Chap 17

'Kayaknya gak bikin kesel semenit mulutnya gatel kali'.

Dengan perasaan jengkel iapun berjalan menghampiri Angkasa.

*

*

*

"Kak itu kak Awan kak, balap kak balap!!"

Angkasa berdecak, Raya terus menerus mengoceh menyuruhnya untuk menyalip setiap motor yang ada.

Jika mereka kembali terbalap maka Raya akan mengoceh tak jelas dan memintanya untuk kembali membalap sambil menyemangatinya.

Ia sengaja memilih daerah yang tak terlalu ramai agar mudah untuk menambah kecepatan motornya.

Puk-puk-puk!!

"Balap kak ayo semangat"

Tak tahu mengapa suasananya sedang baik sekarang.

Ia menyukai setiap angin yang menerpa, itu sangat sejuk, belum lagi setiap cahaya lampu yang ada, semuanya terlihat indah.

Raya berlaga seperti seorang pemenang ketika Angkasa berhasil membalap.

"Lagi kak yang itu tuh!, balap-balap"

Angkasa sedikit jengkel, namun mendengar suara Raya yang begitu antusias dan bersemangat egonya terkalahkan, ia terus menerus menurutinya.

"Nih di depan ada Juna Ra, siap-siap"

Raya mengangguk, ia menyipitkan mata membayangkan kalau dirinyalah yang m

Kalau tak salah dengar Juna adalah pemotor yang sering mengikuti balapan.

"Semangata kak!!"

Nguueeeng!!!

Ketika motor Angkasa berhasil menyalip, Raya melambai ke arah Juna dengan kepala yang dimiringkan 30 derajat.

"Dah kak Juna!!"

Angkasa tersenyum tipis, hari sudah mulai larut malam, ia memberi isyarat pada yang lain untuk kembali ke tempat semula, tempat mereka berkumpul.

Raya yang sudah mulai lelah juga menyandarkan tubuhnya pada Angkasa.

Angkasa terkekeh kecil.

"Cape?"

"Hah?"

"Cape?"

"Iya"

"Awas nyaman, ntar tidur lagi lo"

"Nggak elah!"

Selama perjalanan pulang Raya hanya sibuk melihat sekitar, ia menyukai perjalanan ini.

Sangat memakan waktu banyak untuk kembali, karna mereka berjalan cukup jauh, sekitar dua jam.

"Huh!, cape juga, padahal cuma duduk manis"

Raya turun dan melepas helmnya.

"Aya!"

Raya menoleh ketika mendengar suara Bulan.

"Gue pulang duluan ya"

"Ya hati-hati"

Angkasa mengajak Raya untuk duduk di sofa yang ada di sekitar sana.

"Lo gak mau langsung pulang juga?" Tanya Angkasa karna tadi Raya menolak untuk bablas langsung ke rumahnya.

"Nggak ah, gue tau lo cape, istirahat aja dulu"

Tak lama beberapa teman Angkasa ikut duduk di sana.

"Lo berisik banget sumpah di jalan" Protes Juna pada Raya.

Hal tersebut juga di setujui oleh Travis juga Nathan.

Angkasa juga setuju akan hal tersebut, dia tersenyum lebar.

"Tau tuh, ampe tadi bapa-bapa ngeliatin gue sinis banget"

"Hahh, emang iya?"

"Iya, lo lagian berisik"

"Nggak tau gue mah"

Ada sembilan orang yang ikut malam ini, hanya saja Raya hanya mengenal Travis, Juna, Awan, Nathan, tentunya Bulan dan Angkasa adalah yang paling dekat dengannya.

Ia juga kenal dengan salah satu dari kedua teman Angkasa yang lain, hanya saja ia tak tahu namanya.

Satu lagi Raya benar-benar tak pernah lihat.

Seseorang datang membawa beberapa minuman, setahu Raya dia adalah tuan rumah.

"Nih buat lo, nama gue David, salam kenal" Menyodorkan segelas jus jeruk padanya.

Raya tersenyum, ia menerima gelas tersebut.

"Raya"

"Eh ini udah malem banget loh, lo besok telat kagak sekolah?" Tanya Travis.

Angkasa langsung menoleh ke arah Raya, benar juga, ia lupa soal itu.

"Tau ih!, lo kan tukang telat" menyenggol bahu Raya.

Raya menyeringah seketika.

"Diusahakan ya tuan-tuan"

"Najis!" Cerca Travis.

"Abisin minuman lo cepet, nanti gue anter lo pulang" Titah Angkasa yang langsung membuat Raya mengormat.

"Siap!".

ㄱㄱㄱ

Sampai di depan rumah Raya tak kunjung turun dari motornya.

Sudah hampir setengah jam Raya hanya mengayun-ayunkan kaki sambil bersandar padanya.

"Gabut banget sih lo"

"Emang"

"Turun ih!, mau sampe kapan lo bilang ngumpulin niat?"

Raya tertawa.

Angkasa memandang rumah Raya sejanak.

"Rumah lo sepi amat"

"Iya, gak ada orang soalnya"

"Mau nginep gak?, di rumah gue sepi juga soalnya, sekalian nanti biar lo nggak telat dateng, jadi berangkat sekolah bareng gue"

"Boleh tuh"

"Yaudah ayok"

Rayapun turun dari motor Angkasa.

"Tunggu sebentar gue nyiapin barang buat sekolah besok.

"Gc"

"Iya!"

Rayapun bergegas masuk kedalam.

Angkasa menatap kepergian Raya, senyumnya tak kunjung pudar, selama dirinya bersama Raya pasti ada saja sesuatu dari anak itu yang berhasil membuatnya tersenyum.

Angkasa melepas helmnya karna merasa sedikit tak nyaman.

Suara deringan telpon membuat lamunan Angkasa pudar, ia mengeluarkan ponselnya dari saku dalam jaketnya.

Sedikit helaan keluar dari mulutnya saat tahu bahwa sang ayahlah yang menelpon.

"Iya Yah, ada apa?"

Namun, tak ada sahutan dari sebrang.

"Ayah?"

"Nak"

"Iya ayah, kenapa?"

Suara di sebrang hening kembali.

Sejujurnya ia sudah tak marah pada sang ayah, hanya saja..., ia tak suka melihat wanita itu, bagaimanapun ia ingin dekat dengan sang ayah.

"Kamu dimana sayang?"

Tanya sang ayah yang membuat Angkasa tercengang.

'Sayang?'

Ini adalah kata sayang pertama baginya dari sang ayah, mungkin ini terdengar mustahil, namun pada nyatanya itu benar.

"Eeung.. Asa lagi di rumah temen yah"

"Ouwh..."

Angkasa menyeka ujung matanya yang berair, hatinya begitu puas mendengar panggilan tersebut, walau terasa canggung.

"Apa kamu udah bisa pulang sekarang?"

Angkasa diam, ia tak siap dengan hal itu.

Akhir-akhir ini ia hampir tak pernah lagi pulang ke rumah, ada mungkin sekali hanya untuk mengambil barang, namun hanya sebentar.

"Jangan khawatir soal tante Fara, dia lagi pulang"

Mendengar hal tersebut pikiran dan hatinya mulai saling berdiskusi.

"Asa?"

"Iya yah, Asa pulang sekarang"

"Hati-hati ya"

Angkasa tak membalas, ia hanya menunggu sampai telpon tersebut di putus oleh ayahnya.

Angkasa menghela nafas, ia kembali menaruh ponsel ke tempat semula.

"Kak!, ayok!"

Raya datang dengan senyuman sumringah, ia sangat bersemangat untuk menikmati fasilitas di rumah Angkasa dengan gratis.

Agak sedikit jahat mungkin niatnya.

Sayangnya senyuman tersebut pudar ketika Angkasa menunjukkan ekspresi yang aneh.

"Kenapa?"

"Eum..., kayaknya gue harus pulang deh Ya"

Mendengar itu Raya paham, ia tersenyum pada Angkasa.

"Yaudah pulang gih, ni helmnya" menyerahkan helmnya dan langsung di terima Angkasa.

"Lo gak marah?"

Raya meninju pelan lengan Angkasa.

"Alay lo kayak di sinetron"

"Lah emang masih jaman?"

"Apanya?"

"Sinetron, kan itu tontonan nenek gue"

"Hahh..., jangan ngeledek kalo pernah nonton lo"

Angkasa tertawa.

"Jadi vampir gak sih gue" Angkasa bergaya bagai Vampir yang menunjukkan taringnya.

Raya jelas tertawa.

"Apaan sih lo jelek banget, dah sono jalan ah!, nanti gue ketularan gila makin lama sama lo"

"Gakpapa gila, yang penting ganteng"

Angkasa mulai menyalakan motornya, ia bersiap untuk pulang.

"Pede selangit lo"

"Yaudah gue pamit ya, hati-hati ada demit"

Ucapan Angkasa langsung mengundang tatapan tajam dari Raya.

"Kak Asa!"

Melihat reaksi yang di harapkan ia jadi bersemangat.

"Jangan liat ke kolong ya nanti"

"Apaan sih kak!, jangan nakutin deh, malem-malem nih"

Angkasa terkekeh.

"Udah sana jalan!, gue mau masuk, bye!"

Angkasa hanya diam ketika melihat Raya berjalan masuk ke dalam rumahnya, ia tertunduk sejenak, ada perasaan tak enak dalam hatinya, namun ntah apa.

"Good night!"

Ucap Angkasa lantang sebelum Raya menutup pintu.

Rayya tersenyum, ia melambai kecil.

"Hati-hati kak"

Kemudian menutup pintu rapat.

*

*

*

secuil untuk eps selanjutnya...

"Gak, pokoknya Asa gak setuju!".

"Asa!!!".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!