Chap 18

Triiing!!!

Suara deringan ponsel membuatnya tersentak bangun dan langsung melirik ke ponselnya, ia melihat waktu telah menunjukkan pukul 07:20.

"Anjirlah..."

Tanpa berleha-leha lagi ia langsung turun dari ranjangnya dan segera bersiap, sepuluh menit lagi masuk.

Bahkan saking paniknya ia tak sadar akan sesuatu.

7 menit kemudian...

Ia tak mandi, hanya sikat gigi dan mencuci wajahnya saja.

Memasukkan bukunya asal, hanya merapihkan rambut, tak lupa juga ia mengunci pintu rumahnya, kemudian berlari kesekolah.

"Abis deh gue sama kak Asa...".

Saat sampai ia membungkukkan badan, menarik oksigen banyak-banyak karna lelah berlari.

Dan...

"Loh?!"

Raya melihat pagar sekolahnya di kunci dan tak ada satpam yang berjaga.

"Pak!!" Panggilnya, kali saja pak satpam sedang tak terlihat olehnya, karna terdapat tembok setengah badan yang bisa saja menyembunyikan tubuh pak satpam yang sedang duduk di lantai.

Sayangnya tak ada sautan.

Ia membuka ponselnya untuk menelpon pak satpam.

Tut...

Tut...

Tut...

"Halo, iya neng kenapa?"

Raya bersemangat ketika pak satpam mengangkat ponselnya.

"Pak, bapak dimana?"

"Dirumah, kenapa?"

Jelas saja ia terkejut.

"Di rumah?"

"Iya, kan sekarang libur neng...gimana sih?!" Pak satpam tertawa kecil.

"Libur?!!"

Mendengar reaksi Raya, pak satpam pun ikut terheran di sebrang.

"Loh?, emangnya neng lupa..., kan sekarang minggu Aya"

Raya menepuk judatnya, jadi, ia di bohongi tadi malam, ia sungguh tak ingat sama sekali.

Satu fakta juga tentang Raya, ia sedikit susah mengenali hari tanpa bantuan, dulu saat sekolah menengah pertama ia juga tak jarang salah mata pelajaran dan seragam, yang mengharuskan dirinya untuk kembali lagi ke rumah.

Apalagi tadi malam semua orang termasuk Angkasa memberitahunya bahwa besok masuk sekolah, dan ia juga pagi ini tak lihat tanggal dan hari karena terburu-buru.

Untuk seragam...

Ia memakai seragam hari sabtu, ia memiliki seragam dua, jadi ia tak teringat.

Raya menghela nafas pasrah, ingin marah juga sudah tidak ada gunanya.

"Aya..."

"Oh iya pak, makasih ya infonya"

"Kamu masuk ya?"

"Iya nih!, gak cek hari" Raya terkekeh pelan.

Hal tersebut mengundang tawa pak satpam.

"Terus sekarang gimana?"

"Ya pulang lah pak... masa saya mau betapa di depan gerbang"

"Hahh..., ada-ada aja si neng mah, yaudah, kalau begitu hati-hati brodi"

"Widih... Diajarin sapa tuh?!"

"Hihihi, keren kan bapak!"

"Siapa dulu yang ajarin..."

"Aya...!" Ucap keduanya serempak kemudian terrtawa.

"Yaudah saya matiin ya pak"

"Yo.."

Telponpun terputus, ia melemaskan tangannya, menghela nafas.

"Terus gue harus pulang lagi gitu?!"

Padahal sudah lama ia tidak seperti ini karna ia memasang tanggal dan hari di home ponselnya besar-besar.

Lalu mengapa sekarang terjadi lagi?.

Ia mengeepal tangannya kuat-kuat, naamun setelah beberapa detik ia melemaskannya kembali.

"Yaudahlah!, mau gimana lagi!"

Iapun berjaalan pergi meninggaalkan tempat tersebut.

ㄱㄱㄱ

Kriiing!

Suara lonceng yang tak asing masuk kedalam indra pendengarannya, terdengar begitu ramah.

Tanpa berkata-kata ia langsung duduk di tempat favoritnya karna kebetulan tak ada yang menempati, namun masih ada beberapa barang, sepertinya baru beberapa menit yang lalu meja tersebut kosong.

"Aduh... maap ya Aya, mejanya kotor"

Salah satu pegawai wanita menghampirinya dan langsung sigap membersihkannya.

"Selaw aja si mba, lagiankan gue bukan tamu vip"

"Hahh, tapikan Aya tamunya pak Yohan"

"Aelah, biasa aja sih!, lagian kan gue juga pelanggan biasa, cuma emang sering kesini aja..."

Diteengah perbincangan mereka, sembari si pegawai sibuk membersihkan.

Yohan datang dan langsung duduk di sebelahnya.

"Hai Ay"

"Hai kak"

Si pegawai yang merasa tugasnya sudah selesaipun pamit pergi, menyisakan Raya dan Yohan.

"Kok pake seragam?"

"Tau nih, kelakuan ketos ama temen-temenya"

Yohan menautkan alisnya, bibirnya masih setia memberikan senyuman.

"Kemarin malam kan gue night drive bareng dia sama temen-temennya, dia mulangin gue karna besok sekolah katanya, udah gue buta hari!, mana bangun telat, ya akhirnya bablas sampe sekolah!"

Yohan tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Emangnya lo gak liat hari, kan di lockscreen juga udah keliatan"

"Iya, tapi guekan kalo nggak ngeh dan otak gue mikirnya hari ini sekolah ya bakal berangkat kak"

"Iya?"

"Bahkan barang gede juga gak bakal keliatan kalo gue mikirnya gak ada kak!"

Yohan mengacak pucuk kepala Raya gemas, Raya terlalu ceroboh itu.

"Eh ke mall yuk!" Ajak Yohan yang langsung di setujui Raya.

"Yuk!, tapi jajanin ya!"

Melihat reaksi Raya yang antusias sangat menggelitik perutnya.

"Iya-iya..., yuk jalan"

"Lets go, baby!" menunjukkan arah pintu dengan tangan yang terulur seluruhnya.

"Hahh... random banget anaknya"

ㄱㄱㄱ

Walau kesannya sangat matre, namun Raya jika sudah bersama Yohan ia tak segan, bahkan ia selalu meminta lebih.

Tapi ia tetap jaga batasan, ia tak pernah jajan lebih dari lima ratus, mungkin bagi sebagian orang itu banyak, namun bagi Raya, selagi ia masih bisa membalas, ia tak masalah.

"kak-kak!"

Panggil Raya sambil menarik-narik kemeja Yohan yang sedang memesan es krim.

"Hm?, kenapa?"

"Main itu yuk!"

Raya dengan sangat bersemangat menunjuk lantai bawah, ia sangat menyukai ice skating.

"Cepet kak, cepet"

"Sabar..."

Ketika tahu Yohan sudah selesai dengan kerjaannya, ia langsung menarik Yohan ke lantai bawah.

"Sabar ya ampun..."

"Gak ada, sabar gue gak setebel dompet lo kak, gak usah memaksa deh!"

Yohan hanya tertawa mendengar perumpamaan itu.

"Berapa pak perorang?"

"125 kak"

"Dua ya"

Raya sangat senang ketika melihat Yohan menghampirinya dengan dua sepatu skate di tangannya.

Selagi Yohan membeli tiket ia duduk sambil memakana es krim.

"Nih pake"

"Gila..., keren banget kali ya gue pake ini kak?!"

"Kalo bisa mainnya baru keren"

Senyum bahagia Raya memudar menjadi asam, walau kenyataannya benar, namun tidak seharusnya begitukan.

Ia menerima skate tersebut dan memakaainya,begitupun Yohan, ia duduk di seblahnya dan seegera memaakainya.

"Kaya cewe lo, mainnya sindiran"

"Lah orang gue gak ada nyindir, itu mah lo aja yang ngerasa"

Plak!

"Ngeselin lo, kayak dora!"

"Apa harus gue potong rambut biar gak jadi fitnah?"

Seketika mereka tertawa.

"Gabut bat lo kak!"

Plak-plak-plak!

Raya bahkan memukul lengan Yohan bolak-balik dengan telapak dan punggung tangannya.

Yohan hanya bisa pasrah, ingin membalas tapi nanti ia juga yang repot kalau anaknya sudah marah.

"Udah?"

"Bentar-bentar, dikit lagi nih!'

Setelaah semuanya beres mereka langsung masuk ke area.

"Kak cara buat saljunya gimana ya?"

"Di serut"

"Lo kata es parut" Raya tertawa, ia bergerrak menjauh, dan bergaya aneh.

Awalnya juga Yohan bingung, namun...

"Nanti begini nih kak marut es nya"

Bergaya bagai orang memaarut dan mengamplasnya agar licin.

"Hahhh, awas Ya nanti ssebelah sana ketebelan, ganti sebelah sini"

"Hahh,ada takaran marutnya ya"

Mereka tertawa sepuasnya, bermain juga sepuasnya.

Ini adalah waktu bagi Raya untuk merasa bahagia, ia selalu menyukai hari saat bersama Yohan, ia selalu merasa senang setiap detik.

Drrrrtt!

"Eh kak tunggu"

Raya terrhenti dan bergegas mengeluarkan ponselnya dari saku.

"Kak Asa?"

Otaknya berpikir, kira-kira hal apa yang membuatnya menelepon hari weekend.

"Halo"

"Halo Ya"

Tunggu, suaranya...

"Ini gue, Travis"

Raya mengerutkan keningnya.

Yohaan yang kepo menghampiri.

"Siapa?" Tanyanya tanpa suara.

"Kakak kelas gue" Jawab Raya tanpa suara juga, ia mengisyaratkan Yohan agar diam terlebih dahulu dengan telunjuknya.

"Kenapa kak?"

"Ya!, ini tolong dong ini, si Asa mau bundir nih!"

"Hah?!"

Suara Raya yang keras menarik atensi sekitar.

"Cepetan kesini?!, kali aja lo bisa bantu, ini kita lagi nahan dia nih, mau lompaat dari atas gedung RS dia"

"Buset.., yaudah gue kesana sekarang"

"Gc!"

"Iya!, kirim aja alamatnya"

Telpon terputus.

"Kak!, gue balik sekarang ya!"

"Hah?!"

"Gue ada urusan, maaf ya gue buru-buru"

"Iya, mau gue anter gak?"

"Gak usah, nanti gue ganti deh uangnya, gue pergi dulu ya"

Tanpa menunggu ucapan Yohan selaanjutnya, Raya langsung bergegas keluar area dan berlari keluar gedung.

"Aelah... ada-ada aja nih bocah"

ㄱㄱㄱ

Ckiiit!!

"Nih uangnya ya pak, makasih"

Raya langsung berlari masuk dan menuju rooftop rumah sakit.

Berlari kesana kesini hingga sampai di atap rumah sakit, Raya langsung membanting pintunya, ia melihat Angkasa di cekal beberapa temannya.

Raya bernafas lega, akhirnya ia sampai.

"Kak Asa"

Angkasa yang melihatnya hanya diam pasrah.

"Berhasil ya misi lo pada, siapa bilang gue mau bundir hah?!" kesal Angkasa.

Raya jelas bingung meliht kondisi yang terjadi.

"Lo berdiri di sana Sa!, gimana kita gak mikir macem-macem!, sinting lo ya!" Omel Juna menunjuk dinding yang membatasi ujung rooftop.

"Nggak ih!, dah lepsin gue"

Merekapun melepaskan Angkasa.

Raya mendekat.

"Eum..., gue boleh ngobrol berdua gak sama lo kak"

Suasana hening seletika.

Angkasa melirik ke arah teman-temannya, ia mengisyaratkan aagar teman-temannya pergi.

"Yaudah kita cabut dulu, kita tunggu di kamar ya"

Raya menatap kepergian teman-teman Angkasa.

Setelah memastikan mereka pergi, ia menataap Angkasa dalam.

"Maaf ya, temen gue emang gak jelas semua" Angkasa tersenyum manis pada Raya.

Raya memperhatikan pakaian Angkasa.

Matanya mulai berkaca-kaca.

Bugh!

"Aduh!, sakit tau, gila ya?!"

"Dasar bego"

Angkasa tercengang mendengar cercaan Raya, ia membulatkan matanya.

"Sst!, jangan ngomong lo!, gue tau lo gak baik-baik aja kak"

Angkasa melihat Raya mulai terisak, bahkan suaranya sudah serak dan putus.

Aangkasa menggenggam kedua lengan Raya, mengelusnya ddan mengajak Raya untuk duduk sejenak.

"Sini duduk"

"Kotor ah"

"Sini, gayaan lo kotor, biasa juga mandi tai"

Bugh!

"Ngatain ggue babi lo!"

Angkasa tertaawa kecil.

"Nggak..., udah duduk"

Raya duduk dan menghaadapkan dirinya pada Angkasa.

"Gue gakpapa kaalo lo gak mau ngasih tau gue, kak, gak usah maksain diri, tapi..."

Raya menunduk sejenak.

"lo gak boleh ngelakuin hal kayak tadi lagi"

Angkasa tersenyum manis, matanya mulai berkaca-kaca.

"Sotoy lo, orang gue beneran gak mau bundir, prinsip gue kan tinggi, ya gak?!" ia merangkul Raya tanpa aba-aba.

"Kak ih!"

"Sini senderan di bahu gue, gue tau lo cape abis lari".

*

*

*

Halow>ㅇ<

Aku tau kalian nunggu yg bocoran chap kemarin, tadinya aku mau langsungin aja, tapi... Hahh, di lanjut besok ya kawan, baii...^ㅌ^.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!