"Terus gue harus ngejauh dari lo?"
"Terkadang hal itu juga gak cukup buat dia, apalagi kalau dia tau gue suka"
"Hah?".
*
*
*
"Hahoh-hahoh!, tukang keong lo?!"
Raya sontak memukul Angkasa.
Plak!
Terdengar cukup renyah.
Angkasa terkekeh juga jika mengingat kembali ucapannya.
"Sarap lo kak"
"Sarap juga gue mah banyak yang suka"
"Pede gila lo njing"
Angkasa langsung menatap Raya sinis.
"Apa lo?!, mau ngatur gue lagi?!"
Angkasa hanya berdecak, ia mulai melajukan mobilnya.
"Kalau mau buat dia berenti kita harus pake otak kak"
"Emang lo ada otak?"
Raya tertawa.
"Lah iyaya, ck!"
Merubah ekspresi dengan cepat dan melirik Asa sinis.
"Yang beneran dikit apa kak"
Angkasa menyeringai, ia terus fokus menyetir.
"Susah"
"Dah lah biarin aja"
Raya diam, ia berpikir, bagaimana caranya agar Gita tak mengganggunya.
"Kita pacaran ajalah kak"
"Hah?"
Ckiiit!!!
Raya spontan melihat ke belakang, memastikan tak terjadi apapun, ia bernafas lega karna untungnya tak ada kendaraan di belakang mereka.
"Eh!, nyetir yang bener dong!"
"Sorry-sorry, kenapa tadi?"
Angkasa kembali melajukan mobilnya secara perlahan.
Raya menghela nafas.
"Mending kita pacaran aja"
"Emang kenapa?"
"Gakpapa sih..., cuma maksud gue dengan status gue setidaknya lo ada tanggung jawab buat lindungin gue dari dia"
"Hahah.. gak ngaruh kali"
Raya bergumam kesal sambil membetulkan posisi duduknya.
"Pokoknya ini gara-gara lo gue kena, jadi lo harus lindungin gue"
Angkasa tersenyum.
"Bahasa lo lindungin ya"
Eayaa berdecak.
"Lagian Gita gak akan gangguin lo setiap saat juga kali Ya"
"Gue juga tau, tapi gue mau hidup tenang"
"Itu mah mau lo aja kali Ya pacaran sama orang ganteng kayak gue"
"Iuh!, siapa juga yang mau sama lo?!, sorry ya... gue gak pernah tertarik sama lo"
Mereka melihat satu sama lain sesaat, saling memalingkan wajah kemudian, saling mengjiji satu sama lain.
"Jadi gimana nih?!, kan gara-gara lo juga gue kayak gini, soal kak Gita gue mah gak tau"
Protes Raya tanpa menoleh, ia melepas sepatunya dan menaikkannya ke kursi, ia menghadap ke arah jendela.
"Iyadeh... maaf-maaf, gue juga lupa soal itu"
"Cih!, bisa-bisanya"
"Eum... agak kocak sih kalo kita pacaran karna hal itu"
Raya menoleh.
"Trus lo maunya gimana?"
Mobil berhenti tepat di depan rumah Raya.
Angkasa menghadapkan dirinya ke arah Raya.
"Karna gue juga butuh bantuan lo, jadi ayok pacaran"
Raya seketika termangu, ia sampai memastikan kembali bahwa apa yang ia dengar tak salah.
"Hah?"
"Ayok pacaran, tapi lo gak bisa bebas ya, jangan cuma mau untung doang"
"Najis!"
"Iyalah!, pokoknya tugas lo adalah nemenin gue main"
"Bocah banget lo"
"Main gue bukan sembarang main brodi"
"Main apatuh?" Raya menyeringai sambil menaik turunkan alisnya.
Angkasa yang sadar arah pertanyaan Raya, menepuk jidatnya pelan.
"Gila lo"
Raya tertawa kecil.
"Tau ah, gue gak mau pacaran sama lo, nanti gue jadi makhluk rajin lagi"
Ucapnya lalu turun tanpa berterima kasih terlebih dahulu, ketika baru saja ia ingin menekan tuas pintu, ia teringat sesuatu, jadi ia berbalik dan berjalan mendekat kembali ke mobil Angkasa.
Tok-tok!
Raya mengetuk kaca mobil, dan memberi isyarat pada Angkasa untuk menurunkannya.
Dengan perlahan kaca tersebut turun.
"Kak"
"Hm"
"Thanks ya"
"Untuk?"
Raya tak menjawab, ia hanya tersenyum lalu mundur perlahan kemudian berbalik dan masuk kedalam rumahnya.
*
*
*
'Bahkan tanpa gue sadari hati ini memilih dia sebagai sandaran walau hati itu sendiri belum menyadari'
"Bahkan Bulan aja belum bisa gue percaya, tapi kenapa tadi gue percaya dia sepenuhnya?"
*
*
*
'Raya?, Hahhh..., kenapa gue malah berharap sama manusia tukang bolos kayak dia sih...?'
"Ck!, sadar bego, sadar...!, lagi pula dia mana mau sama cowok modelan gue".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments