti itu, seyakin itukah terhadapnya?," cemooh Cetrine jengkel.
"Kau harus mengenalnya sendiri," jawaban telaknya menyakiti harga diri Caterine.
Cetrine tertawa menghina,"no honey, si mungil tak selevel denganku."
"Aku juga tak selevel denganmu," akuinya.
"Honey, kau memiliki segalanya."
"Sekarang tidak dengan dulu."
"Honey, jangan ungkit soal dulu oke," balas Cetrine menenangkan dirinya. "Kutunggu di club jam 11, honey," sambungnya.
Topaz menjadi ragu dengan keputusannya, "jangan menungguku," balasnya
Tangan Cetrine mulai bermain manja di dada bidangnya, tubuhnya semerbak wangi bunga mendekat pada Topaz. Membisikan kata, "kalau kau datang kita bisa melalui malam indah," rayunya.
"Cet aku pria beristri," Topaz memperingatkan.
"Lantas," ucapnya, "si mungil selingkuh di pestaku secara terang-terangan. Honey, jangan rendahkan dirimu," ujarnya sedih.
"Berhenti menjelekkan.. "
Ucapan Topaz dihentikan oleh ciuman panas Cetrine yang menuntut tak kenal ampun. Topaz menggunakan tanganya untuk menjauhkannya. Rasa lapar dan kerinduan Cetrine di tuangkannya ke dalam ciumannya yang manis dan menuntut.
Usaha Topaz untuk menjauhkannya telah kalah dengan godaan bibir penuh yang membangunkan sarafnya. Bibir Cetrine tersungging ketika Topaz membalasnya, namun Cetrine segera menjauh.
"Honey, akuilah kau menginginkannya," ucapnya dengan napas terengah pendek.
Topaz tak menjawab hanya mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
"Lipastikku tak akan berbekas honey."
Topaz lelah dengan semua tinggahnya. Semakin diladeni semakin menjadi pada akhirnya Topaz hanya membiarkannya.
"Honey, datanglah nanti malam," tuntutnya.
Cetrine mencoba untuk mencium Topaz sekali lagi, sayangnya usahanya gagal karena Topaz berhasil melengoskan mukanya. Cetrine tak menyerah begitu saja, dia mendaratkan kecupan di pipinya.
"Makanlah, jangan sampai kau sakit. Bye honey. "ucapnya yang kini turun dari pangkuan Topaz.
Cetrine berjalan dengan santai keluar kantor, "jangan lupa nanti malam kau harus datang yah ke pesta. Maka aku akan bantu si mungil bebas dari tuduhan dan gosip. pikirkanlah, honey!" ucapnya sebelum menutup pintu dan melayangkan ciuman.
Topaz membalikkan kursinya ke arah jendela memandang keluar yang kini cuaca terik dengan awan biru membentang.
Sensasi ciuman Cetrine masih tertinggal di bibirnya.
"Cet, kau melebihi batas,"gumam Topaz. Kini dirinya melamun keputusan tepat yang akan diambilnya nanti.
Tanpa mengetuk pintu, aku memasuki kantornya. Terlihat Topaz sedang bersantai memandang keluar. Ku dekati dirinya, heran menyaksikan makanan yang tak di sentuhnya.
Hubby, sudah beli makanan rupanya. Pikirku kecewa tidak datang lebih cepat.
"Hubby," panggilku.
Aku mendekatkan wajahku dan kembali memanggilnya, "Hubby.. " menggoyangkan sedikit tubuhnya.
Apa yang kau pikirkan?.
Suaraku mengembalikan kesadaran dari lamunannya. Entah apa yang di pikirkannya, matanya tidak fokus menatapku.
"Ruby," ucapnya terbata. "kenapa kau disini?, mana Soka?," cecarnya dengan pertanyaan.
"Aku membawakanmu makanan, tapi sepertinya kau sudah membelinya." Jawabku sedih memandang ke tumpukan makanan yang tergeletak di meja.
Melihat hal ini Topaz berdiri dan merangkul pundakku, mengajak ke sofa.
"Kau tidak harus repot, sayang," ucapnya menyemangatiku. "kita makan yuk," ajaknya yang memyebabkan senyum lebar terlukis di wajahku.
"Lalu makanan yang itu?." Tunjukku.
"Soka bisa menghabiskannya," sahutnya santai.
Kegembiraan merambati hatiku, dirinya lebih memilih masakanku untuk makan siangnya.
"Sayang, sepertinya aku akan lembur. Pulanglah dengan Soka. Jangan menungguku ya," jelasnya.
Lembur lagi setelah sekian lama. Pikir otakku sedikit kecewa.
"Ya," jawabku sedih, "Hubby, bolehkah aku mengunjungi mama," pintaku manja.
Topaz mengangkat kepalanya dari makanan yang di lahapnya, "kau bosan?." Aku mengangguk pelan. "Sabarlah sebentar, sayang," sambungnya.
"Kenapa kau mengurungku?," tanyaku penasaran. "Apakah karena kesalahanku di pesta Cetrine?," imbuhku.
Topaz mendekatiku, meraihku dalam dekapannya, bibirnya mencium keningku. "Bukan, nanti aku jelaskan," jawabnya.
Dalam dekapannya, aku mencium samar wangi parfum bunga. Aku mendongak menatapnya.
"Hubby.. " dia bergumam uhm menjawabku. Menatap wajahku, sebelum mendekatkannya untuk mengecup bibirku. "Pulanglah, aku harus bekerja," suruhnya lembut.
Pertanyaan yang sudah di pikirkan otakku hilang begitu saja hanya dengan satu kecupannya.
Tak ada yang bisa kulakukan kalau ini urusan pekerjaan, jadi dengan berat hati aku pulang di temani Soka.
Diperjalanan pulang, terlintas kembali wangi samar di kemejanya. Wangi parfum yang sebelumnya pernah kucium namun entah di mana.
Siapakah yang hubby temui sebelum aku? Bagaimana bisa wangi itu tertinggal di kemeja hubby?. Apa yang hubby lakukan sebenarnya.
Instingku seketika menajam. Namun perasaanku terhadapnya di tambah sikapnya yang menyenangkan, aku menghapus pikiran negatif tersebut dari otakku.
Aku percaya hubby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments