Sementara itu di Aquamarine City, Topaz pergi mengunjungi Night Club Peridot, bukan untuk berbisnis. Alasannya adalah meredakan amarahnya terhadap kelakuan sang isteri.
Berdiam di bilik khusus vip yang telah di pesannya. Pikiran Topaz melayang mengingat isterinya menarik lengan pria lain dan lenyap tanpa menghiraukan panggilannya.
Kemarahan kembali menguasai dirinya hingga gelas yang kini di pegangnya dia lemparkan menyebabkan pecahan kaca berhamburan memenuhi ruangan.
"Apa yang membuatmu marah?" Cetrine memasuki ruangan dan melihat kekacauan yang telah di buat Topaz.
"Bukan urusanmu," sahutnya dingin.
"Urusanku," jawabnya cepat, "kau berada di tempatku berbisnis." Cetrine menemani Topaz di sampingnya.
Topaz melirik Cetrine sekilas. "Kau tak akan bisa membantuku,"
"Soal apa?. Isteri mungilmu?. Oh! Come on, lupakanlah. Ini tempat bersenang-senang. Nikmati sejenak, okey!" Hibur Cetrine.
Cetrine memanggil pelayan bar agar membawakan gelas dan minuman. Mereka berdua minum tanpa henti dan sesekali menikmati alunan musik yang dibawakan dj dari lantai di bawahnya.
Cetrine mendekatkan bibirnya ke telinga Topaz. "Kau senang?" Cetrine bertanya.
Topaz hanya mengangguk. Tangan Cetrine kini menyentuh wajah tampan Topaz. "katakan padaku, kau masih menginginkanku kan?"
Topaz tersenyum mengejek, "kau yang masih mengiinginkan aku," sahutnya tak mau kalah.
"Benar, aku masih memimpikanmu walaupun kau sudah berstatus suami orang lain. Kenapa kau tak menungguku kembali?" Ekspresi sedih tergambar ketika bertanya.
"Ingat! kau yang pergi dariku Cet," ucapnya sambil menyesap minumannya.
"Maukah kau menemaniku malam ini, lupakan istri mungilmu. Tertarik," godanya dengan genit.
Tubuh Cetrine sudah berada di pangkuan Topaz. "Tidak pulang semalam tidak masalah kan, dia memilikimu setiap malam. Denganku hanya semalam saja."
Cetrine semakin menggoda Topaz dengan membelaikan tangannya di dada bidangnya. Bermain di kancing kemejanya.
Topaz menyingkirkan tangannya, "aku pria beristeri. Carilah mainan baru yang bisa menemanimu dan kau campakkan setiap saat," bentaknnya.
Cetrine tertawa mendengarnya yang membuat Topaz semakin emosi belum lagi kesadarannya semakin menurun karena minuman alkohol yang di minumnya.
Godaan yang di lancarkan Cetrine semakin intim, membuyarkan logika Topaz yang masih tersisa.
"Honey. Dimana menariknya perempuan mungil itu. Apakah permainan ranjangnya begitu hebat hingga kau tak tergoda padaku. Hah," lirihnya di telinganya.
Tak hanya itu yang dilakukannya. Cetrine memulai kecupan kecil di telinga mengarah ke lehernya, semakin membangunkan hasratnya. Satu kancing kemejanya terbuka, dengan berani Cetrine menyusupkan jemarinya meraba, membelai dada bidangnya mengirimkan sentuhan sensual serta membangkitkan hasratnya.
Perlahan napas Topas mulai memburu menahan gairahnya yang kini bangkit, tangannya terkepal berusaha tidak menyentuh tubuh sintal Cetrine. Cetrine memandang mata kecoklatan itu yang memercikan gairah tertahan.
"Kau menginginkanku kan," tandas Cetrine sebelum menciumnya dengan gairah.
Bibir mereka menyatu, mendamba satu sama lain, hingga keduanya hilang kendali. kecupan yang tadinya hanyalah godaan kini saling menuntut tak ingin melepaskan walau udara yabg mengisi paru-paru keduanya kian menipis.
"Ciumanmu semakin ganas, " ucap Cetrine dengan napas terengah.
Topaz menyentakkan tubuh Cetrine ke sopa panjang dan memaki dirinya.
"Honey, kita menyukainya, jangan pungkiri. Tubuhmu bereaksi terhadapku, begitupun denganku."
Cetrine berdiri di depannya mengalungkan kedua lengannya di tengkuk Topaz. Tubuhnya menempel erat, setiap gerakan Cetrine di maksud untuk menggodanya.
Dengan kasar Topaz menghempaskan tangannya hingga Cetrine terhuyung ke belakang dan pergi dengan emosi berlipat.
"Pergilah. Tapi kau tak bisa lepas dari cengkramanku. Lain kali aku akan kupastikan membawamu ke ranjangku," janjinya.
...****************...
Rosewood dipagi hari sangat menyegarkan. Udara bersih dan embun yang turun semalam membasahi rerumputan di tambah dengan cahaya matahari yang berusaha menerobos kabut tipis.
Eldred dan Garreth telah menungguku di ruang makan. Terlihat ayah dan anak ini mempunyai hal penting yang akan di sampaikan.
"Paman sudah baikan."
Eldred mengangguk pelan. "Nona, makasih sudah menyempatkan datang. Ada hal yang ingin paman sampaikan," ucapnya.
"Bicaralah paman," sahutku menatapnya berganti ke Garreth.
"Nona, paman menemukan amplop"
Terdengar ketukan kasar di pintu.
"Siapa yang menggedor dan bertamu di pagi buta, sungguh tak punya etika," ejekku.
"Biar aku bukakan!" Garreth melangkah ke arah pintu.
"Lanjutkan paman," sahutku penasaran.
"Nona, sebaiknya Nona waspada terhadap To...."
Belum selesai kalimatnya, pria arogan itu telah berdiri memperlihatkan senyuman angkuhnya.
"Pulang," perintahnya.
Aku terbelalak melihat sosoknya yang berantakan dan dia masih mengenakan baju yang kemarin. Baumenyengat alkohol tercium darinya.
"Pulang," bentaknya.
"Urusanku belum selesai," jawabku dengan nada meninggi.
"Aku sudah menjemputmu, itu kan keinginanmu." Hardiknya menyebabkan Garreth dan Eldred menahan tangan Topaz untuk meraihku.
"Tuan Topaz, sebaiknya Nona tetap di sini satu hari lagi. Kumohon," pinta Eldred.
Topaz menunjukku dengan jari Telunjuknya, "Ruby Celeste pulang sekarang atau kau kehilangan semua perkebunanmu," ancamnya.
"Jangan mengaitkan semuanya dengan perkebunan," teriakku yang hilang kesabaran, "kau harus bersikap layaknya seorang suami yang membujuk isterimu." Tandasku dengan mata berkaca-kaca.
Puas memarahi Topaz yang kini terdiam lesu, aku keluar menuju gazebo dekat perkebunan.
Eldred membantu Topaz duduk, "Biar Nona menenangkan diri," saran Eldred.
Garreth yang kesal dengan perlakuan Topaz segera mengejarku.
Garreth menungguku yang kini menangis, tak ada suara hanya diam menemaniku. Ketika sudah puas menangis, barulah Garreth mengajakku berbicara.
"Sudah lebih baik," ku tersenyum, "Nona, ingat dulu ketika kecil kalau Nona di marahi mendiang tuan Fox, Nona selalu bersembunyi disini sampai tertidur. Nona masih ingat?" Tanyanya.
"Ya. Aku selalu bersembunyi di sini ataupun kebun anggur hingga malam, ayah-bunda berteriak mencariku. Kau juga yang mengajariku kan," aku mencoba mengingat masa itu,"tapi kau pergi meninggalkanku, bertahun tak ada kabarnya, tak peduli padaku ketika pulang. Kau berubah dingin seperti kulkas," celotehku.
kami berdua saling pandang hingga akhirnya tertawa bersama mengingat cerita masa lalu kami.
"Nona, apakah pernikahan ini berat?" Tanyanya mendadak.
Mataku menerawang jauh memikirkan jawaban yang tepat.
"Akhirilah," tandasnya. Dalam sekejap ku menoleh menatapnya dengan alis mengernyit.
"Maksudnya?"
Garreth balas menatapku, "aku mengetahui dari ayah bagaimana pernikahan ini terjadi. Kau tak harus mengorbankan hidupmu hanya karena perkebunan ini. Kau bisa mencari cara yang lebih baik dan aku akan membantumu," jelasnya.
"Cara apa yang harus ku lakukan? Kalau aku tidak punya uang dan kuasa. Kau tahu berapa jumlah hutang mendiang orangtuaku," ucapku sambil tertawa getir, " harganya hampir sama dengan perkebunan ini bahkan lebih."
Garreth menghembuskan napas, "tapi hidup Nona menderita, kan!"
"Bisa ku tahan,"
"Bohong," tandasnya.
"Garth ada hal dalam hidup tidak hanya di pandang dengan suka atau tidak. Aku hanya melakukan hal yang harus kulakukan. Inilah caraku mempertahankan warisan mendiang orangtuaku," jelasku.
"Nona, tidak mau berbagi denganku lagi," ucapnya dengan ekspresi lucu.
"Oh! hentikan berbuat seperti itu." kutahan senyumku.
"Seperti apa?" tantangnya.
Aku menirukan ekspresi wajahnya yang aku julingkan mata serta memanyunkan bibir ketika berbicara. Dan kami berdua tertawa bersama.
"Seperti ini lebih baik," ucapnya, "tersenyumlah Nona."
"Ceritakan padaku jika perlu bantuan," sambungnya.
"Benarkah!" Seruku, "kau tidak akan berubah lagi menjadi manusia kulkas," sambungku.
"Tidak akan, selama Nona membutuhkan bantuanku aku akan datang secepat kilat. Sat.. Set.. Sut," hiburnya. Tawaku sudah tak bisa ku tahan.
Dari kejauhan Topaz memperhatikanku yang tertawa lepas. Matanya memincing dengan tangan terkepal, rahang kuat itu mengatup, terpancar emosi kemarahannya.
"Jangan cemburu Tuan. Anakku sudah di anggap kakak oleh Nona. Mereka sudah dekat sedari kecil, mohon memaklumimya," jelas Eldred.
"Hah! Cemburu. Pak tua kalau ngomong sebaiknya di pikir terlebih dahulu. Sampaikan pada Ruby, besok siang dia harus berada di rumah atau dia bersiap kehilangan perkebunannya, mengerti!" perintahnya.
"Baik Tuan akan aku sampaikan," jawab Eldred.
"Sampaikan salamku pada Ruby," ucapnya sebelum membalikkan badan dan meninggalkan Rosewood.
Eldred menghampiri kami, "Nona, bisa kita bicara di ruang kerja mendiang Tuan Fox," sahut Eldred.
"Mana Topaz?" Tanyaku.
"Dia sudah pulang, dan Nona di perbolehkan menginap sehari lagi. Besok siang Nona harus ada di kediamannya, itu pesan tuan sebelum pergi," jelas Eldred.
"Oh!" ucapku lirih. Ada rasa sedih di sudut hatiku.
"Kalau sudah siap, Nona bisa menyusulku ke ruang kerja mendiang tuan." Eldred melangkah kembali ke rumah.
"Sepertinya aku harus menyusulnya," ucapku.
"Uhm! Jangan lupa aku siap membantu," Garreth mengingatkanku sebelum aku pergi.
Eldred sudah menunggu dengan sebuah amplop putih panjang di tangannya.
"Nona, paman menemukan ini," Eldred memberikan amplop yang di pegangnya. Kulihat isinya, membelalaklah mataku melihat nominal cek yang ada di tanganku.
"Apa ini?" Tanyaku.
"Tabungan mendiang tuan Fox. Sepertinya itu hasil kebun yang mendiang tuan sisihkan," jelasnya.
"Bukankah ini bisa di pakai untuk mencicil hutang kepada keluarga Zephyr," kataku.
"Sepertinya pembayaran ini di tolak oleh tuan Topaz," jawabnya.
Aku menyatukan kedua alisku untuk berpikir sejenak, "alasannya?"
Eldred mendekatiku dan memegang tanganku, "dengarkan paman baik-baik! Tuan Topaz tidak sebaik yang Nona pikirkan, dia menyimpan rahasia."
"Nona harus hati-hati. Paman tidak mau Nona celaka," ucapnya, "Soal cek ini bawalah dan tanyakan langsung ke Nyonya Esmerald. Paman yakin dia mengetahuinya."
"Paman ceritakan semuanya," pintaku.
Eldred menghembuskan napasnya, mata sayunya kini dipenuhi air mata yang tertahan.
"Sebelum kecelakaan tragis menimpa tuan dan nyonya, Nona ingat dengan pertemuan itu. Awalnya tuan ingin memperlambat keputusan pernihkahan itu dengan memberikan cek. Namun mendadak Esmerald menolak dan tetap pada rencana awal. Hanya itu yang Paman tahu," jelasnya.
"Nona pikirkan baik-baik, sebelum mengambil keputusan," ucapnya.
"Makasih Paman," sahutku "oh yah! lalu apa yang terjadi dengan perkebunan?" Tanyaku.
Paman tersenyum geli, "tak ada. Paman hanya ingin Nona berkunjung. Hanya itu," jawabnya.
Aku memeluknya dengan sayang, "makasih," ucapku lirih.
Aku kembali merenungi rentetan peristiwa yang terjadi setelah Eldred meninggalkanku sendirian.
Kematian orangtuaku, pernikahan mendadak, kepindahanku yang di paksakan, hutang dengan jumlah fantastis, hingga seorang suami arogan nan tampan yang pandai merayu.
Apa rahasia yang kau sembunyikan, wahai Topaz Zephyr? My Hubby.
Sebaiknya aku mulai dari Esmerald. Tak mungkin kan wanita yang menjadi mertuaku itu membohongiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Anop Anop
lanjut sat set sut tor
2023-10-12
2