Sesuatu terasa janggal

Mengagumi ketampanan Topaz Zephyr memang tak ada habisnya. Wajah tertidurnya membuatku candu. Telunjukku melukiskannya mulai dari lengkungan alis hitamnya, matanya yang terpejam, hidung manjulangnya hingga bibir sensual yang pandai menggoda.

"Pagi," sapanya.

Mendengar suaranya aku tersentak hingga kutarik jemariku dari wajahnya. Perlahan terbukalah matanya memperlihatkan bola mata kecoklatan miliknya.

"Katakan, apa yang kau pikirkan tentang Hubbymu?" Godanya.

"Tak ada," Aku mencoba melepaskan diri darinya, tak kalah cepat dariku tangnnya menahan pingganggu hingga sebagian tubuhku berada di atas tubuhnya.

"Benarkah. Kau bohong," senyum mengggodanya menggelitik perutku.

Aku berusaha mengalihkan pembicaraannya, "Siapa yang menelepon semalam?"

Terlihat keraguan ketika menjawab. "Seseorang. Dan kita harus mengakhiri liburan kita. Kita akan pulang sekarang." Topaz melepaskan pelukannya dan beranjak ke kamar mandi.

Bisakah temaniku lebih lama.

Rasa kecewa kian mengikuti terutama keraguanku akan perasaan Topaz kepadaku. Dari awal pernikahan kita memang tak pernah terucap kata cinta sekalipun. Tapi dengan perlakuan Topaz, semua cumbu rayunya, bisakah ku artikan bahwa ada rasa sayang untukku.

Topaz keluar kamar mandi hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Tubuh atasnya yang basah dan telanjang memacu adrenalinku. Aku terpana melihatnya melepaskan handuk, segera ku tutupi mukaku dengan lengan.

Tawanya terdengar melihat reaksiku. "Bukankah kau menyukainya, untuk apa malu. Kau menciumku dengan nakal semalam," ucapnya yang kini berjalan menghampiriku.

Topaz telah mengenakan celana pendeknya namun tidak kausnya. Tubuh atasnya memperlihatkan betapa olahraga membentuk indah ototnya. Tetesan air dari rambutnya manambah imajinasi liarku yang ingin menyentuhnya.

"Kau tak keberatankan kalau kita pulang. Lain kali kita bisa ke sini lagi, bermain sepuas yang kau inginkan." Topaz mendekatkan jemariku ke bibirnya melakukan kecupan yang menggodaku.

Ah! Aku tak bisa meredam hasratku atas perlakuannya. Setiap sentuhannya kini menjadi candu bagi tubuhku yang kian mendambanya.

"lagi-lagi bengong."

Tangannya merengkuh tengkukku menarikku mendekat melepaskan kecupannya. Tak sampai disitu, kini tangannya mulai bergerilya turun menyingkap gaunku dan menyentuh kulit telanjangku.

Aku mendorongnya ketika dia mulai mengusik ke dadaku. Tawanya terdengar mengejekku kini. Aku beringsut membenarkan gaunku, menghilang ke kamar mandi.

"Jangan lama sayang, atau kau kutinggalkan di pulau ini," teriaknya.

Perjalanan pulangku tidak membuatku mabuk. Tapi sebagai gantinya, Topaz sibuk dengan teleponnya mengacuhkanku yang kini bisa menikmati pemandangan.

Kami tiba di pelabuhan Aquamarin City pada siang hari. Tak terlihat tanda kedatangan Soka menjemput, sebagai gantinya sebuah mobil telah di persiapkan.

"Soka ke mana?" Tanyaku heran tak melihat asistan setianya.

"Menghalau tamu tak di undang," jawabnya dengan nada penuh kejengkelan.

Aku heran dengan jawaban Topaz.

Siapakah tamu tak diundang yang membuat hubby jengkel?.

Garreth adalah sang tamu tak diundang yang di bicarakan Topaz. Dia telah menunggu di ruang tamu griya tawang Topaz.

"Nona Ruby," sapanya Ramah.

Tak bisa ku sembunyikan ekspresi kegembiraanku melihat Garreth dan bergegas berlari untuK menyalaminya, sebelum tangan kasar menghentikan keinginanku dengan cengkraman di lenganku.

"Nyonya Zephyr" koreksi Topaz, "apa maumu?" Ucapan kasar terkesan memaki keluar dari mulut Topaz.

"Aku perlu berbicara dengan Nona maksud saya Nyonya Ruby, masalah perkebunan," jawabnya.

"Ada apa dengan perkebunan?" Tanyaku panik.

"Kau tidak perlu tahu," sahut Topaz kasar.

"Aku pewarisnya, dan berhak untuk mengetahui," tegasku.

"Kau mempunyai hutang, maka hakmu hanya sebuah nama saja," tandas Topaz.

Kemarahan sudah mengusai dirinya, terlihat dari rahangnya yang mengatup.

"Nyonya Ruby perlu mengetahuinya dan memeriksanya langsung. Ayahku sedang sakit hingga aku jauh datang kesini agar perkebunan bisa berjalan. Nyonya bisa mengatasinya kalau sudah berada di sana. Hanya Nyonya yang bisa. Saya mohon Tuan Zephyr mempertimbangkan kembali keputusannya," usul Garreth sambil menahan emosinya.

Topaz tidak menjawab malah lenyap ke ruang kerjanya.

"Tunggulah. Akan ku coba membujuknya," ucapku.

Kususul dia yang kini sedang membuka dokumen di meja kerjanya.

"Hubby.... "

"Tidak!" Bentaknya.

"Dengar dulu penjelasanku.... "

Topas menutup kasar dokumen yang dibacanya. Suaranya menggema memenuhi ruangan.

"Coba pikirkan kembali. Kau memerlukan anggur kualitas terbaik agar menjaga kualitas wine mu, jadi ijinkan aku pergi. Tak akan lama," pintaku.

"Jangan tawar-menawar denganku. Kau pikir kau siapa. Orangku bisa meninjaunya. Yang perlu kau lakukan hanya diam di sisiku," hardiknya.

"Hubby... aku lebih mengenal perkebunanku daripada orang lain."

Amarahnya tak bisa dikendalikan lagi. suaranya semakin meninggi, "Jangan berdebat denganku, Ruby Celeste." Tandasnya.

Apa yang merasukinya hingga dia semarah ini.

"Hubby! "

"Diam kau tak punya hak bicara."

Topaz sudah kelewatan dan aku sudah menahan setiap perlakuannya kepadaku terutama permintaan dan perintahnya.

"Aku tetap akan pergi walaupun kau tidak mengijinkannya," aku bersikeras dengan pendapatku.

"Ruby, jangan melewati batas. Tugas isteri berada di samping suami dan mematuhi perkataannya. "

Aku pergi meninggalkannya. Topaz membuntutiku, menarik paksa tanganku.

"Lepaskan!" teriakku.

Mendengar teriakanku Garreth dan Soka datang bersamaan.

"Lepaskan Nona sekarang juga," bela Garreth yang tidak suka dengan perlakuan Topaz.

"Cih! Aku suaminya, tak ada hubungannya denganmu," pekiknya.

"Dia adalah ahliwaris perkebunan Celeste, dan aku bekerja padanya. Tak akan kubiarkan dia di perlakukan tak hormat," serang Garreth.

Cengkramannya semakin mengencang di lenganku, kukunya menancap menyebabkanku meringis.

"Tuan. Nyonya kesakitan," ucap Soka.

Topaz melirik ke arahku yang meringis kesakitan hingga menghempaskanku dengan kasar. Gerakan tiba-tibanya membuatku kehilangan keseimbangan, Garreth lah yang menangkapku sehingga tak terjatuh ke lantai.

"Hubby... Kau keterlaluan," rintihku kesakitan.

"Nona Ruby." Garreth membantuku bangun.

Kutatap matanya penuh rasa kesal. "Kalau menginginkanku di sisimu, kau harus menjemputku!" Itu ultimatum terakhirku.

Dengan segera aku menarik Garreth bersamaku keluar dari griya tawang tanpa membawa apapun. Sayup terdengar makian Topaz mengiringi kepergianku.

Kami memasuki lift, "Nona apakah ini hal yang baik?. Sebaiknya Nona kembali."

Tak ku gubris omongan Garreth, aku terlalu emosi dengan tingkah Topaz yang sudah keterlaluan.

"Bawa aku ke Rosewood. Dia akan meminta maaf dan menjemputku di sana," ucapku yakin.

Benarkah?!.

Selama perjalanan tak ada kata terucap. Kutahan tangisku dengan bersandar ke kaca pintu, syukurlah tubuhku capek dan lelah hingga kantuk menyerangku.

"Nona Ruby... bangunlah."

Bisik suara di telingaku ditambah guncangan pelan di tubuhku menyadarkanku segera. Perlahan kubuka mataku, tertegun aku memandang seraut wajah cemas. Senyuman lesung pipinya terlihat ketika aku membuka mataku.

"Sudah sampai," ucapnya.

Garreth keluar dari mobil, kupandang sekeliling walau hari telah gelap, aku masih bisa mengenali kediamanku.

Perkebunan di malam hari begitu gelap dan sunyi, hanya terdengar suara binatang malam saja. Penerangan yang tersedia hanya dari rumahku saja.

Kupandang Eldred berdiri menyambutku di depan pintu. Pelukan hangatnya menyentuh hatiku yang rindu dengan kehadiran oranngtuaku.

"Bukankah kau sakit. Istirahatlah paman," ucapku, "kita bicarakan masalah perkebunan esok hari ya," sambungku.

Eldred mengangguk. Aku langsung pergi ke kamarku, kelelahan dengan perjalanan menyebabkanku segera tertidurku begitu menyentuh kasur.

Kuterbangun tengah malam, perutku berbunyi minta di isi. Rumah di malam hari memberikanku efek horor. Berjalan ke dapur merupakan suatu tantangan tersendiri ketika ruangan gelap. Ku berjongkok mencari makanan. Seketika terdengar suara yang menahan napasku.

Kriet..

Bunyi pintu didorong mengaketkanku yang tengah berjongkok. Tanpa nyala lampu, aku tidak bisa melihat siapa yang datang, aku membatu menunggu sosoknya yang tak kunjung terlihat.

Apakah ada hantu di rumahku?.

"Waahh.." Teriakan seseorang membuatku tersentak hingga melemparkan roti yang kupegang.

Suara tawa memenuhi ruang dapur yang kini sudah diterangi cahaya lampu. Kuberdiri menatap kesal ke arah Garreth.

"Maafkan, Nona ruby." ucapnya di sela tawanya.

"Apa yang sedang nona lakukan?" Sambungnya setelah reda tawanya.

"Lapar, mencoba membuat sandwich." Aku menunjuk ke arah roti yang berhasil di tangkapnya.

"Duduklah, biar aku buatkan," sahutnya.

Dengan telaten Garreth menyiapkan segala bahan yang di perlukan untuk membuat sandwich sesuai permintaanku.

"Gimana kondisi paman?" Tanyaku.

"Sudah lebih baik. Pria tua itu tak mudah tumbang oleh penyakit, percayalah." jawabnya santai sambil meracik roti sandwich. "Nona tidak menghubungi suamimu?" Tanyanya. Aku menggeleng.

"Sejak kapan kau memanggilku dengan sebutan Nona. Biasanya kau selalu memanggilku Ruby."

"Tidak pantas."

"Kau berubah Garrth."

Garreth hanya tersenyum mendengar ucapanku, disodorkannya roti hasil bikinannya yang segera ku santap.

"Jadilah istri yang baik Nona." Ujarnya sambil memberikanku segelas minuman.

Aku tertawa getir mendengar nasihatnya. Bagaimana menjadi isteri yang baik untuk seorang Topaz Zephyr?. Kalau ada tutorialnya mungkin saat ini aku sedang bergabung mempelajarinya.

Ku coba mengalihkan pembicaraannya, "Garrth, gimana pekerjaanmu?"

"Lumayan. Bosku sangat baik dan tertarik dengan perkebunan ini."

"Oh yah, kok bisa."

"Aku memperlihatkan beberapa foto dan dia tertarik karena kualitas anggur Rosewood yang terbaik, terutama Celeste."

"Senang mendengarnya. Pekerjaan mu di bidang apa?" Tanyaku, "sudah lama aku tidak mengobrol denganmu. Sekarang kau sombong, tidak peduli denganku lagi."

Perbedaan usiaku dan Garreth sekitar 7 tahun. Pada usia 22 tahun Garreth memutuskan untuk kuliah dan bekerja di luar negeri sepeninggalan ibunya.

Garreth tersenyum malu, "pembuatan Wine sama dengan suamimu. Jangan tertawakan aku."

Aku tertegun mendengarnya. "Oh yah!" Seruku.

Gerreth tersenyum senang dengan reaksiku. "Aku tertarik dengan wine ketika masih kecil. Mungkin ayah mengajariku seluk beluk anggur dan aku ingin mempelajari proses selanjutnya."

Aku bergumam karena mulutku penuh roti, "Uhm."

Setelah kutelan rotinya, akhirnya aku berkata, "Mungkin aku juga harus sepertimu. Mempelajari semuanya. Agar bisa menjalankan perkebunan."

Ya, aku harus berubah. Tidak mengandalkan Topaz untuk kemajuan perkebunanku.

"Dengan senang hati membantu Nona," sahutnya memperlihatkan senyum lesung pipinya.

Sudah lama aku tak berbicara dengannya. Kurang lebih 5 tahun berlalu membawa pemuda ingusan itu menjadi gagah.

"Nona apakah terjadi sesuatu ketika aku pergi? Ayah tak menceritakannya," tanyanya.

"Misalnya?" Aku telah selesai makan dan membawa piring serta gelas kotorku ke wetafel.

Aku menatapnya mencari tahu apa yang ada di pikirannya. "Mungkin hanya perasaanku saja," ucapnya kemudian.

"Tidurlah. Biar aku yang mencucinya. Besok Nona harus bangun pagi dan mengurus masalah yang terjadi." katanya sembari mendorongku keluar dari dapur.

"Masalah apa yang sebenarnya terjadi?. Selama perjalanan ke sini kau tak berbicara sedikitpun tentang hal ini," ucapku penasaran.

"Nona, akan mengetahuinya besok," sahutnya meyakinkan.

Apa yang diketahui dan sembunyikan Garreth dariku.

Aku tak banyak mendebatnya lagi mengetahui hari semakin larut dan dia pun membutuhkan istirahat.

"Makasih sandwichnya dan selamat malam Garrth."

"Malam Nona. Mimpi indah," senyumnya mengiringi kepergianku.

Andaikan Topaz seperti Garreth betapa bahagianya aku. Hal ini hanya impianku yang entah kapan akan terwujudnya. Namun rasa sukaku untuknya kian bertumbuh, hinggaku semakin takut bila rasa ini berubah menjadi cinta.

Ku termenung bersandar di kasur, melihat hubby yang marah hari ini membuatku ketakutan. Kupegang pergelangan tanganku terlihat kemerahan dan kukunya samar membekas.

Akankah hubby menjemputku? Bagaimana kalau hal ini tidak terjadi, bolehkah aku kembali ke sisinya?.

Kuhilangkan pikiran itu, berusaha untuk tidur kembali. Hal yang terpenting saat ini adalah perkebunan. Apa yang sebenarnya telah terjadi hingga Topaz melarangku begitu keras.

Episodes
1 Perjanjian konyol kedua orangtua
2 Pernikahan di tengah kesedihan
3 Lembaran baru pernikahan
4 Antara perkenalan dan memamerkan
5 Siapakah Wanita itu?
6 Keromantisan yang terganggu
7 Memadu kasih di Tanzanite Island
8 Sesuatu terasa janggal
9 Hasrat pria Arogan
10 Secuil cerita tentangnya
11 Tak seindah kemarin
12 Rasa sakit itu adalah cinta
13 Yang manakah wajah aslimu?
14 Seribu alasan untuk cinta
15 Bertahan dalam rayuan
16 Bersamamu sudah cukup
17 Tawarannya beracun
18 Hembusan badai kecil
19 Pertengkaran kecil yang manis
20 Tenggelam dalam pesonamu
21 Cinta yang ku tanamkan untukmu
22 Hadiah terakhir dijadikan rahasia darinya
23 Berpisah sejenak
24 Memeluk rahasia
25 Harum khas yang membuat curiga
26 Perseteruan
27 Mencoba berdebat dengannya
28 Dugaanku tentangmu
29 Magnet pria bermasalah
30 Satu satunya pria di hidupku
31 Kecurigaan
32 Terang-terangan menginkannya
33 Hari bersamanya
34 Kekacauan di Griya Tawang
35 Kehamilan yang di rahasiakan
36 Ternyata ku rindu
37 Bimbang telah usai
38 Kegembiraan yang tergantikan
39 Hargai aku sebagai isterimu
40 Bohongi hatiku
41 Masih menginginkannya
42 Cinta tidak mudah berganti
43 Masa lalunya
44 Si wanita misterius
45 Kapan aku berada dihatimu
46 Pertikaian 2 pria tampan
47 Siapa yang bertahta di hatimu
48 Suami pura-pura
49 Menetaplah jangan sebatas menemani
50 Keteguhan menyatakan keinginan
51 Sikap posesif yang menganggu
52 Hadiah kamuflase
53 Bersikap manis
54 Berhenti menyangkal
55 Semangat untuk bangkit
56 Rasa aneh terhadapnya
57 Trik jahat
58 Apa yang coba kau ungkapkan?
59 Mencari celahnya di mana
60 Awal peristiwa
61 Bersandiwara mengejeknya
62 Sang penguasa August Peridot
63 Ekspresi yang tidak pernah terungkap
64 Kemarahan terpendam
65 Mana yang harus ku percayai?
66 Menyusun rencana
67 Isi hatinya meragukanku
68 Mencari bukti
69 Tidak sekuat yang kuduga
70 Perasaannya ternyata dusta
71 Bertekad membalasnya
72 Tindakan bodoh
73 Kesedihan sang pria arogan
74 Tenang sebelum badai
75 Tidak kusangka selicik ini
76 Kerjasama yang tidak terbayangkan
77 Siapa yang kalah
78 Perlawanan berakhir
79 Menunggunya kembali
80 Kembali kepada pemiliknya
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Perjanjian konyol kedua orangtua
2
Pernikahan di tengah kesedihan
3
Lembaran baru pernikahan
4
Antara perkenalan dan memamerkan
5
Siapakah Wanita itu?
6
Keromantisan yang terganggu
7
Memadu kasih di Tanzanite Island
8
Sesuatu terasa janggal
9
Hasrat pria Arogan
10
Secuil cerita tentangnya
11
Tak seindah kemarin
12
Rasa sakit itu adalah cinta
13
Yang manakah wajah aslimu?
14
Seribu alasan untuk cinta
15
Bertahan dalam rayuan
16
Bersamamu sudah cukup
17
Tawarannya beracun
18
Hembusan badai kecil
19
Pertengkaran kecil yang manis
20
Tenggelam dalam pesonamu
21
Cinta yang ku tanamkan untukmu
22
Hadiah terakhir dijadikan rahasia darinya
23
Berpisah sejenak
24
Memeluk rahasia
25
Harum khas yang membuat curiga
26
Perseteruan
27
Mencoba berdebat dengannya
28
Dugaanku tentangmu
29
Magnet pria bermasalah
30
Satu satunya pria di hidupku
31
Kecurigaan
32
Terang-terangan menginkannya
33
Hari bersamanya
34
Kekacauan di Griya Tawang
35
Kehamilan yang di rahasiakan
36
Ternyata ku rindu
37
Bimbang telah usai
38
Kegembiraan yang tergantikan
39
Hargai aku sebagai isterimu
40
Bohongi hatiku
41
Masih menginginkannya
42
Cinta tidak mudah berganti
43
Masa lalunya
44
Si wanita misterius
45
Kapan aku berada dihatimu
46
Pertikaian 2 pria tampan
47
Siapa yang bertahta di hatimu
48
Suami pura-pura
49
Menetaplah jangan sebatas menemani
50
Keteguhan menyatakan keinginan
51
Sikap posesif yang menganggu
52
Hadiah kamuflase
53
Bersikap manis
54
Berhenti menyangkal
55
Semangat untuk bangkit
56
Rasa aneh terhadapnya
57
Trik jahat
58
Apa yang coba kau ungkapkan?
59
Mencari celahnya di mana
60
Awal peristiwa
61
Bersandiwara mengejeknya
62
Sang penguasa August Peridot
63
Ekspresi yang tidak pernah terungkap
64
Kemarahan terpendam
65
Mana yang harus ku percayai?
66
Menyusun rencana
67
Isi hatinya meragukanku
68
Mencari bukti
69
Tidak sekuat yang kuduga
70
Perasaannya ternyata dusta
71
Bertekad membalasnya
72
Tindakan bodoh
73
Kesedihan sang pria arogan
74
Tenang sebelum badai
75
Tidak kusangka selicik ini
76
Kerjasama yang tidak terbayangkan
77
Siapa yang kalah
78
Perlawanan berakhir
79
Menunggunya kembali
80
Kembali kepada pemiliknya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!