Raya berdiri di depan cermin dengan short dress biru yang di hantarkan Bulan beberapa menit yang lalu.
"Gimana?, suka gak?"
"Weh, bagus banget ini, serius lo ini buat gue?"
Raya begitu tak percaya dengan apa yang di lakukan Bulan, ia pun tak ekspek kalau Bulan akan mengiriminya dress yang terkesan mahal seperti ini.
Bulan terkekeh.
"Lagiankan kita mau ke big party, lo juga baru pertama kalinya lagi kan dateng ke acara temen kayak gini?!"
Raya mengangguk, bahkan sudah lebih dari satu tahun trakhir ia tak pernah datang lagi ke acara teman-temannya, tak tahu apa alasannya, tapi Bulan lah yang melarangnya.
Tak penasaran juga karna Bulan juga mengajaknya untuk berlibur ketika acara tersebut berlangsung.
Sejujurnya ada rasa tak enak hati karna setiap ada acara sekolah pasti Bulan akan mengiriminya sebuah dress.
Namun,
Mungkin karna ini acara besar, jadi Bulan mengiriminya sebuah dress yang terlihat wow.
"Maaf ya kalau gue gak bisa kasih apa-apa buat lo"
"Yaelah, masih aja lo kayak gitu, lebay ah!"
Raya terkekeh.
"Yaudah, lima menit lahi gue jemput buat make up sama hair nya ya"
"Ok, hati-hati"
"Segala hati-hatilah!, aneh banget lo, dah ah, bye!"
Telpon di matikan sepihak.
Raya menghela nafas panjang, ia bersyukur memiliki teman seperti Bulan, tidak, tidak karna hal uang, namun Bulan memanglah teman yang sangat baik padanya.
Kalau tidak salah, pertama kali berkenalan itu karna dirinya yang mengajak kenalan duluan, Bulan adalah anak pindahan di sekolahnya di tahun ajaran pertama semester dua, tak tahu mengapa tak ada yang mau berteman dengannya.
Karna kasihan ia menghampiri Bulan yang duduk sendirian di kantin dan memberinya beberapa potong katsu yang merupakan menu makan siang di sekolahnya hari itu.
Dari situlah semua pertemanannya bermula.
ㄱㄱㄱ
"Wah... lo serius pestanya disini?!, gila!, gede banget!"
Raya memandang takjub langit-langit gedung yang dihiasi slayer yang simple namun mewah.
Bulan hanya tersenyum menatap wajah temannya yang terlihat bahagia.
"Oh iya Lan, kok kayaknya gue banyak gak inget kejadian di SMP ya, haahh... apalagi kejadian di tahun ajaran kedua sama ketiga semester satu"
"Pikun kali lo"
"Enak aja!, bahaya banget mulut lo"
Semua berjalan lancar, bahkan berapa orang mulai bergabung bersama mereka.
"Eh Lan, gue mau ke kamar mandi nih"
Mendengar itu Bulanpun bersiap untuk bangun.
"Gak usah woy, gue sendiri aja"
Raya mencegah Bulan untuk ikut bersamanya.
"Apaansih?!, guekan udah bilang kalau jangan jauh-jauh dari gue"
"Gak akan ada yang nyulik gue, tenang aja elah!"
"Ck!, kali ini aja nurut sama gue!" Bulan menekan ucapannya.
"Emang kenapasih?!, lo kan tau gue bisa bela diri sekarang"
Bulan sedikit tak enak hati karna suara Raya mulai sedikit meninggi, salahnya karna tak bisa memberi penjelasan untuk temannya itu.
"Bukan gitu_"
"Ssst!, udah-udah ya... duduk aja disini, percaya sama gue"
Ucap Raya kemudian pergi meninggalkan meja, tanpa peduli pada Bulan yang sudah mulai khawatir akan keadaannya.
Karna hal tersebut juga Bulan memutuskan untuk mengikutinya.
Tak ada yang aneh sama sekali, bahkan Raya sudah ingin kembali ke aula utama.
Bulan juga segera berlari ketempat asalnya ketika Raya mulai berjalan untuk kembali.
"Eh Raya kan?!"
Raya berbalik ketika mendengar namanya di sebut.
Terlihat seorang gadis dengan dress putih yang cukup sederhana namun glamor, ada corak emas yang terukir sebagai pemanis.
Ia pikir karna gaunnya mencolok, gadis di hadapannya itu merupakan center dalam acara atau dengan kata lain si pemilik acara.
"Celline" Ucap gadis itu sambil menyodorkan tangan.
Raya melebarkan senyumnya, ternyata dugaannya benar, ia membalas jabatan tangannya.
"Oh iya, gimana acaranya?, dateng semua?"
"Lancar, acaranya lancar banget, justru gue gak ekspek loh kalo lo bakal dateng, kaget banget, ya... mungkin ada beberapa yang gak dateng sih, oh iya, nih minum dulu, lo udah nyobain dessert belum?!"
Raya menerima sodoran Celline guna menghormati sipenyodor.
Rayaa menyeruputnya sedikit.
"Belum nih, mungkin nanti kali ya, gue duluan ya, udah ditungguin nih sama Bulan"
Baru saja ia ingin kembali, tangan Celline meraih lengannya, memaksanya untuk mencoba dessert yang ntah berada dimana.
"Tapi gue udah ditungguin sama_"
"Udah, nanti aja, lagian lo nempel mulu sama si Bulan, kali-kali kek misah"
Raya menghela nafas pasrah, ia tahu Bulan akan semakin khawatir, jadi ia berniat untuk mengikut dan cepat menyelesaikan urusannya dengan Celline.
"Nah duduk sini!, gue ambilin ya"
"Jangan banyak-banyak ya, gue gak terlalu bisa makan dessert"
"Siap!"
Dengan cekatan Celline mengambilkan semangkuk puding dengan fla juga strawberry sebagai hiasannya.
"Nih..., cobain deh, enak banget tau"
Raya menatap puding tersebut lama, hatinya mengatakan bahwa ia tak boleh memakannya, namun...
Prang!!!
Belum juga suapan tersebut masuk kedalam mulut Raya, sendok tersebut sudah di tepis oleh seseorang.
Raya jelas membolakan matanya, apalagi disaat tahu siapa pelakunya.
"Bulan?"
Bulan menatap Celline tajam, ia geram.
Tak ingin membuat ke kacauan, iapun menarik Raya untuk pergi meninggalkan party.
"Ada apasih?, lo kenapa?"
Raya yang heran hanya mencoba mensejajarkan langkah karna tangannya yang di tarik paksa oleh Bulan.
"Sakit woy!, kenapa sih?!, aneh banget lo!"
Raya menarik tangannya kuat hingga cengkraman Bulan terlepas.
Bulan sontak menghentikan langkah.
"Lo kan masih bisa bilang baik-baik Lan, gak harus kayak gitu, lo hampir aja buat keributan di sana tau gak sih"
"Keributan?"
Bulan terlekeh tanpa menoleh.
Raya hanya bisa heran dan bungkam.
"Jadi maksud lo, kalo temen gue mau di racunin gue harus diem aja gitu?!"
Sontak saja Raya terkejut.
"Maksud lo, gue mau di racunin?"
Bulan berbalik dengan mata yang berkaca-kaca, ia paling tidak bisa marah, jadi setiap ia ingin maraha bukannya ocehan yang keluar, melainkan air mata yang begitu deras.
"Lo tuh susah banget ya di bilangin, lo lupa kalo lo tuh punya kenangan buruk sama mereka hah?!, gue cuma gak mau lo kenapa-kenapa Aya"
Raya membisu saat itu juga, ada rasa sesak di dadanya.
"Lo tuh sekolah dalam keadaan sehat dan pulang dalam keadaan menderita amnesia lunar Raya"
Deg!
Saat itu juga tangis Bulan pecah.
Raya terkejut bukan main, pantas lah selama ini dia tak dapat mengingat beberapa kenangan, jadi ini penyebabnya.
Padahal saat pulang dari rumah sakit ia tak merasakan ada hal yang aneh.
Raya tersenyum lalu mendekat ke arah tempat dimana Bulan berdiri, ia memeluk Bulan erat.
"Cup-cup..., udah ah, masaudah gede masih cengeng, makasih ya udah nyelamatin gue"
Bug!
Raya meringis ketika Bulan memukul perutnya dengan cukup kuat, ia tertawa.
"Tawa lo!, gue nyariin setengah. Mati!, untung gue gak telat, gue liat dia pas maasukin serbuk tadi"
"Hahhh... dah kayak drama-drama ya, basi bat ngeracunin orang pake serbuk"
"Apaansih anjing?!" Bulan menepis tangan Raya yang mencoba untuk merangkulnya.
"Udah ah, ayo balik, lain kali gak usah ajak gue ke party lagi lah, gue gak mau nginget masa kelam".
Bulanpun mengangguk, ia bersyukur melihat semuanya, jika saja tadi ia tak berinisiatif untuk mencarinya, ntah apaalah yang akan menanti , ia tak dapat bayangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments