Topaz kembali ke pesta sendirian, wanita itu terlihat tidak senang dengan perlakuan Topaz yang membawanya pergi tanpa sempat dia membalasnya.
"Diakah isterimu? Wanita kampung tak tahu diri beraninya dia menamparku di hadapan tamu dan di rumahku sendiri," omel wanita tersebut.
"Jangan menghinanya," bentak Topaz.
Wanita itu terdiam, Sang tuan rumah menghampiri mereka untuk menengahi.
"Cetrine, berhentilah mengeluh. Hormati Topaz dan isterinya," ucap August.
Cetrine Peridot putri semata wayang pebisnis Peridot, sang ibu telah meninggal ketika Cetrine beranjak dewasa. Menjadikannya putri kesayangan dan di manja, segala keinginan sang putri pasti akan di penuhi oleh August Peridot.
"Pa, wanita kampung itu menamparku, dan Topaz membiarkan dia pergi tanpa meminta maaf terlebih dahulu," amuk Cetrine.
Cetrine memandang Topaz meminta penjelasan. Hubungannya dengan Topaz dimulai ketika kuliah hingga sekarang. Banyak gosip mengatakan mereka adalah pasangan serasi yang akan menikah, namun gosip hanyalah gosip. Topaz lebih memilih wanita sederhana dari Resewood.
"Oke, aku minta maaf mewakili isteriku, puas!," pekik Topaz berlalu pergi meninggalkan pesta.
"Pa,.. " Rengek Cetrine manja.
"Cetrine belajarlah dewasa, jangan campuri lagi kehidupan Topaz. Dia sudah memiliki wanita di hatinya," nasihat Papa.
"Aku tak yakin mereka menikah karena cinta, lihat saja nanti aku akan membalas tamparan ini," janjinya dengan kemarahan yang belum mereda.
Sang ayah, August cemas dengan apa yang akan dilakukan putrinya itu, namun dia hanya bisa mengawasi kelakuan putrinya itu.
Kesendirian di griya tawang yang luas membuatku menangis, mengingat hangatnya rumahku di Rosewood. Kerinduannya terhadap Eldred menambah isak tangisnya, menyebabkan ku tertidur di ruang tamu.
Kedatangan Topaz tidak aku sadari, melihat diriku yang tertidur dengan segera membopongku ke kamar.
"Hubby...." ucapku setengah terbangun.
"Kau bangun," sahutnya, "tidurlah lagi," dia menurunkanku dikasur.
"Aku minta maaf," kataku, "tapi kau harus mendengar penjelasanku dulu mengapa aku ...."
"Gak usah, terlihatkan bahwa kau salah. Aku sudah bilang jaga sikapmu," selanya dengan sinis.
"Apa hubunganmu dengannya?" tanyaku penasaran.
"Sudah kubilang dia adalah putri August Peridot, pebisnis Night Club mewah dan hampir 50% Wine Zephyr dipesan olehnya, untungnya August tidak marah akan tindakanmu terhadap putrinya," jelasnya tanpa menatapku.
Aku turun dari kasur dan memeluk tubuhnya dari belakang.
"Aku akan meminta maaf pada wanita itu dan juga tuan August," lirihku menahan airmata.
"Aku sudah meminta maaf mewakilimu, tak akan ada yang kedua kalinya, mengerti!" Topaz membalikkan badannya dan menghapus airmataku.
Kedua tangan Topaz menangkupkannya di wajahku dan dia mendekatkan wajahnya untuk menciumku, tubuhnya yang tinggi menyebabkanku menjinjitkan kakiku agar bisa menyentuh bibirnya yang lembut.
Ciumannya lembut, perlahan, dan lama. Setiap sentuhan bibirnya mampu membangkitkan hastrat dalam diriku, mengirimkan getaran yang membuat kakiku lemas.
Baru juga akan menikmati ciumannya, Topaz segera melepaskanku.
"Tidurlah," ucapnya yang meninggalkanku.
Selalu seperti ini, meninggalkanku ketika aku coba untuk membalasnya.
Topaz tidak pernah kembali ke kamarnya hingga pagi menjelang. Aku terbangun ketika sinar mentari menyapa wajahku, kulihat tempat di sebelahku kosong, seprai dan selimbutnya masih rapih.
Tidur dimana dia semalaman.
"Sudah bangun," sapa Topaz mebuatku kaget, "kita akan pergi mengunjungi mama," lanjutnya.
Mendengar nama Esmerald di sebut membuatku gembira. Kesibukanku dengan pesta membuatku melupakan kehadirannya. Aku bergegas mempersiapkan diriku, tak ingin Topaz menungguku lama.
Soka telah berada di ruang makan membahas bisnis dengan Topaz ketika aku menghampirinya.
"Soka yang akan mengantarmu ke rumah mama, aku ada urusan yang harus di selesaikan," Topaz mencium pipiku dan pergi begitu saja.
"Dia selalu seperti itu?" Tanyaku.
"Tuan mempunyai jadwal," jawabnya.
"Tapi bisa kan menemaniku sebentar," ucapku sedih.
Soka tidak menjawab hanya menungguku dalam diam.
Rumah Esmerald sepi, bangunan dua lantai itu tampak asri dengan kebun yang mengelilinginya. Seorang pembantu rumah tangga mengantarkanku ke taman belakang rumah, disana terdengar suara tawa dua orang yang sedang bersenda gurau.
"Nyonya Esmerald, ada tamu," ucap pembantunya.
Esmerald melihat ke arahku, dengan senyuman hangatnya dia menghampiriku dan memelukku.
"Ruby sayang, bagaimana kabarmu?" Tanyanya, "Topaz memperlakukanmu dengan baik kan! Bilang mama kalau dia kurang ajar terhadapmu," lanjutnya.
"Iya tante," jawabku.
"Mama bukan tante," koreksinya.
"Mama ada tamu, Ruby ganggu ya," tanyaku.
"Gak kok," sahut tamu tersebut.
Wanita itu berdiri di sana menantangku, matanya menelaah diriku dari ujung kepala hingga ke kaki. Aku diam tak bergerak melihatnya yang kini sedang menilaiku.
Hah! kenapa wanita itu ada di sini?. Sabar Ruby, jangan buat keributan atau hubby akan marah.
"Ruby, kenalkan dia Cetrine, teman Topaz semasa kuliah, sekarang ayahnya menjadi rekan bisnis Topaz," wanita itu berjalan mendekatiku dan mengulurkan tangannya.
"Cetrine Peridot, anak August Peridot dan semalam kita ketemu di pesta ayahku," sahutnya, aku menjabat tangannya.
"Ruby," kataku.
"Oh, kalian sudah saling kenal," ucap Esmerald.
"Belum tante secara pribadi karena semalam dia telah di bawa kabur Topaz," sindirnya sembari tertawa sinis.
Cetrine membawa Esmerald masuk ke dalam rumah, aku mengikuti dari belakang menuju ruang keluarga yang nyaman dengan sofa bed berwarna krem menghiasi ruangan tersebut.
"Tan, ini oleh-oleh dari liburanku kemarin, krim wajah cocok untuk kulit tante," Cetrine memberikan sepaket krim wajah dengan merk terkenal, "maafkan, aku tidak membelikanmu. Lain kali akan kubelikan deh," sindirnya.
"Makasih yah, Ruby bisa ambil yang punya mama kalau mau," tawar ibu mertuaku.
"Gak mengapa ma, aku masih punya di rumah," sahutku.
"Kalian mengobrollah agar saling mengenal," kata Esmerald beranjak pergi.
"Ma, mau ke mana?" tanyaku panik.
"Mama ke dapur mengecek makan siang kita, santailah di sini," perintah Esmerald.
Setelah Esmerald pergi, aku gugup di tinggalkan dengan wanita ini, takut aku berbuat seperti semalam.
"Kau Ruby," sahutnya yang kubenarkan dengan angkukkan, "Kita berteman yah, maaf atas kata kasarku tempo hari, Topaz tidak cerita kalau dia sudah menikah ketika aku berlibur," jelasnya.
"Oh, aku juga minta maaf untuk kejadian semalam. Bagaimana pipimu?" Tanyaku khawatir.
"Sudah lebih baik," tegasnya, "di mana kau mengenal Topaz?" Tanyanya.
"Kita bertemu saat orangtuanya berkunjung ke rumahku," jelasku.
"Oh, jadi kalian saling jatuh cinta saat itu dan memustuskan menikah," terkanya.
"Bisa di bilang seperti itu," sahutku berbohong.
"Romantis sekali," namun nada sinislah yang keluar saat dia mengatakannya.
Ketegangan tercipta diantara kami, terlihat Cetrine dengan enggan melanjutkan obrolan denganku.
"Ruby!" Panggil seseorang.
"Ya," jawabku beranjak dari tempat ku duduk.
Terkejut aku ketika mendapati Topaz di sini.
"Hubby kok di sini?" Topaz mengecup pipiku.
"Makan siang bersama mama dan isteri tercinta tentunya," jelas Topaz yang kaget melihat Cetrine.
"Ehem, sepertinya aku mengganggu kemesraan kalian," cibir Cetrine.
Perubahan emosi Topaz yang cepat membuatku heran.
"Pergilah bantu mamah, oke!" Suruh Topaz.
Terpaksa ku ikuti kemauannya, ku tengok sekilas diantara keduanya seperti ada sebuah rahasia yang tidak ingin seorangpun mengetahuinya.
"Untuk apa datang kemari?" Topaz berkata dingin.
"Memberikan oleh-oleh untuk mama tercinta," jawab Cetrine, "dan tak di sangka, aku juga dapat kejutan dengan kedatangan isteri mungilmu," jelasnya.
"Pulanglah," tegas Topaz.
"Atau apa ...." sahutnya menantang.
Cetrine telah berada dekat dengan Topaz. Mamainkan tangannya di kerah kemejanya, merapihkan debu yang tak terlihat.
"Diakah seleramu atau kau sengaja mengejekku," bisiknya di telinga Topaz.
"Jauhi dia!" suruh Topas dengan emosi yang mulai terpancing.
"Ck... Ck... Ck... Jangan memerintahku, isteri mungilmu itulah yang menggangguku. Tapi tenanglah aku tak suka mengungkitnya, jadi bersikaplah seperti biasa, oke!" Ucapnya.
"Cih, nona konglomerat sudah puaskah berkelana, untuk apa kau kembali?" tanya Topaz menatap mata berwana kecoklatan miliknya.
"Menemuimu," jawaban yang singkat itu membuat Topaz terdiam.
Wajah Topaz menegang tatkala jemari halus Cetrine mengelus pipinya, menggerakkannya perlahan agar mata mereka beradu.
"Benarkah kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Cetrine dengan suara lirih.
Keduanya saling menatap menimbulkan gairah tersendiri, secara perlahan mereka mempersempit jaraknya hanya tinggal satu centi saja bibir mereka bertemu.
Namun gangguan berupa suara menyebabkan keduanya menjauh.
"Hubby... Cetrine... Mama menyuruh kalian ke ruang makan," panggilku.
Melihat gelagat mereka yang kikuk membikin aku penasaran dengan apa yang telah terjadi.
"Mungkin lain kali, aku ada janji penting. Terimakasih tawarannya, senang berkenalan denganmu, kuharap kita bisa menjadi teman baik, Ruby!" Pamitnya, "sampaikan salamku ke tante yah," lanjutnya yang kini melangkah keluar rumah.
Topaz memperhatikan Cetrine yang melangkah bak model, membuatku kesal sekaligus iri dengan bentuk tubuhnya.
"Hubby...." panggilku meminta perhatiannya.
"Ayo, kita makan," sahutnya.
Apa yang kamu sembunyikan dariku, hubby?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
bau bau pelakor muncul
2023-10-02
1